Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

07. Cemburu

***

Perjalanan mereka akhirnya dimulai. Mobil Rengga meluncur melewati parkiran Gambir dan menuju tol Cawang untuk mengambil jalur tol terbaru arah Cikopo Palimanan, begitu rute yang diperlihatkan aplikasi maps di tab milik Rengga.

Tany memperhatikan interior mobil yang ada di hadapannya. Bukannya sok ndeso tapi ini pertama kalinya Tany duduk di dalam mobil yang ia tahu bukan barang murah. Dashboard di hadapannya juga terlihat kinclong dan elegan.

Sesaat Tany memandang Rengga yang sedang memilih lagu dari tablet, tidak ada desir rasa yang sama dirasakan olehnya. Padahal lima belas menit lalu, jantung Tany kembali berdegup saat ia menatap Banyu sekilas dari bangku penumpang.

Tidak ada yang menarik dari perjalanan dari tol dalam kota menuju tol luar kota. Keramaian yang sama disaksikan Tany saat ini. Musim libur panjang telah membuat jalur tol yang baru ini juga dipadati oleh mobil-mobil berplat Jakarta dan sekitarnya.

Sudah hampir lewat jam makan malam, Rengga akhirnya memutuskan untuk beristirahat sejenak di rest area. Kini mereka berada di rest area sekitar daerah Batang, Jawa Tengah.

"Pada mau makan malam nggak?" Rengga bertanya di balik kemudi. Mobilnya sudah terparkir rapi di depan minimarket yang ada di area peristirahatan.

Tany menggeleng singkat. Naya mengangkat bahu sedangkan Banyu juga tidak memberi jawaban jelas.

Rengga membuka pintu pengemudi yang diikuti ketiga orang lain. Tany dan Naya menghampiri Rengga yang berdiri di depan kap mobil seraya menyalakan rokok putihnya.

Banyu juga sudah berdiri di hadapan Rengga seraya memegang air mineral yang belum dibuka. Kedua mata Tany beradu sebentar dengan mantan kekasihnya. Banyu lalu menyodorkan botol air tersebut pada Tany tanpa mengatakan sepatah kata pun.

"Kalau nggak macet, kita sekarang harusnya sudah sampai Semarang." Rengga berkata seraya menghembus asap rokok ke udara. Tatapannya memandang Banyu. Pembicaraan yang mungkin hanya dipahami sesama lelaki yang terbiasa menyetir.

"Gue nggak masalah kan harus gantian nyetir," ujar Banyu seraya menekan kata-katanya agar terlihat santai dan tidak menyimpan bara di dalam intonasinya.

"Gimana kalau kita bermalam di Semarang saja?" Rengga tidak menjawab usulan Banyu dan malah menawarkan ide lain.

"Kita nggak bisa ngomong apa-apa sih kalau memang lo punya rencana kaya gitu," terang Tany pada gerombolan kecilnya. Tany menoleh pada Naya yang berdiri di sampingnya seraya meregangkan tubuh seperti kucing.

"Bentar gue cek Airbnb yang ready buat ntar malam," kata Naya seraya mengeluarkan ponsel dari saku belakang celana jeansnya.

Airbnb merupakan salah satu marketplace atau platform yang menawarkan informasi penginapan bermalam baik di rumah, apartemen, hotel yang menyewakan kamarnya, yacht atau perahu mewah, kastil bahkan pulau pribadi. Harga pun beragam disesuaikan dengan kocek yang kita miliki.

"Kalau macetnya masih begini, paling lama kita sampai di Semarang jam setengah sebelas lebih sih." Rengga menerawang melihat kemacetan yang tidak hanya terjadi di jalan tol tapi juga sudah merambah ke rest area tempat mereka berpijak saat ini.

Banyu mengangguk pelan, "Gue setuju usul Rengga. Keselamatan lebih penting. Misalkan kita menginap semalam di Semarang. Besok lanjut perjalanan ke Sidoarjo paling lama empat atau lima jam, kalau nggak terjebak macet seperti ini lagi."

"Nah enaknya kita nggak perlu mengejar teman-teman lain di checkpoint terakhir sebelum menuju Baluran." Tany mendadak nimbrung dalam percakapan, "Soalnya kita sudah nebeng di mobilnya Rengga. Jadi kita semua bisa langsung menuju Baluran tanpa ganti mobil ke elf yang sudah disewa Kyra untuk rombongan."

"Fixed nih ya, kita semua menginap dulu semalam di Semarang. Besok pagi baru lanjut perjalanan ke Sidoarjo?" Rengga kembali bertanya pada tiga orang yang saat ini sedang menatapnya.

Tany dan Naya mengangguk hampir berbarengan. Banyu menggunakan jempol untuk mengiyakan pertanyaan Rengga.

"Ketemu sih ini, ada apartemen di Airbnb yang ready." Naya membalas pertanyaan Rengga.

"Range harga berapa sih?" Rengga penasaran dengan apartemen yang ditemukan Naya di marketplace. "Gue yang tanggung."

"Nggak usah," sergah Naya cepat. Tany tahu Naya adalah salah satu individu yang paling malas berhutang pada orang lain. "Kalau apartemen gue aja yang bayar."

Tany memandang Naya sahabatnya, "Kita kan janji mau bagi bareng-bareng segala keperluan di jalan termasuk akomodasi dadakan kaya begini. Lagian gue yakin kok itu harga apartemen semalam dibagi empat juga nggak terlalu memberatkan."

"Nah, kalau kaya gini kan enak." Naya memuji pernyataan Tany. Ia lalu memandang Banyu yang hanya memperhatikan interaksi ketiganya, "Lo keberatan nggak, Bay?"

Banyu menggeleng. Betul kata Tany, harga Airbnb kadang lebih bersahabat dibanding kamar hotel. Apalagi kamar yang ditawarkan berada satu gedung dengan fasilitas apartemen. Kenyamanan dan keamanan sudah tentu terjamin.

"Ya sudah kalau gitu. Gue juga lebih setuju apartemen sih dibanding hotel. Nggak pake ribet," balas Rengga pada Naya. "Kabarin aja gue harus transfer bagian gue kemana."

Naya mengangguk singkat. "Gue belum terlalu lapar. Lo mau ikut ke kamar mandi nggak, Tan?"

Tany mengikuti langkah Naya yang kini masuk ke dalam minimarket.

***

Tany sedang memilih-milih minuman segar yang dingin dinikmati saat Banyu mendadak berdiri di sampingnya. Lelaki itu lalu menyodorkan satu botol minuman larutan penyegar panas dalam.

Tany melotot dan memandang botol yang mendadak kini ada dalam genggamannya, "Kamu kalau mau nitip dibayarin sama aku, sekalian sama keranjangnya."

Banyu menyunggingkan senyum, "Minumannya sudah dibayar, Sayang. Maksud aku ini jangan lupa dibawa ke mobil. Kamu kan kayaknya nggak mau terlihat mengenal aku, Tany."

Tany kesal sendiri dengan perkataan Banyu. "Apa maksud kamu?"

"Jauh-jauhan terus dari aku. Menghindari terus dari tatapan aku. Nggak pernah nanya soal aku." Banyu menyebut sederet perilaku Tany terhadapnya.

"Kamu memang mengharapkan apa sih dari aku? Kamu mau kita pura-pura baik-baik aja gitu? Kita itu pernah pacaran tapi itu dulu. Sekarang sudah resmi mantan," kesal Tany pada Banyu. "Kalau kamu pikir aku jaga image di depan Rengga artinya kau nggak kenal aku sama sekali."

Banyu cukup kaget dengan apa yang baru disampaikan Tany padanya. Banyu tidak menyangka mantan kekasihnya akan blak-blakan menusuknya dari depan.

Tany mendengkus kesal dan meninggalkan Banyu. Tak lupa ia mengembalikan botol minuman larutan penyegar yang dibelikan lelaki itu untuknya.

***

Banyu makin kesal mengetahui saat sampai di mobil ternyata Tany membelikan Rengga sederet minuman dan makanan ringan. Sebuah perhatian yang seharusnya ditujukan untuknya. Mereka boleh baru berpisah selama satu tahun tapi apakah enam tahun kebersamaan keduanya tidak berbekas sama sekali di hati Tany?

Rengga menyambut perhatian Tany. Hal yang makin Banyu semakin jengkel adalah Rengga menyuapi mantan kekasihnya dengan makanan ringan seperti sosis bakar yang sengaja dibelikan pria itu untuk Tany.

Ah iya, kenapa juga Banyu tidak berpikir sejauh Rengga yang sudah memperhatikan Tany dengan hal lebih kecil seperti itu? Argh, masa bodohlah! Banyu menahan mengkal dalam hati sendiri.

Banyu tahu Tany seakan sengaja melakukan ini di depan matanya. Tany bukan perempuan genit yang tidak bisa menyuap makanannya sendiri. Tapi mengapa perempuan itu tega-teganya membuat hati Banyu mendidih? Apa Tany sedang menguji kesabaran Banyu dan membuatnya cemburu?

Urusan antara dirinya dengan Tany sama sekali belum usai. Mantan kekasihnya boleh sok-sokan bersikap tidak peduli dan menganggap Banyu bagai angin lalu. Tapi Banyu juga harus tahu diri. Tany benar kemana dia satu tahun terakhir? Mengapa baru sekarang Banyu mengiba-iba dan meminta perhatian lagi pada Tany? Apa tindakan Banyu sudah tepat?

Banyu harus menyusun strategi untuk menjelaskan latar belakang mengapa ia membiarkan Tany pergi setahun lalu, mengapa ia tidak serta merta mengejar kembali cinta kekasihnya, mengapa Banyu harus menunggu satu tahun untuk mengejar kembali cinta Tany.

Tany memandang mantan kekasihnya yang sedang duduk bersebelahan di samping Rengga. Banyu bahkan mencibir gurauan yang dilempar pria itu tidak ada lucu-lucunya. Selera humor Tany bukan seperti itu, gumam Banyu membela mantan kekasihnya yang kini asyik bersenda gurau dengan pria lain. Dada Banyu mendadak sesak.***

Add this book to your library! Love and Vote!

[Ada yang pernah cemburu seperti yang dirasakan Banyu saat memandang mantan pacar bergurau dengan orang lain? Nah kan suruh siapa lemot, Bang! Ikuti terus ceritanya ya!]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro