when I woke, it was gone
San pulang pukul dua pagi dengan keadaan mabuk dan bau alkohol. Ia bahkan tidak sanggup berjalan dan harus dipapah Yunho dan Hongjoong, dua rekan kerjanya. Seonghwa yang tadinya tertidur, mau tidak mau harus bangun dan mengurusi San.
"Udah Ma, biar aku aja." Jongho bersikeras menyuruh Seonghwa tidur lagi namun laki-laki itu menggeleng.
"Bawa San ke kamar." Perintahnya, Jongho mengangguk lalu menggotong San ke kamar dan menghempaskannya di ranjang, ia tatap wajah ayahnya yang tampak kacau itu. Jongho ingin menangis, ini semua karena dirinya.
Seonghwa kembali dengan handuk dan baskom berisi air hangat, ia memposisikan tubuhnya untuk duduk di samping San. "Kamu belum tidur dari tadi, tidur Jongho." Ucap Seonghwa sambil mengompres dahi San.
"Nanti kalau Papa--"
"Gak akan, dia gak sadar. Tidur ya? Ini sudah subuh."
Jongho mengangguk lalu berlalu dari kamar kedua orangtuanya.
*****
Pagi harinya, Jongho terbangun dan segera mandi. Selesai berpakaian, ia mengintip ke dapur dan mendapati Seonghwa tengah membuat sarapan. "Mama."
Seonghwa menoleh, "Sudah bangun? Sarapan dulu, maaf Mama cuma bisa buat roti panggang."
Jongho mengangguk, ia tahu Seonghwa sangat terpaksa beraktivitas dengan kondisi fisik remuk itu. "Papa belum bangun?"
Seonghwa menggeleng, "Belum, semalam habis dikompres malah tambah nyenyak tidurnya."
"Tapi Mama juga tidur kan?"
"Iya."
Keduanya hening, Jongho menikmati sarapannya begitu juga dengan Seonghwa.
"Habis ini, Papa sama Mama gimana?"
Seonghwa diam, ia memikirkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi.
"Cerai."
Bukan suara Seonghwa, melainkan San yang baru bangun dan bersandar di kitchen counter. Pria itu melangkah ke kulkas untuk meneguk sebotol air mineral dingin. "Karena kita bertiga lagi kumpul, Papa sekalian mau ngomong." San bersandar di depan kulkas, enggan bergabung dengan Jongho dan Seonghwa.
"Aku mau kita cerai, Hwa." Pandangan San beralih pada Jongho, "Dan kamu, Papa rasa kamu udah besar, udah bisa tanggung jawab sama hidup kamu sendiri."
"Papa ngusir aku?"
San menggeleng, "Enggak, tapi kalau kamu mau pergi, silahkan."
"Pa, kita bicarain baik-baik dulu. Gimana keadaan Mama nanti?"
"Seonghwa bahkan gak keberatan, kenapa kamu yang protes?"
"Papa gak bisa kayak gitu! Kasihan Mama--"
"Kamu gak kasihan sama Papa, Jongho?"
Jongho terdiam, ia tidak memikirkan itu. Sejak awal mereka berhubungan, Jongho tidak pernah memikirkan perasaan San.
"Gak apa, Jongho." Seonghwa mencoba menengahi. "Kalau gitu, kapan kita urus surat cerainya, San?"
Untuk yang kedua kalinya, Jongho kembali menyaksikan keluarganya hancur, kali ini karena ulahnya sendiri.
*****
A/N :
Sebentar lagi tamat, kira-kira endingnya gimana ya 😬😃
-yeosha
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro