Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

02. Tany Kemala

***

Mata mereka saling berpandangan. Keramaian stasiun tidak menjadikan pertemuannya bersama Tany jadi lebih romantis seperti yang ada di dalam pikiran Banyu selama perjalanan menuju Gambir.

Tany tidak bisa menutup rasa kaget. Banyu dapat melihat mantan kekasihnya selama enam tahun itu mencengkeram erat lengan sahabatnya. Sahabat yang kini mungkin langsung akan dikutuk menjadi batu oleh Tany.

"Jangan salahkan Naya. Ini semua ide aku," jelas Banyu yang sengaja berdiri hampir setengah meter dari Tany.

Banyu tidak ingin membuat Tany histeris atau mendadak pingsan. Ia tahu apa yang pernah dilakukannya dulu tidak etis dan perpisahan mereka adalah murni kesalahannya sebagai lelaki. Banyu hanya ingin kesempatan satu kali lagi.

Tany memandang Banyu dan sahabatnya bergantian. Sorot mata kesal saat melihat Naya menjadi tatapan jijik dan marah saat manik mereka beradu. Banyu menerima dengan ikhlas emosi yang kini dirasakan Tany terhadapnya.

"Kamu mau apa? Mau ngobrol santai sama aku? Atau mau tanya kabar aku gimana?" Tany memberondong Banyu dengan pertanyaan yang sebetulnya lebih mirip sindiran.

"Aku mau minta maaf, Tany." Banyu berkata pendek dan maju satu langkah mendekati Tany.

"Jangan deket-deket," bentak Tany seolah Banyu adalah virus yang dapat menghancurkannya dalam hitungan detik.

Obrolan mereka harus berhenti saat Rengga menghampiri Tany dan berdiri di sampingnya. "Ada apaan nih?"

Tany tidak memiliki pilihan lain dan segera beringsut mendekati Rengga. Melihat Naya dengan pandangan kesal dan melangkah mundur lebih jauh dari Banyu.

"Ini Naya, sahabat gue." Tany menunjuk Naya pada Rengga.

Rengga mengangkat dagu dan menyapa Naya. "Rengga."

Pandangan Rengga lalu jatuh pada Banyu. Sosok laki-laki yang membuat Tany tidak nyaman dan dongkol dalam waktu bersamaan.

"Ini siapa?" Rengga bertanya dengan pongah dan serasa pemilik Gambir yang sedang menyambut tamu.

Ketiganya terdiam dan tidak ada yang menjelaskan tentang siapa Banyu. Naya menatap Banyu karena mendadak menjadi musuh dalam selimut untuk sahabatnya sendiri. Tany memandang ke arah lain untuk menghindari tatapan Banyu.

Banyu akhirnya mengulurkan tangan, "Saya Banyu, salah satu peserta trip ke Baluran. Naya yang mengajak saya ikut."

Uluran tangan Banyu disambut dingin oleh Rengga. "Tapi lo udah lapor sama Kyra sepupu gue?"

Banyu menggeleng, "Semua hal menyangkut transportasi, iuran dan biaya lain Naya yang bantu urus."

"Oke, kalau gitu." Rengga nampak tidak peduli dengan uraian Banyu. "Kita semua udah pegang tiket masing-masing, 'kan? Aman lah."

Rengga nampak menggamit tangan Tany seakan menunjukkan kekuasaannya terhadap pejantan lain bahwa Tany adalah miliknya. Hal yang Rengga tidak tahu adalah Tany dan Banyu adalah sepasang mantan kekasih dan enam tahun bukanlah waktu yang singkat.

Betul, tebakan Tany. Jika ia lengah sedikit, Rengga sudah pasti memainkan kartu genitnya. Tapi kali ini, Tany seolah menurut pada tindakan Rengga yang sok posesif padahal mereka bukan apa-apa. Ia perlu udara segar sebelum menuntut jawaban Naya.

Tany dan Rengga kembali ke bangku yang diduduki, sedangkan Naya bergeser sedikit mendekati Banyu.

"Banyu, tanggung jawab ya kalau gue sampai berantem sama Tany dan nggak punya temen. Siapa lagi yang mau temenan sama introvert macam gue selain Tany?" Naya berkata pelan seraya memperhatikan sahabatnya.

"Tenang, kita masih punya satu jam sebelum berangkat. Saya akan jelaskan pada Tany bahwa kamu hanya membantu."

"Kalau Tany mogok berangkat ke Baluran dan coret nama gue dari list pertemanan di ponselnya terus ntar nasib gue gimana, Banyu?"

Banyu menggeleng, "Naya, kalian itu sahabatan dari kuliah kan? Masa iya, Tany akan setega itu. Calm, I'll talk to her and make sure everything is fine."

"Awas lo ya!" Naya meninggalkan Banyu dan menghampiri Tany pelan-pelan.

Banyu mengambil bangku tidak jauh dari ketiganya. Mendekati Tany sekarang dan menjelaskan mengapa ia berbuat senekat ini hanya untuk bertemu dengannya hanya akan berakhir nihil.

Sepasang mata Banyu memperhatikan Tany yang agak jauh berbeda dengan terakhir kali mereka bertemu. Rambut pendek sebahu Tany kini terurai mencapai dada. Tidak ada perubahan dengan fashion yang menjadi andalan mantan kekasihnya, casual dan enak dipandang.

Siang ini Tany mengenakan celana pendek safari lima centi diatas lutut berwarna khaki yang dipadukan dengan tanktop putih dan kemeja flanel kebesaran senada bawahan. Banyu ingat ia juga memiliki flanel yang sama. Kemeja seragaman yang mereka beli bersama.

Banyu mengatur nafas. Setidaknya ada satu petunjuk yang menyiratkan bahwa Tany belum melupakan Banyu seutuhnya. Buktinya saja, mantan kekasihnya itu belum membuang kemeja favorit mereka.

Tany mendelik pada kehadiran Banyu sekali lagi. Dengan kesal perempuan itu lalu menyeret Naya ke suatu tempat. Pembicaraan rahasia wanita, begitu pikir Banyu.

***
Banyu mengusap wajah dan memandang Rengga yang duduk di depannya. Meski mereka tidak saling berhadapan tapi jarak antara keduanya cukup dekat bagi Banyu menyelidiki saingannya saat ini.

Kalau boleh jujur, Banyu sebetulnya tidak terlalu insecure dengan kehadiran Rengga dilihat dari penampilannya. Sepatu, atasan, jam tangan bolehlah branded tapi ada hilang dari tampilan Rengga sebagai lelaki. Sikap.

Ini pertama kalinya Banyu melihat seorang pria yang begitu rajin membuat story. Bahkan dalam hitungan lima belas menit, Banyu menghitung Rengga sudah membuat dua story.

'Apa pria di hadapannya ini adalah selebgram terkenal?' Banyu bertanya dalam hati. Tangan Banyu gatal untuk mencapai ponsel di saku dan bertanya pada Google, wahai siapa gerangan pria sibuk ini, Ya Tuhan?

Tapi bukankah semua orang kini bisa mengaku-aku sebagai selebgram atau orang populer bercentang biru asalkan jumlah followernya memenuhi persyaratan? Bahkan seorang abdi negara yang sering mengabadikan kesehariannya saja di kanal Youtube adalah seleb media sosial kekinian.

Ah, sudahlah! Itu bukan urusan Banyu. Tujuan utamanya adalah mendapatkan Tany kembali setelah satu tahun mantan kekasihnya itu menutup pintu komunikasi rapat-rapat.

Putus nyambung dalam hubungan mereka yang berjalan hampir enam tahun sebetulnya bukan hal baru. Tany bisa mentalak putus Banyu sebulan sekali dan mereka akan berakhir bahagia setelahnya.

Banyu tidak habis pikir, ultimatum yang ditembak Tany setahun lalu tepat saat mereka merayakan hari jadi yang keenam membuat hubungan mereka mati total. Dalam ingatan Banyu, Tany menagih janji kapan ia akan menikahinya.

Banyu yang sedang dalam kondisi tidak stabil merasa tertekan. Ia lalu teringat kematian mendadak ayahnya karena serangan jantung, ibunya yang harus kembali rawat jalan bolak-balik rumah sakit, serta dua adik kembarnya yang akan segera lulus sekolah dan menagih uang masuk kuliah pada Banyu.

Pertanyaan Tany membuat Banyu berpikir lima kali untuk melibatkan kekasihnya dalam kekisruhan rumah tangganya sendiri. Ada ibu yang sakit dan dua adik yang akan kuliah serta urusan pengeluaran rumah tangga lain. Dengan adanya istri dan calon anak, bukankah itu akan memberatkan Banyu?

"Kalau kamu nggak kasih aku jawaban pasti. Kita putus malam ini juga. Kamu nggak akan lihat aku lagi, Banyu." Tany mengucap sumpah yang tidak bisa ditarik kembali.

Saat ini Banyu hanya diam dan tidak memberi jawaban pasti. Ia hanya mendekap Tany seperti yang sering dilakukannya dan mereka biasanya akan berakhir di ranjang. Lebih banyak di ranjang kosan Tany sebetulnya karena Banyu tidak berani melakukannya di rumah orang tuanya.

Persoalannya, mereka berada di Bandung saat itu dan tidak ada tempat yang bisa Banyu gunakan untuk merayu Tany. Seingat Banyu lagi, setelah kejadian itu Tany benar-benar menutup akses pada Banyu. Orang rumah Tany di Bandung pun menutup mulut rapat-rapat kemana Tany pindah kosan selama bekerja di Jakarta. Bahkan Tany mengganti pekerjaan tanpa sepengetahuan Banyu.

Naya adalah satu-satunya harapan Banyu.

"Bantu gue, Nay." Banyu merayu Naya yang bekerja sebagai asisten dosen di sebuah Universitas Negeri di Bandung.

Rayuan maut Banyu akhirnya berhasil menaklukkan pertahanan Naya yang lalu mengikutsertakannya dalam trip yang diikuti Tany. Menyelundupkan namanya sebagai Obie, kekasih Naya yang pura-pura ikut mendaftarkan diri ikut liburan.

Bagi Tany, liburan ini mungkin sebatas menikmati Baluran dan matahari di Pantai Bama. Sedangkan untuk Banyu, boleh jadi lebih dari itu. Misi trip kali adalah mendapatkan Tany kembali ke sisi Banyu. 'Pulang bersama Tany adalah wajib hukumnya,' Banyu menggumam sumpah yang dirapal olehnya sejak lebih dari seminggu lalu.***

Add this book to your library! Love and Vote!

[Kira-kira Banyu berhasil mendapatkan hati Tany kembali nggak ya? Bang, penyesalan mah memang selalu datang belakangan kan?! Ada yang pernah satu server sama Banyu nggak? Butuh waktu berbulan-bulan buat nyadar kalau  beneran cinta sama seseorang? Bye.]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro