Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

3 Minuman

Usai lulus S2 Manajemen di Jepang, Heesung tertekan pulang ke rumah ayahnya. Dia muak tinggal bersama dua wanita yang membunuh ibu kandungnya. Satu bulan setelah ibu Heesung dikremasi, ayahnya resmi menikah dengan ibu Karina. Tak ada perayaan. Hanya pernikahan secara resmi di kantor kependudukan.

Heesung tak senang tinggal di sana. Dia langsung pindah sekolah yang ada asramanya, lalu minggat tujuh tahun kuliah di Jepang. Heesung merasa lega mendapat pekerjaan di Jepang. Namun, sebuah perusahaan memindahtugaskan Heesung di Korea.

Sangyeob bahagia mendengar kabar pemindahan Heesung ke asalnya. Dia mendesak Heesung pulang ke rumah mereka. Sayangnya Heesung benci berada di sana. Untunglah Sunoo menawari tempat tinggal, gara-gara teman sekamarnya berhenti menyewa dan pulang kampung.

Perdebatan alot pun terjadi. Sangyeob menolak tegas keinginan Heesung. Namun, keberadaan teman lama Heesung berhasil menjinakkan Sangyeob. Setelah yakin Heesung boleh pindah besok pagi, dia dikejutkan kemunculan Karina yang tiba-tiba.

Heesung tak perlu memusingkan adik tirinya yang tampak memiliki urusan sangat penting. Heesung segera mengajak temannya keluar untuk sekedar mencari udara segar.

"Itu adikmu?" tanya teman Heesung antutias.

"Eoh."

"Cantik sekali. Kapan-kapan ajak dia ke klub."

"Tidak usah."

"Apa kau tak ingin mengenalkan padaku?" tuntut temannya penuh harap.

"Setelah aku menguburkan mayatmu, baru akan kukenalkan!" Heesung mengalungkan tangan ke leher temannya.

"Ya Tuhan, kau memang pelit sekali. Dia kan adikmu, aku tak akan macam-macam. Janji!"

"Tutup mulutmu, Kim Sunoo!" seru Heesung semakin gusar.

Sunoo tertawa puas. Keingintahuannya tentang adik Heesung membumbung tinggi. Esok dia akan coba mencari informasi.

Kenapa pula Karina pakai acara keluar rumah ketika Sunoo bertamu? Bagaimana jika temannya sejak SD ini terus merongrong ingin dikenalkan? Bagaimana Heesung harus menyampaikan keinginan Sunoo pada Karina?

Setiap mereka ketemu, tak pernah akur. Selalu ribut untuk hal-hal sepele.

***

Karina menjejalkan kimbab ke dalam mulutnya. Dia sudah menghabiskan satu cup ramen panas dan sebotol limun. Namun, perutnya tak pernah mau kenyang. Gadis itu harus segera pulang. Otaknya belum menemukan alasan yang tepat kenapa dia keluar rumah tanpa izin.

"Sudahlah. Yang penting aku kenyang!" gumam Karina pada dirinya sendiri. Kemudian dia tersedak makanan. Sayangnya minumannya habis. Dadanya terlanjur nyeri untuk makanan yang tersangkut di tenggorokan.

Seseorang menyorongkan sebotol minuman dingin di depan Karina. Dia buru-buru minum minuman isotonik sampai tersisa setengah botol. Setelah yakin tenggorokannya tanpa makanan, Karina baru memandang orang yang menyodorkan minuman.

"Terima kasih!" sahut Karina susah payah mengeluarkan kata.

Pemuda itu tampan sekali. Dengan mata sayu. Setiap dia tersenyum begitu menggoda. Dan tubuh proposional. Pemuda itu menggunakan jaket denim, sepatu converse, dan celana jeans hitam. Benar-benar kasual. Dia menggendong tas besar. Karina menduga dia seorang musisi yang barangkali sedang mengikuti audisi.

"Lain kali, makannya pelan-pelan," kata si pemuda. Senyumannya benar-benar memikat. Orang awam pun pasti mengira pemuda itu punya daya sihir, atau mungkin alien yang menyamar.

Untuk pertama kalinya dada Karina berdesir hebat. Dia tak tahu kenapa detak jantungnya mendadak tidak normal. Tangannya meremang. Dia ingin menarik wajah pemuda itu, untuk sekedar menggapai pipi si penolongnya dari ancaman mati tersedak.

"Terima kasih," ucap Karina lirih sekali lagi. Gadis itu tersenyum malu.

Kemudian si malaikat penolongnya berlalu meninggalkan Karina sendirian di depan minimarket. Tampak bengong dengan apa yang terjadi.

"Kenapa dadaku? Hah? Apakah ini cinta pada pandangan pertama? Aish... Mana mungkin!" tepis Karina semakin gusar pada dirinya sendiri.

***

"Ah, Karina-ya, dari mana saja kau?" tegur ibunya tak senang. Wanita berusia 47 tahun itu tersenyum masam menunggu Karina di lobi Centra Tower, apartemen mereka tinggal.

"Eomma, aku hanya keluar sebentar. Masa tidak boleh?" tanya Karina sengaja mengabaikan ibunya.

"Apa kau tidak tahu ayahmu meneleponku?"

"Jinjja?"

Mata Karina membelalak senang. Ayahnya menelponnya? Kejutan yang menyenangkan. Sudah hampir satu tahun Karina tak bertemu ayahnya.

Ibu Karina tidak pernah berkomunikasi dengan ayah kandung Karina yang bernama Park Seojoon. Ibu Karina memiliki dua anak, Karina dan kakak laki-lakinya. Tapi ibu Karina cukup puas mendapatkan Karina sebagai anak. Sebab ayah dari anak-anaknya tak pandai mengurus dirinya sendiri. Maka dengan amat paksa, kakak Karina menemani Seojoon nun jauh di tepi pantai sebagai nelayan miskin.

"Appa meneleponku, ada masalah apa?"

"Kau diharapkan datang ke sana. Tapi Eomma tak mengizinkan."

"Kenapa? Dia ayahku!" tegas Karina mulai kesal.

Kini Karina mengerti kenapa ibunya menunggu di luar. Dia tak ingin suaminya, Sangyeob mencuri-dengar percakapan mereka. Biar bagaimana pun, ibu Karina tak pernah menikah dengan Seojoon. Tak pernah sudi berurusan lagi dengan ayah dari anak-anaknya. Dia hanya ibu tunggal bagi Lee Karina. Tak heran marga Karina dan kakaknya amat berbeda.

"Dengar Karina-ya, ayahmu menunggu kita pulang. Bukan pria miskin dengan kapal pinjaman itu!"

"Sangyeob Aboji hanya ayah di atas kertas, itu pun ayah tiri! Memangnya kenapa kalau ayah kandungku miskin? Ini bukan kesalahan. Eomma pernah mencintainya. Dan kenapa Eomma berlagak menjadi orang kaya? Ah... Apa menikahi Tuan Lee membuat Eomma merubah masa lalu Eomma sebagai perempuan restoran yang menjual badan?"

PLAK!

"Jaga bicaramu!"

Ibu Karina berhasil melayangkan tamparan yang sangat keras. Dia tersinggung hebat harus membuka kisah lamanya.

Mengingat nama Seojoon tak akan mengubah apa-apa kecuali goresan tajam yang baru di hati ibunya Karina.

"TERSERAH!"

Karina tahu tindakannya hanya akan memperparah keadaan. Dia yakin seluruh penghuni Centra Tower akan menggunjingkan ibunya. Karina tak akan membela reputasi ibunya yang sudah jelek gara-gara disebut sebagai perebut suami orang.

Karina hanyalah seorang anak perempuan yang ingin bertemu ayahnya. Toh usianya sudah di atas 18 tahun. Sah untuk melakukan apa saja sesuai hukum. Ibunya tak harus mengekang apakah Karina boleh bertemu ayahnya atau tidak.

Karina berpaling dari ibunya. Dia keluar dari Centra Tower, meninggalkan neraka yang ditinggali selama lima belas tahun. Dia tak harus melihat Heesung lagi, merasa tak enak hati berkepanjangan. Setiap Karina muncul, Heesung selalu pergi.

Karina akan pulang ke kampung halaman. Nun jauh di pinggiran pantai. Hidup sederhana bersama ayahnya. Akan dia tinggalkan pendidikannya. Karina tak peduli kenyamanan yang diperoleh selama ini. Sebab alasan besar Seojoon tak pernah bertemu Karina adalah larangan tegas Yu Nahyun-ibu Karina.

Tanpa pikir panjang, Karina naik bus tanpa melihat rutenya. Dia langsung duduk di jok paling belakang. Menyembunyikan wajahnya yang bersimbah air mata.

Hatinya perih. Untuk pertama kalinya Nahyun bertindak kasar. Menampar anak bungsunya tanpa ragu-ragu. Tak ada perasaan sesal setelah melakukan itu. Sebab naluri sebagai seorang ibu telah lenyap ditelan perasaan sakit hati akan hinaan Karina.

"Berikan saja perhatianmu pada anak tiri yang kau banggakan. Heesung tak akan pernah menganggapmu sebagai ibunya. Dan aku tak akan peduli lagi padamu, Eomma. Aku akan pulang ke rumah ayahku sendiri!" jerit Karina dalam hati tak terima. Dia mengelus bagian pipi yang sakit. Lalu terisak pelan sepanjang perjalanan.

Satu jam kemudian, Karina duduk melamun di sebuah kafe. Dia tak punya tujuan pulang. Kemudian gadis itu mengeluarkan ponsel. Dicari daftar kontak ayahnya, tidak ada. Bahkan tidak ada marga Kwon yang disimpan di list panggilan.

Kakaknya segelap malam. Tak pernah ditemui seumur hidup. Karina hanya tahu dia punya kakak. Tapi seperti apa rupanya, bagaimana perangainya dan sehebat apa dia di laut. Karina tidak tahu wujudnya.

Kemudian bahu Karina mengejang. Dia ingat salah satu teman lamanya pindah di Tongyeong, di provinsi Gyeongsangnam-do. Paling tidak, Karina butuh daya akomodasi sementara selama dalam pelarian. Sebab dia tidak tahu persis di mana rumah ayah kandungnya.

Meskipun pipi Karina perih, tapi dia berhasil tersenyum lebar. Usai menelpon temannya yang bernama Kim Minjeong, Karina lari ke halte terdekat. Dia tahu ibunya bakal menyusul Karina di Tongyeong tak lama lagi. Tapi keputusan Karina sudah final. Dia tak mau tinggal di Seoul lagi.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro