Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

18 Cinta Satu Sisi

Tak ada pilihan lain. Nahyun tak bisa mengelak. Seluruh dunia sudah tahu, dia punya dua anak laki-laki lain—yang tak pernah dipublikasikan. Wartawan memberondong keluarga Sangyeob atas konfirmasi itu. Sangyeob tersenyum ke arah kamera, mengiyakan kebenaran akan video dokumenter itu. Mereka berdiri sejajar, termasuk Jungwoon sebagai salah satu anggota keluarga.

Nahyun memeluk Jungwoon dengan amat canggung. Dia mencium kening Jungwoon sekilas, lalu mengucapkan terima kasih atas lagu yang dibawakan Jungwoon. Sangyeob menyusul tindakan istrinya, dia menepuk pundak Jungwoon. Kilatan lampu flash memberondong momen itu tanpa ampun. Pasangan itu lalu memisahkan diri dari kerumunan, pulang ke kondominium mewah mereka.

Heesung menarik Karina, keduanya menuju kamar hotel tempat Karina menghabiskan waktu dengan main game. Setelah keduanya masuk, gadis itu menghadap ke Heesung. Matanya sudah bengkak atas video tadi.

"Oppa, apakah kau sudah sinting?" tanya Karina belum kunjung dari rasa terkejutnya.

"Hm," gumam Heesung, mengiyakan dengan ketenangan yang sangat mengerikan bagi Karina.

"Tapi Sangyeob Aboji..." Kalimat Karina terputus, ketika pintu kamar diketuk dari luar. Heesung segera membukakan pintu. Rupanya Jungwoon bergabung dengan percakapan mereka. "Jungwoon Oppa...," sebut Karina masih belum pulih dari shock.

Jelas Karina heran bagaimana mereka bisa berkonspirasi untuk mengguncang Nahyun dan Sangyeob. Apalagi menyembunyikan semuanya di balik punggung Karina. Gadis itu agak tersisihkan tidak ikut peran, tetapi bahagia mengingat ketiga saudaranya tampaknya baik-baik saja tanpa status mereka sebagai saudara tiri.

"Annyeong." Jungwoon melambaikan tangan. Setelah mengedikkan bahu, Jungwoon duduk di sofa, salah satu kakinya ditumpuk di paha. Tangannya terentang ke kepala sofa.

"Akhirnya, ibumu mencintaiku Karina-ya." Helaan napas berat Jungwoon terdengar keras. Jungwoon tampaknya bahagia atas pengakuan itu. Namun, Karina dan Heesung tahu, pengakuan itu teramat palsu. Sebab Nahyun melakukannya atas dasar reputasi.

"Jamuannya sangat enak, tapi aku masih lapar. Bagaimana kalau kita pesan makarel panggang?" usul Jungwoon, ditatapnya penuh harap Heesung, agar setuju dengan makan malam lanjutan.

Karina dan Heesung saling lirik. Lalu mereka setuju memesan makarel panggang. Si kembar mendengar bagaimana Heesung bisa memiliki ide video dokumenter itu. Mulanya Heesung ingin Seojoon menjadi narasumber utama. Namun, dia membatalkan di akhir, tepat ketika Sunoo tiba di Bijindo, menyumpah jengkel karena badannya pegal mengusung kamera. Dia pun menyuruh Sunoo mencari Jongseong, yang tak sulit ditemui. Pria hiperaktif itu orang pertama yang ditemui Sunoo.

"Aku hanya berharap, kalian bakal lebih mudah lagi untuk bertemu satu sama lain," pungkas Heesung tulus. Dia menganggukkan kepala serius.

Karina mendekap ringan bahu Heesung. "Tanpamu, mungkin aku tak bakal merasa sesak di rumah. Keberadaanmu salah satu faktor, kenapa aku sangat ingin lari dari rumah. Dan seandainya aku bertahan di sini, aku tak akan pernah tahu bahwa aku punya saudara kembar berbakat seperti Jungwoon, sesinting Jongseong Oppa atau sosok lain yang paling tulus kukenal. Heesung Oppa kelihatannya cuek sekali. Mengerikan." Karina mendadak dramatis, dia menyeringai kemudian, "Tapi pada akhirnya, kau yang paling peduli padaku, kurasa."

Heesung mengempaskan badan ke sofa. Tarikan napasnya senyaring helaan napas Jungwoon. Dia alasan Karina kabur dari rumah? Dia yang menanam bom terhadap hubungan baik Karina dan Nahyun? Tak bisa dipercaya.

"Aku? Hahahaha!" Heesung tertawa keras-keras. Itulah gerakan refleks setiap kali ada kejadian ataupun perkataan yang tak mengenakkan.

"Gomawo, Heesung Oppa."

Kedua bola mata Karina terpaku pada Heesung. Dia tersenyum manis sekaligus merasa bersalah. Dia tak bisa membalas perasaan Heesung seperti seharusnya. Pria itu, bertahun-tahun mencintai Karina. Namun, ini yang bisa dia lakukan. Menyatukan retakan dalam keluarga. Sedangkan Karina bermuram durja sepanjang hari, tanpa ada tindakan kecuali mengurung diri di kamar.

"Hm..." gumam Heesung tak jelas lagi. Dia memandang adik kembarnya yang satunya, tatapan si kembar benar-benar identik. Heesung tak tahan dengan pembicaraan yang semakin intens. Dia mengalihkan topik pembicaraan. "Omong-omong, bagaimana kalau kita liburan musim panas tahun depan di Bijindo?"

"Oppa yakin pergi ke sana?" tanya Karina ragu-ragu.

"Memangnya kenapa?" balas Heesung heran, kenapa Karina belum pernah percaya pada Heesung.

"Ya, tentu saja, karena hotelnya tidak sesuai dengan standarmu. Dan kalau pun kau nekat bermalam di rumahku, maksudku, kau harus tahan lapar. Karena kami terbiasa masak dengan kayu bakar."

Penjelasan Karina diabaikan. Bukannya mengiyakan, Heesung malah nekat hendak membangun villa di pulau kecil itu.

"Aku sudah berinvestasi. Tahun depan, villa-ku sudah siap huni layak. Ada air bersih yang siap mengalir. Bukan lagi air tadahan hujan atau air suling dari laut. Ada listrik yang bukan dari genset bising. Tempat tidurnya bukan lagi di lantai, tapi ranjang. Dan kompor gas dengan juru masak yang siap sedia," beber Heesung penuh kebanggaan.

Karina dan Jungwoon tercengang.

"Kau tidak mungkin memata-matai rumahku, kan?" tanya Karina semakin ngeri. Deskripsi Sunggyu jelas merujuk rumah bambu Seojoon.

"Tidak. Jongseong yang menjelaskan keseluruhannya soal rumah kalian. Dia setuju membangun rumah baru, asal aku mendanai rumahnya."

"Liburan macam apa itu?" kecam Karina tak habis pikir. Gadis itu sangat menyukai rumah bambu yang tegak di Bijindo. Meskipun berantakan, tetapi Karina merasakan entakan kenangan dari kehidupan Seojoon yang indah bersama Nahyun dulunya.

"Liburan yang eksklusif. Jangan cerewet. Nah itu makarelnya datang. Ayo kita makan!" Heesung mengabaikan sindiran Karina. Pura-pura antutias.

Untuk kedua kalinya Heesung membuka pintu. Kali ini pelayan hotel yang mendorong troli masuk ke kamar. Tiga makarel panggang tersaji di piring putih, ditemani tiga gelas jus jeruk segar. Tak lupa acar lobak menjadi pendamping makarel, serta nasi putih di mangkok yang terpisah.

"Oppa jjang!" Karina mengacungkan dua jempolnya.

Heesung tersenyum lebar. Ketiga orang itu mengobrol soal kegiatan Jungwoon. Dengan senang hati, Heesung menawarkan kamar kosong di kondominium mewah mereka. Jungwoon menolak. Dia lebih suka tinggal di apartemen yang ditinggali seorang diri. Apalagi dia sudah sibuk dengan banyak praktikum kampus dan kegiatan manggung.

"Sudah cukup Eomma dibuat malu oleh kita, jangan menambah masalah hanya karena aku tinggal bersama kalian," kata Jungwoon dengan bijak. Mulutnya kembali penuh makarel, lalu dia tersedak.

"Tapi Oppa, kau itu anak Eomma juga. Artikel tentang keluarga kita sudah terungkap di internet, koran dan TV. Kau kakakku yang sudah diakui. Cepat atau lambat, Sangyeob Aboji bakal mengurus akta kelahiranmu, saham, fasilitas atau apapun yang kau mau." Karina menyodorkan segelas minuman pada Jungwoon.

"Tak masalah. Yang penting, kita bisa kumpul bersama. Jangan memaksakan keinginan orang tua kita demi kita, Karina-ya. Aku sangat bersyukur, karena bisa melihat saudari kembarku dari dekat. Toh aku sudah punya keluarga sendiri di Busan."

Jungwoon sangat khawatir orang tua asuhnya yang penyayang bakal kehilangan. Sejak diberitahu bahwa dia anak angkat, orang tua Jungwoon sudah mewanti-wanti agar tidak kembali, karena Jungwoon anak mereka. Setelah diakui sebagai putranya oleh Nahyun, Jungwoon bakal kembali tidak mencari. Itu sudah janji Jungwoon, untuk tidak terlibat lebih jauh dalam kehidupan keluarga Karina.

Makarel itu habis dalam sekejab. Jungwoon telah menandaskan makanannya. Dia meneguk jus jeruk yang dingin, lalu bangkit dari sofa.

"Aku harus pulang, Karina-ya, Heesung Hyung," pamit Jungwoon. Tas gitarnya disampirkan di bahu kiri.

Mata Heesung mengerjab kaget. Dia tak menyangka Jungwoon secepat ini pergi. "Hei, kau tidak ingin mengobrol lebih lama dengan saudarimu?" tanya Heesung.

"Lain kali saja, Hyung. Lagi pula, aku ada janji dengan seseorang." Jungwoon melirik masam ke arah Karina. "Seandainya kau itu bukan yeoja, kuharap aku tak bakal serepot ini direcoki Sunghoon Hyung yang kasmaran."

Dada Karina berdesir. Nama Sunghoon langsung menegakkan kepala Karina. Ditatap Jungwoon penuh harap, agar ada penjelasan lebih lanjut. Namun Jungwoon malah tertawa mengejek.

"Apa? Jadi Karina sudah punya pacar?" selidik Heesung, matanya terbelalak.

"Entahlah, tanya saja pada yang bersangkutan." Jungwoon merapikan puncak rambutnya.

Muka Karina merah padam. Dia merasa ditelanjangi oleh saudara kembarnya sendiri. Malu karena akhirnya Heesung tahu apa maksud Jungwoon secara tersirat. Kasmaran yang dimaksud Jungwoon, Sunghoon mengakui perasaannya pada Karina. Tatapan Heesung sangat menakutkan sekaligus menyudutkan Karina, tepat ketika melihat Karina.

"Belum cukup Sunoo dan Jake yang memperebutkanmu, Karina-ya, kau, kau? Ya Tuhan! Apa kau punya pacar rahasia?" pancing Heesung pura-pura marah. Nada suaranya menukik tajam.

"Aku tak punya pacar!" sergah Karina. Bibirnya berkedut menahan tawa. "Langkahi mayat para kakak laki-lakiku, baru mencintaiku. Lagipula, aku sudah bahagia memiliki tiga Oppa hebat di sini. Untuk apa aku mencari Oppa lain?"

"Eishh...," dumel Jungwoon. "Itu lain. Sudah waktunya kau punya kekasih Karina-ya."

"Haruskah? Lantas apa kau sudah punya pacar, Jungwoon Oppa? Heesung Oppa?" Karina menyambar nasihat itu dengan pertanyaan yang menyudutkan.

"Tentu saja aku sudah punya." Jungwoon mendelik. "Dia mahasiswi transfer dari Jepang. Lain kali kukenalkan padamu."

"Heesung Oppa, kau sudah punya?" Karina beralih menatap Heesung, yang dibalas melotot kesal. "Nah Heesung Oppa saja tak punya. Setiap hari hanya berdua dengan Sunoo tersayangmu. Aku saja tidak kenal siapa dia. Aku tahu Jongseong Oppa ingin dicarikan pacar dari kenalanku. Artinya aku bisa kencan bersama kalian."

"Tidak! Liburan nanti, aku sudah bawa pacarku," tegas Heesung berapi-api. Dia memalingkan muka, tak tahan melihat ekspresi Lee Karina yang meledek.

"Benarkah, Oppa? Mau taruhan berapa? Aku yakin kau tak bakal bawa gadis ke Bijindo. Apalagi kau masih mencintai..." Otomatis Heesung membekap mulut Karina. Dia tahu rahasianya bakal terbongkar di depan Jungwoon kalau Karina mengoceh.

"Pokoknya aku bakal bawa pacarku nanti. Terserah kau sendiri, mau punya pacar atau tidak. Kan, itu hatimu. Asal jangan Sunoo dan Jake. Bisa pening kepalaku punya ipar semacam mereka." Heesung keluar dari ruangan. Tak tahan dengan kecerewetan Karina.

Gadis itu sudah mulai berubah. Rona kebahagiaan terpancar amat jelas. Apalagi dia kembali cerewet. Tanpa menyandang beban. Lee Karina, wanitanya yang dijaga Heesung mati-matian selama ini. Heesung tahu, perasaannya sulit dienyahkan. Tapi dia harus mencoba untuk mencari wanita lain, yang pantas berada di sisinya.

Hal ini sangat menggelisahkan. Dia tahu, kelak Karina bakal memiliki pasangannya sendiri. Heesung tak ingin diradang cemburu buta, hanya karena Karina punya pacar duluan. Mulai sekarang. Ya, harus mulai sekarang. Dia harus mencari wanitanya sendiri.

Heesung tersenyum. Langkahnya ringan menuju bar hotel. Dia lebih baik kabur, tak tahan dengan tatapan Karina yang berbinar malu usai mendengar nama Sunghoon. Segelas wine menjadi temannya. Ya, dia tak akan menyesal dengan pilihannya. Pengakuan putra lain Nahyun tidak akan mempengaruhi saham yang akan dimiliki Heesung nantinya. Asal, adiknya bahagia.

Tak selamanya Heesung harus meneruskan cinta satu sisi yang salah. Telah banyak yang Heesung perjuangkan. Dia berharap Karina kembali tersenyum.

"Semoga kau bahagiadengan pilihanmu, Karina-ya," bisik Heesung penuh harap, cairanmerah gelap menyejukkan tenggorokan Heesung. Dia melayang, bersama pencapaiansuksesnya yang terasa pahit dari dalam.

~~~~~~

Adudududu.... Banyak yang baca ternyata. Makasih ya sayang2ku yang belain vote, seneng deh. Hehehehe

Ga nyangka FF ini cepat berakhir.

Dan buat pembaca baru, makasih sudah mampir melipir ke FF aku. Yoooo~~~

Bocoran Planet Cahaya

YAKIN NIHHHHHH GAK MAU BACA????? VISUALNYA YUGO ITU HEESUNG LHOOOOO. DEK HEESUNG YANG MBTI-NYA SAMA KAYAK SANG AUTHOR. INFJ MAAAK. PALING LANGKA SEDUNIA. WKWKWKWK.

25 Agustus 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro