Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1 Saudara Tiri

Tengtongtengtong
Welcome in my world!

Jangan lupa vote sebelum baca, yaaa.
Eh, Thoor.... Choose or Chosen kok belum update? Aku nungguin loh dari April kemarin.

Me : Iya, Sayang. Sabar. Tungguin aja. Aku juga gemes pengen itu cerita beres. Tapi karena ada proyek lain, ya kudu kelar. Mampir di Asa Mekar (gwp.id), dan Fade (wattpad), yaaaa. Sengaja dipending, biar makin mantap menulis ending yang epic.

Way Back Home bakal rilis selama sebulan ke depan sampe end. Tenang, kan gak bakal kena ghosting, cuz ini naskah lama.

03 Agustus 2021
Ravenura
~~~~~~~~

Kedua orang itu duduk berselonjoran di tengah rerumputan hijau. Mereka sedang menikmati aliran sungai Han yang bermuara di Laut Kuning. Angin berembus kencang mempermainkan anak rambut. Yu Jimin—biasa dipanggil Karina sibuk memperbaiki poni panjangnya tetap di tatanan, tetapi percuma saja jika poninya bergerak tak beraturan.

Dia menaungi mata dengan tangan satunya, menghalau debu yang sering membuat matanya kelilipan. Gadis itu jengkel diajak keluar teman satu kampusnya. Menikmati piknik berupa burger dan es moccachino.

Untunglah dia tak jadi menggunakan rok mini. Dia benci tempat berangin. Apalagi bagian privat terekspos sembarangan. Dengan hot pans putih dipadu kaos longgar yang tebal, cukuplah untuk mengenyahkan paradigma orang lain tentang tampilan Karina.

Burger milik Karina sudah habis. Bukan karena dia kelaparan sampai menandaskan tanpa sisa. Burger itu tak sengaja jatuh ke sungai, sehingga Jake membagi dua potongan burger miliknya untuk dibagikan ke Karina.

"Karina-ya, kau kenal Lee Heesung?" tanya Jake, matanya tertuju ke ujung cakrawala biru gelap dilatari gedung bangunan. Namsan Tower tampak mungil dari kejauhan.

"Hah... Heesung?" Karina menyipitkan mata. Dia tampak curiga kenapa Jake malah menanyakan pria itu. "Kenapa?"

"Hm... Maukah kau kukenalkan padanya?"

Bahu Karina mengejang. Dia tersenyum canggung. Kenapa pula Jake ingin mengenalkan pria itu kepada Karina? Meskipun begitu, Karina benci harus dikenalkan seseorang tanpa alasan yang jelas.

Sebelum Karina menolak dengan cepat, Jake mengangkat tangan sebagai isyarat damai.

"Begini, kau tidak kenal seniorku satu ini. Dia lulus ketika kau baru masuk kuliah. Nah, aku ingin mengenalkan dia sebagai teman. Maksudku, kalau kau tertarik, kau bisa kencan dengannya. Tapi jika tidak, ya tidak apa-apa. Dia sedang—." Lidah Jake seperti dijejalkan lem super lengket untuk melanjutkan kalimat terakhir, "—mencari istri."

"Hahahahahahahahahaha!" Karina tertawa keras memegangi perutnya. Dia tak menduga akan kata-kata Jake.

"Apa kau ini, Tuan Comblang?" ejek Karina dan tersenyum sinis. "Siapa? Lee Heesung? Beritahu aku, apa pria itu senang memukul orang dengan gulungan perkamen tebal setiap marah?" cecar Karina masih tertawa.

"Bagaimana kau tahu? Maksudku, seniorku senang memukul orang."

"Tentu saja. Jangan perkenalkan aku dengannya. Reputasinya sudah terkenal jelek dan aku tak sudi berurusan dengannya." Karina mengejek.

Karina sudah menolak iktikad baik Jake untuk mengenalkan ke senior favoritnya. Dia harus putar otak, bagaimana caranya mengenalkan Heesung ke gadis manapun dalam jangka waktu secepatnya.

"Dia mencari calon istri? Ha? Tak satu pun gadis tahan dengan temperamentalnya. Aku yakin."

Kata-kata Karina pedas sekali. Dia menggelengkan kepala dengan kasar.

"Seolah kau mengenalnya dengan baik. Apa dia musuh bebuyutanmu? Atau mungkin mantan kekasihmu?"

"MANTAN KEKASIH?" teriak Karina tak terima. Dipelototi Jake dengan garang. "MANTAN KEKASIH? Jake Sunbae keliru besar. Dia saudaraku!"

"Saudaramu?"

"Tepatnya, saudara tiri." Karina memalingkan muka. Semakin jengah membicarakan Heesung. Ekspresinya yang sinis tampak getir. Gadis itu tidak ingin membahas lebih jauh lagi soal Heesung.

"Lalu, kenapa kau tampaknya kesal begitu?" pancing Jake belum menyerah untuk mengorek hubungan seniornya dengan Karina.

"Ibunya menuduh ibuku sebagai tukang serobot suami orang. Ceritanya juga tak persis begitu. Hm... Bagaimana ya? Ketika Ibunya Min Heesung hyun mengajukan surat cerai, dia benar-benar tertekan. Minum berbotol-botol soju sampai mabuk, lalu datang ke rumah kami dengan menyeret suaminya. Dia juga membawa pisau di tasnya. Katanya, kalau ibuku menikah dengan ayah Heesung, dia mau bunuh diri. Memalukan sekali," cerocos Karina. Dia terdiam menyadari betapa banyak rahasia keluarga yang terbongkar.

Pipi gadis itu merona. Dia ingin menarik kata-kata itu lagi. Tapi Jake menganggukkan kepala dengan tenang. Reaksinya menakutkan. Seolah dia bakal memanfaatkan situasi melalui rahasia Karina.

"Eh.... kalau tidak keberatan, jangan cerita pada orang lain. Kumohon," pinta Karina mulai panik.

"Bagaimana kalau kuceritakan?"

Bibir Jake berkedut. Dia nyaris tersenyum lebar penuh kemenangan.

"Eh... Hm... Maksudku, tak masalah kalau aib keluargaku kau ceritakan. Tapi senior kesayanganmu bakal DUAR!" Karina berteriak dengan tangan bergerak bagai mercon meledak. "Dia menakutkan kalau marah."

"Jadi kau takut padanya?"

"Bukan takut. Tapi ya begitulah." Intonasi Karina yang ekspresif sebelumnya mendadak datar. Dia tak terkesan menceritakan lebih lanjut.

"Kenapa? Ayolah ceritakan padaku," desak Jake semakin penasaran.

"Beritahu aku sebelumnya, kenapa mendadak sekali si Heesung —"

"Panggil dia Oppa," sela Jake mengoreksi.

"Kenapa aku harus memanggilnya Oppa?" Karina protes, matanya melotot sebal.

"Karena dia saudaramu!"

"Haishh.... Tidak mau. Dia itu orang gila sempurna. Maniak aturan!" tegas Karina jengkel.

"Jangan begitu. Tak sopan ke sosok yang lebih tua."

"Sunbae juga menyebalkan!" sembur Karina muak.

Karina heran kenapa Jake mulai mirip dengan Heesung. Bermoral. Cerdas. Hebat. Perkasa. Dan orang lain hanyalah kaum sudra. Kata-katanya tak bisa dibantah. Tentu saja Jake mirip Heesung. Pria itu yang mengajari pola perilaku ke Jake.

"Awas kalau kau cerita pada Heesung. Aku bakal membunuhmu!" tegas Karina mengacungkan tinjunya.

Gadis itu berlalu dari pinggiran Sungai Han. Tampaknya Karina lebih suka berada di dalam ruangan. Dia menyesal tidak menggunakan sunblock.

"Hei mau ke mana?"

Jake menyamai langkah Karina. Pemuda itu berjalan di sisi Karina. Mereka menuju bangku besi di bagian taman lain yang lebih sejuk. Kanopi dari pepohonan membuat Karina merasa lebih nyaman daripada di tempat sebelumnya.

"Tak ke mana-mana. Omong-omong dari pada mengurus calon pacar orang lain, kenapa tidak kau sendiri yang cari pacar? Setelah punya pacar, kau boleh mencomblangkan orang lain. Paling tidak kredibilitasmu diperhitungkan!"

Jake tertawa keras. Dia menyelonjorkan kaki lurus-lurus. Matanya menerawang ke kanopi hijau dedaunan.

"Bukankah sekarang aku sedang bersama pacarku?" tanya Jake enggan bertemu pandang dengan Karina.

TAK!

Karina melayangkan pukulan ke punggung Jake. Jake tidak mengaduh, malah pemuda itu menahan rasa sakitnya dengan ekspresi meringis.

"Heol? Pacar? Kapan? Aku? Bagaimana bisa?"

"Bukankah kita sedang duduk bersama di taman, berbagi burger dan...?

"Apa?" bentak Karina tak terima. "Kapan kita meresmikan hubungan kita. Jangan mimpi!"

"Hei, tapi..."

"Hubungan dimulai dengan pernyataan. Begitu pula dengan orang baru yang saling kenal. Untuk memulai hubungan, dibutuhkan salah satunya berkata 'Annyeong' ke orang lain. Barulah kita saling mengenal. Tapi kencan, sangat lain, mereka harus bilang, 'Aku cinta kau, maukah kau jadi pacarku' begitu –"

"Ya aku mau!" sela Jake cepat dengan menganggukkan kepala.

"Apa?" tanya Karina bingung dengan maksud Jake.

"Tentu saja kau baru menawariku jadi pacarmu!"

TAK!

"Jangan idiot. Sejak kapan aku menawarimu?"

"Ulangi lagi apa yang kau katakan sebelumnya!" Jake mendelik, puas membuat emosi Karina memuncak.

"Aku tak ingat!" Karina menepuk kedua lubang telinganya. Berusaha mengenyahkan gema dari kata-kata yang diucapkan sendiri. Pepatah 'mulutmu harimaumu' ada benarnya.

"Ayolah. Kita kan sudah resmi kencan. Jadi kredibilitasku masih diperhitungkan. Karena aku sudah punya pacar, jadi aku pantas mencarikan pasangan untuk Heesung Seobangnim."

Karina merinding mendengar kata Seobangnim dari mulut Jake. Tangannya dikibaskan ke wajahnya. Musim panas yang benar-benar membakar. Senior satu ini memang luar biasa mengesalkan.

"Berhenti bicara omong kosong. Kau tidak mencintaiku."

"Tapi kau sendiri mencintaiku."

"Hei, kapan aku mencintaimu?" desis Karina semakin tidak terima. Dia mengumpat nyaring gara-gara digoda Jake.

"Tadi, kau bilang begitu, aku cinta kau, maukah kau jadi pacarku? Ingat tidak?"

Karina bangkit berdiri. Dia meniup poninya kuat-kuat. Benar-benar mirip adegan drama yang sering ditonton ibunya.

"Dengar, Jake Sunbae! Kau bukan pacarku. Dan kita tak punya ikatan apa-apa. Kecuali senior dan junior. Kau mentorku sebagai sesama calon anggota ekonom!"

Karina bangkit dari kursi. Kakinya mengentak tanah dengan kesal. Ditinggalkan Jake yang terbahak-bahak di belakangnya. Tampak puas berhasil menggoda Karina yang gampang marah.

"Yang bodoh, sebenarnyasiapa? Aku atau dia? Ya Tuhan! Memalukan sekali!" rutuk Karina pelan. Dia kabur dari taman, berharap keesokan harinya tak bertemu Jake.

~~~~~

TBC

~~~~~

Makasih buat yang sudah baca karya ini ya. Jangan lupa vote komennya ditunggu. ;)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro