Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

01. Bregas Banyu

***

Peluh sebutir biji kacang hijau mulai memenuhi kening Tany saat ia bolak-balik di depan Rengga, pria yang kini sedang berusaha mendekatinya. Riuh ramai stasiun Gambir tidak menghalangi Tany untuk tetap menelepon sahabatnya, Naya.

"Duduk sebentar sini, Tan." Rengga melambaikan tangan dan menepuk kursi kosong di sampingnya.

Tany melirik ke arah Rengga tapi tidak langsung mengiyakan permintaan pria itu. Jemarinya masih sibuk menghubungi nomor Naya yang tidak dijawab sedari pagi. Pesan singkat yang sudah dikirim melalui whatsApp atau Telegram chat juga hanya menyisakan ceklis satu.

'Duh! Kemana nih Naya, males banget kalau sampai ia harus berangkat berduaan dengan Rengga menuju Baluran,' gerutu Tany dalam hati. Ujung matanya memperhatikan keberadaan Rengga yang sedari tadi juga sibuk membuat story melalui ponselnya.

Tampang Rengga oke sih tapi ajaib aja gitu. Dengan tato seukuran bungkus Beng-Beng yang mengukir angka romawi pada bawah lengan kanannya, Rengga sebetulnya terlihat macho. Tapi yang buat Tany gerah sebetulnya kalung dan gelang emas yang dikenakan Rengga di atas kaos tanpa lengan. Belum lagi beberapa anting yang menghiasi sepasang telinga pria itu.

Argh! Tany mengumpat dalam hati, 'Siapa juga dia mau mengatur-atur gaya Rengga? Mereka kan hanya sebatas kenalan di komunitas.'

Kebetulan saja Rengga adalah sepupu Kyra, salah satu panitia dalam komunitas travelling yang selama dua trip terakhir rajin diikuti Tany. Setelah trip pertama ke Pulau Tidung dimana mereka pertama kali bertemu, Rengga rajin menghubungi dan mengajak Tany bertemu.

"Rengga, aku kesana dulu ya. Haus," jelas Tany gerah sendiri pada Rengga seraya menunjuk minimarket ekspress yang ada di dalam stasiun.

Jujur saja, akhir-akhir ini, Rengga terlihat lebih genit padanya. Kalau duduk bersebelahan maunya sandar-sandaran. Lengah sedikit, Rengga sudah mau menggamit tangan Tany. Belum kalau lagi makan hadap-hadapan, Rengga sering inisiatif menyuapi dirinya. Apa dipikirnya Tany nggak bisa makan sendiri?

***

Tany melipir segera ke dalam minimarket dan membeli beberapa perlengkapan perang untuk mengisi perutnya di perjalanan. Tany memanjatkan doa dalam hati agar Naya sahabatnya segera muncul dalam perjalanan mereka menuju Taman Nasional Baluran.

Sebetulnya Tany tidak bisa memaksakan kehendak pada Naya tapi ia ingin menghabiskan liburan panjang ini dengan mengunjungi Taman Nasional Baluran. Saat Kyra menyebut trip selanjutnya menuju Baluran, Tany termasuk peserta yang mendaftar di urutan pertama.

Baluran adalah tempat yang ingin didatanginya sejak dulu. Camping di Pantai Bama adalah salah satu tujuan Tany. Keinginan yang belum sempat dicoret dari daftar mimpinya karena ia terlalu sibuk mewujudkan kebahagiaan orang lain, termasuk Banyu.

Hush! Tany melambaikan ponsel tepat di depan wajahnya sendiri saat nama sakral itu terucap dari mulutnya. Banyu adalah nama terlarang yang tidak boleh lagi lewat baik di dalam pikiran atau perkataan, apalagi perbuatan. 'Haram hukumnya!' Tany bergumam pada diri sendiri.

Sepasang kaki Tany berdiri di rak kesayangannya, apalagi kalau bukan rak makanan ringan khususnya coklat. Meski sempat bimbang memilih coklat tapi ia tahu choki-choki adalah cemilan wajib yang harus diangkutnya menuju kasir.

Mendadak Tany melihat sekelebat sosok yang menjadi buah terlarang untuknya mendadak melewatinya di balik pintu kaca minimarket. Banyu. Saking kagetnya, Tany bahkan berjongkok agar Banyu tidak perlu melihatnya.

Bertemu Banyu di tengah trip liburan yang akan dilakukannya saat ini adalah mimpi buruk. Selepas mereka putus satu tahun lalu, Tany memang sengaja mematikan semua kontak dan media sosial yang berhubungan di antara mereka berdua.

Putus hubungan setelah enam tahun bersama bukanlah hal mudah. Tapi Tany juga belajar dari pengalaman sebelumnya. Jika ia memberi Banyu akses maka bukan hal sulit bagi Tany untuk kembali bertekuk lutut pada lelaki yang pernah menyelamatkannya dulu dari tangan jahil.

Tany menempelkan ponsel di dadanya masih dalam kondisi berjongkok. Ia mengambil barang belanjaan dan segera menuju kasir. Tany tidak mau berlama-lama di minimarket dan membuat kesempatan takdir untuk mempertemukannya kembali pada buah terlarang aka. Banyu. Titik.

Sedetik kemudian, ponsel Tany berdering. Melihat nama sahabatnya di panggilan merupakan hal yang ditunggu Tany sejak tadi pagi.

"Naya, kemana saja sih? Duh, males banget kalau sampai lo nggak jadi berangkat dan gue harus berangkat berdua cuma bareng Rengga."

["Gue udah nyampe di Gambir, Tan. Lo dimana?"]

"Minimarket, lagi jajan. Lo udah masuk kan? Obie jadi ikut kan, Nay?" Tany menjepit ponsel di antara bahu dan telinganya seraya mengeluarkan uang untuk membayar cemilan.

["Ntar gue ceritain kalau udah ketemu. Gue ke atas sekarang."] Naya menutup telepon Tany.

***

Tany bernafas lega. Setidaknya ia tidak perlu menghabiskan dua belas jam kurang bersama Rengga menuju Surabaya yang akan dilanjutkan menggunakan kereta lokal dari Surabaya ke Sidoarjo. Titik pertemuan terakhir sebelum para peserta trip melanjutkan perjalanan ke Taman Nasional Baluran menggunakan elf yang sudah disewa oleh Kyra.

Kalau saja Tany bukan anak baru di Lembaga Anti Korupsi (LAK), ia sudah pasti akan mengajukan cuti lebih panjang dan berangkat bersama Kyra dan teman-teman trip lain sedari kemarin. Apa daya anak magang kemarin sore yang baru mulai merintis karir kembali, Tany harus ikuti kebijakan kantor.

Rengga yang mendadak memiliki inisiatif untuk menemani Tany berangkat dari Stasiun Gambir tentu saja tidak bisa ditolaknya. Maka dari itu, Tany menyeret Naya dan kekasihnya untuk ikut bersamanya mengikuti trip komunitas. Alasan Tany, semakin ramai semakin asyik.

Tany berjalan menghampiri Naya yang membawa ransel seadanya.

"Ini bawaan lo?" Tany bertanya pada Naya.

"What do you expect dari orang yang hobinya rebahan sih, Tan?" Naya merespon pertanyaan Tany dengan pertanyaan lain. "Lagian lo bilang kan, kita cukup bayar iuran dan biaya makan yang udah termasuk tenda buat camping disana."

Tany mengangguk mendengar pembelaan Naya. Trip kali ini tidak terlalu berat harus membawa tenda sendiri. Pada dasarnya, Kyra sebagai panitia baik hati dan tidak sombong sudah mengakomodasi kebutuhan para peserta. Bagi peserta yang mau membawa tenda sendiri, dipersilahkan. Tapi untuk teman-teman seperti Tany dan Naya yang memang tidak memiliki peralatan perang untuk camping tetap disewakan tenda untuk bermalam di sana.

"Jadi, Obie mana?" Tany merangkul dan membimbing Naya menuju kursinya bersama Rengga.

"Soal itu, Tan. Ada yang harus gue omongin tapi lo jangan marah," ujar Naya beberapa langkah tepat sebelum mereka sampai di deretan kursi yang sedang diduduki Rengga.

"Obie nggak bisa ikut? Mendadak nggak bisa pulang ke Jakarta?" Tany menebak jawaban yang akan disampaikan sahabatnya.

Naya mengangguk kecil.

Tany melambaikan tangan, "Gampanglah. Ntar gue tanya ke Kyra, duit iuran buat jatah Obie bisa dibalikin apa nggak. Sepengetahuan gue sih, duit tenda mungkin masih bisa tapi kalau soal konsumsi kayanya harus lo ikhlasin deh, Nay."

"Persoalannya bukan itu, Tan." Naya memotong penjelasan Tany.

Tany menangkap nada panik pada intonasi suara sahabatnya. "Lo tetep berangkat kan, Nay?"

Naya mengangguk.

Tany bernafas lega. "Kirain apa? Dahlah. Ayo, sini buruan."

Naya menarik tangan Tany. "Itu masalahnya." Kepala Naya menunjuk pada satu sosok yang ingin Tany hindari sejauh mungkin. Buah terlarang yang tidak boleh digigitnya kembali.

Mata Tany mengikuti arah yang ditunjuk Naya. Lelaki itu hanya berjarak sepuluh meter darinya. Masih tampan dengan setelan berwarna hitam yang menjadi favoritnya. Tany memandang Naya yang mengangguk pendek sambil berkata maaf dengan pelan.

Bregas Banyu, mantan kekasih Tany yang kini sedang berjalan menghampiri tempatnya berdiri. Nafas Tany mulai sesak. Bukan mau menangis tapi ia ingin berlari ke arah yang berlawanan.***

Add this book to your library! Love and Vote!

[Ada yang pernah merasakan hal sama seperti Tany? Mantan terlarang. Digigit sakit tapi kalau nggak digigit malah bikin penasaran. Dahlah ya, persoalan anak muda memang harus gigit-menggigit. Tunggu Bab selanjutnya, Yaws!]


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro