Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

14 Saham

Heesung dan Karina berdiri tegang di depan pintu apartemen. Mereka saling berpandangan dengan gugup. Perasaan Karina campur aduk. Pasalnya dia sudah melontarkan kata-kata yang tidak sopan. Dia tidak yakin ayah tirinya memaafkan Karina.

"Tenang saja," kata Heesung pelan. Dia menepuk punggung Karina. Refleks punggung Karina menjauh, kaget dengan sentuhan itu.

"Ah, maaf," gumam Heesung menyeringai. Adik tirinya balas menyeringai.

Pintu apartemen dibuka oleh ayah mereka. Heesung masuk duluan, tangannya menggenggam Karina. Gerakan itu tidak luput dari Sangyeob. Namun, dia menyimpan segala pertanyaan sampai mereka duduk di ruang keluarga.

"Kondisi ibumu drop. Apa kau ingin masuk ke atas?" tanya Sangyeob sambil lalu. Ekspresi wajahnya keruh, pertanda kurang istirahat.

"Dokter sudah memeriksanya, kan?" tanya Karina enggan.

"Ya, hanya terlalu stres dengan sikapmu akhir-akhir ini."

Karina memalingkan muka. Anehnya dia tidak suka cara bicara Sangyeob yang agak menyalahkan dirinya.

"Aboji." Heesung memanggil ayahnya. Dia bisa merasakan kecanggungan yang melebur di seluruh penjuru rumah mereka. "Ada yang ingin kubicarakan denganmu."

"Apa itu?" Dada Sangyeob berdegup. Pasti ada sesuatu hal, sampai Heesung ikut campur urusan bagian keluarga sambungannya. Mana mungkin Heesung memegang Karina. Hampir seumur hidup anak laki-lakinya, Heesung benci sekali dengan Karina dan Nahyun.

"Beri tahu aku, kenapa Eo..Eomo...Ni," Heesung kesulitan mengucap Eomoni, "peduli pada satu anaknya, sementara yang lain ditelantarkan. Kenapa kau mencintai wanita semacam dia," tuntut Heesung. "Dan kenapa kau bahkan tidak peduli pada ibuku?"

Sangyeob masih diam. Dia menarik napas dalam-dalam. Matanya menghujam ke sosok menunduk putri tirinya.

"Ibumu bukan orang yang baik, Heesung-ah."

Kata-kata itu mengejutkan Heesung. Baginya, ibu kandung Heesung adalah wanita yang paling perhatian pada keluarga. Dia sangat menjunjung keutuhan keluarga kecilnya. Berusaha mempertahankan ikatan pernikahan. Melindungi Heesung dari ancaman keluarga berantakan. Dia hanya ingin kehidupan Heesung yang terjamin. Wanita yang kecewa pada suaminya sendiri, sekalipun Sangyeob mencintai wanita lain.

"Ibumu mengambil tempat yang seharusnya menjadi milik Nahyun. Ibumu yang serakah, menginginkan harta dan jabatan untuk kepentingannya sendiri. Dan itulah alasanku ingin menceraikan dia. Tapi ibumu mengidap kanker leher rahim. Bagaimana aku tega menceraikan ibumu, kalau kau sendiri sangat sedih akan penyakit itu."

"Jangan salahkan ibuku," ucap Heesung, kilatan matanya mengintimidasi Sangyeob. "Kau sendiri juga bukan orang baik. Egois, sampai membuat banyak orang lain terluka."

"Ya memang." Sangyeob sepakat. "Aku membawa wanitaku pulang ke Seoul, tanpa peduli dia mencintai orang lain atau tidak. Aku hanya ingin dia berada dalam pandanganku."

"Anda memisahkan aku dengan saudara kandung dan ayahku. Kenapa tidak tinggalkan aku sekalian di Tongyeong? Jadi aku bisa membenci kalian dengan tenang," balas Karina diliputi kobaran emosi.

"Aku hanya ingin punya anak perempuan. Tapi ibumu menyerah untuk hamil lagi. Jadi sekalian saja kau diboyong kemari, Nak."

"Apakah Anda tidak keterlaluan, mengacaukan kehidupan orang lain? Bagaimana bisa aku baru tahu aku punya saudara kembar? Dan bagaimana bisa, aku tidak diizinkan bertemu ayahku?"

"Heesung-ah," sebut Sangyeob mengabaikan pertanyaan Karina, "Seandainya ada dua anak laki-laki di rumah ini yang memanggilku Aboji, apa kau keberatan berbagi saham dengan mereka?" tanya Sangyeob.

Sontak Karina dan Heesung membeku.

"Sudah cukup aku memiliki dua anak. Jangan ditambah lagi dengan anak yang lain."

"Kau memang bajingan, Aboji!" lengking Heesung semakin tersinggung.

Bagaimana bisa ayahnya amat perhitungan? Bentuk perhatian yang sama sekali membunuh karakter Heesung perlahan. Pemuda itu malu di depan adik tirinya. Dia benci memiliki ayah semacam itu.

Kali ini Sangyeob menatap lembut Karina, dia bahkan tersenyum kecil. "Aku yang memohon pada ibumu, Nak. Agar ia melupakan kedua putranya. Hampir setiap malam dia merindukan Jongseong, dan mimpi buruk jika salah satu putranya muncul untuk menyeretnya jatuh ke kolam. Ibumu punya mimpi yang mengerikan. Dia tidak berani tidur lagi. Menangis sampai pagi."

"Tidak. Eomma bahkan tidak mencintai kakak-kakakku. Dia bahkan mengusir Jungwoon Oppa. Hanya Seojoon Appa yang memintaku bertahan di sini, mengurus Eomma. Padahal aku sangat bahagia bersama keluargaku di Tongyeong. Tapi kenapa kalian membuat segalanya sulit?"

Karina mengumpat dalam hatinya. Dihapus air mata yang merembes keluar. Dia tidak menangis soal harus ikut keluarga Sangyeob. Tapi kebohongan apalagi yang harus dia dengar? Nahyun mana mungkin mencintai putranya dengan benar. Ketika Nahyun menjemput di Tongyeong, Nahyun bersikap dingin. Bahkan mengusir Jungwoon.

Dan seperti yang Karina dengar, Jungwoon tidak dipersilahkan masuk di rumah ini. Nahyun bergegas pergi ke Bijindo, tanpa satu kali pun mendekap Jungwoon. Di mana hati seorang ibu bagi Nahyun? Dia hanya menganakemaskan Karina dan Heesung.

"Tidak mungkin Eomma mencintai kami!" Karina mengepalkan tangan. Seluruh indra menangkal kata-kata Sangyeob yang berenang dalam telinga Karina.

"Dengarkan dulu, Nak." Sangyeob mengulurkan tangan. Dia ingin mendekap putri yang sudah dianggap anak sendiri.

Pertengkaran mereka berhenti. Ada suara pecahan keramik yang sangat keras dari lantai atas. Buru-buru Sangyeob menuju kamarnya. Karina sendiri tidak tahu, kenapa dia ikut berlari menyusul Sangyeob.

Nahyun tidak sengaja menjatuhkan gelas. Dia bersandar ke pinggiran ranjang. Wajahnya pucat pasi dan bersimbah peluh.

Sangyeob langsung membantu Nahyun kembali ke tempat tidur. Sangat menakjubkan pasangan ini. Saling mencintai dengan mengorbankan kehidupan orang lain. Kehidupan tanpa cela yang dianggungkan di TV dan majalah yang memuat chairman sekaligus mantan walikota seperti Sangyeob. Nyatanya keluarga mereka tak ubahnya keluarga lain. Punya cela yang disembunyikan bertahun-tahun.

"Karina-ya, kau sudah makan? Eomma masakkan makanan kesukaanmu." Nahyun menyibak selimut. Namun Sangyeob menggelengkan kepala tidak setuju.

"Yeobo, sebaiknya kau istirahat saja," cegah Sangyeob penuh damba.

Kemarahan yang dipendam Karina surut melihat ibunya tergolek lemah. Bahkan dia berdiri kaku di ambang pintu. Dia gusar, kenapa Nahyun masih memikirkan Karina dari pada memikirkan dirinya sendiri.

"Karina tampaknya belum makan." Nahyun masih keras kepala. Matanya yang sayu penuh keibuan, tak tampak ekspresi dingin beberapa hari sebelumya. Sorot belas kasih sebelum mereka bertengkar hebat. "Kau sudah makan, Sayang?"

Lebih baik Nahyun bersikap dingin pada Karina. Dari pada bertampang keibuan ketika jatuh sakit. Hati putri bungsunya tercabik-cabik ingin memaki tapi tidak bisa.

"Ya. Sudah," jawab Karina datar. "Eomma tidur saja. Aku ke kamar."

Karina berbalik ke kamarnya. Dia merebahkan badannya di ranjang yang empuk. Gadis itu menangis sejadi-jadinya tanpa isakan keras. Seluruh pedihnya yang disuling air mata, tenggelam di bantal.

Kata-kata Heesung terekam jelas dalam pendengarannya. Bahwa seburuk-buruk orang tua mereka, Sangyeob dan Nahyun ingin melindungi satu-satunya orang yang paling berarti. Sangyeob hanya ingin seluruh perusahaannya jatuh ke Heesung. Buah hati yang amat dicintainya, meski lahir dari rahim wanita serakah.

Tentu saja Heesung tidak mengerti kehidupan orang tuanya. Dia hanya melihat dari satu sudut pandangnya. Heesung amat dekat dengan Soojung—ibunya. Sebagai pria yang sibuk, dia tidak pernah punya waktu dengan putra semata wayangnya. Sudah cukup dengan kehadiran Karina yang ditolak Heesung, jangan diperkeruh dengan kehadiran anak-anak Nahyun lain. Toh Sangyeob hanya tahu, perasaan cinta kasihnya digantikan dengan nilai saham yang dijual tinggi.

Tapi apa yang diperbuat Nahyun? Dia benci akan fakta perpisahan antara keluarga absahnya. Dan Karina benci pula pada Seojoon yang mengirimnya pulang ke rumah ini, hanya lulus kuliah semata.

"Membenci orang tuakita tidak akan pernah bisa mengubah keadaan. Justru hanya sakit yang akanmembayangimu seumur hidup."

~~~~~~~

Wuah sudah part 14 aja. Lima part lagi udah rampung. Hohoho

Siap jumpa dengan tamat?
Aku nggak siap sebenarnya.

21 Agustus 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro