二十四 : 隠された真実 (24 : The Hidden Truth)
"Kamu harus tahu, sebenarnya aku tidak ingin menyembunyikan kebenaran itu darimu. Kamu juga harus percaya dan yakin bahwa aku sangat mencintaimu"
-Takumi Kizu-
.
Happy reading!♡
TAKUMI dan Haruka berjalan di lorong sekolah. Mereka hendak pergi bersama ke kantin sekolah. Bila dideskripsikan, lorong itu minim penerangan dan juga sepi yang membuat lorong itu terkesan horor.
Sepanjang perjalanan, baik Takumi maupun Haruka sama-sama diam membisu. Tidak ada satupun dari mereka yang membuka percakapan.
Sampai akhirnya, dipertengahan lorong, mereka mendengar suatu suara-suara decitan. Yang membuat Haruka segera menarik lengan Takumi dan menggenggamnya erat.
"Takumi-kun, jangan lepaskan tanganku..." ujarnya sedikit memelas.
Takumi seraya mengangguk dan membalas genggaman tangan Haruka. "Iya, iya aku tahu. Kamu kan takut kegelapan dan juga takut hantu, kan? Haha..." ujar Takumi disertai dengan derai tawa.
"Ish!" seru Haruka agak kesal dengan ucapan Takumi itu.
"Sepertinya dia tidak berbohong soal hubungan kita satu tahun lalu. Karena, dia tahu jika aku fobia pada kegelapan..." Haruka membatin, awalnya dia sedikit meragukan Takumi, tapi dilihat dari sikap dan sifat Takumi, Haruka bisa mengetahui jika Takumi tidak sedang membohongi dirinya. Ah ya, Takumi juga tahu fobia yang Haruka miliki jadi itu semakin jelas bahwa mereka memang begitu dekat.
Hatinya pun merasa jika Takumi sungguh-sungguh mencintai dan menyayangi dirinya. Begitupun sebaliknya, Haruka merasa bahwa Takumi memanglah pria yang sangat dia cintai dan ia sayangi.
"Kenapa kamu diam saja? Ayo kita ke kantin," ujar Takumi.
"Eh, iya ayo."
Mereka berdua segera melenggang menuju kantin sekolah. Tanpa menyadari seseorang muncul tak jauh di belakang mereka.
"Game akan segera dimulai! Ingat itu, Takumi, Haruka!"
---oOo---
"Jadi, semua ini kamu yang merancangnya?" tanya sang gadis Haruka itu, sembari menyantap semangkuk ramen.
"Hehe, iya." Yukari terkekeh kecil menanggapinya.
"Seharusnya kamu menceritakan ini dari awal. Kenapa kamu menyembunyikan soal Takumi?" rasa penasarannya muncul, hingga Haruka segera melontarkan pertanyaan yang sangat ingin dia katakan sejak tadi.
"Maaf. Aku, Takumi dan juga Shota memutuskan untuk merahasiakannya terlebih dulu darimu. Karena... itu demi kebaikanmu juga." balas Yukari.
Dahinya berkerut, "Demi kebaikanku? Apa maksudnya? Aku justru akan sangat senang bila mengetahui hal itu, Yukari-chan..."
Menghela napas sejenak, sahabatnya itu melirik sekilas ke arah Takumi dan Shota bergantian sebelum menjawab pertanyaan Haruka. "Y-ya... Demi kebaikanmu, ada suatu hal yang terjadi saat kamu dirawat di rumah sakit satu tahun yang lalu---" Yukari menggantung kalimatnya begitu saja. Membuat rasa keingintahuan Haruka semakin besar.
"Apa yang terjadi? Ceritakanlah kepadaku, Yukari!"
Yukari hanya membisu, tak menggubris pertanyaan itu. Memilih untuk diam, belum saatnya dia mengatakan kebenaran yang telah terjadi. Walau hatinya sangat ingin mengutarakan semuanya... Sedetail mungkin.
"Kenapa kamu diam? Ada apa? Apa yang terjadi saat aku dirawat?" tak menyerah, gadis itu kembali melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang sama.
"Yukari-chan! Jawab aku!"
"Shota, Takumi! Kalian juga pasti tahu apa yang terjadi. Jadi, jawablah semua pertanyaanku!"
"Kenapa kalian diam saja?!?" memandang ketiga mahluk yang semeja dengannya dengan penuh tanda tanya.
"S-sebaiknya kita makan kembali ramen kita, nanti dibiarkan terlalu lama tidak akan enak." Takumi berusaha mengalihkan pembicaraan, dan kembali menyantap ramennya. Namun sejujurnya selera makannya itu telah hilang.
"Oh iya, ayo..." balas Yukari, dibalas anggukan oleh Shota.
Namun Haruka hanya menggeleng pelan. Dan tanpa basa basi, dia bergegas meninggalkan kantin. Menghiraukan panggilan dari sahabat dan kekasihnya itu.
---oOo---
"Sudah kuduga ternyata kamu memang ada di sini."
"Ta-takumi?!" terlihat jelas air muka Haruka memperlihatkan keterkejutan. "Kenapa kamu tahu aku ada di sini?"
Takumi duduk di sebelah Haruka, memandangnya lekat-lekat. "Aku ke sini karena firasatku mengatakan bahwa kamu ada di sini."
"Jelaskan kepadaku, hal apa saja yang terjadi satu tahun lalu? Apa alasan mengapa kita bisa terpisah selama ini? Dan apa yang terjadi saat aku dirawat di rumah sakit? Kenapa tidak ada yang pernah memberitahuku kebenarannya?"
Setelah sepersekian detik hening, Haruka segera melontarkan bertubi-tubi pertanyaan yang sangat ingin ia lontarkan sejak tadi.
"Haruka, aku sangat ingin mengatakan segala hal yang terjadi di masa lalu. Akan tetapi, sekarang bukanlah waktu yang tepat." Takumi memandang Haruka lekat-lekat, iris matanya menampakan suatu hal yang sangat sulit untuk ditebak oleh logika.
Membuang napas kasar, Haruka kemudian berkata. "Kenapa? Waktu yang tepat apa maksudmu? Bukankah saat ini adalah waktu yang tepat? Kita sudah dipertemukan kembali. Jadi, apa salahnya jika kamu mengatakan segalanya kepadaku?!" matanya mulai memerah, namun air mata itu ditahannya dengan kuat agar tak keluar membasahi pipinya.
"Kita memang sudah dipertemukan kembali. Akan tetapi, ini bukanlah waktu yang tepat, Haru!" lagi-lagi, pria itu menjawab dengan kata yang sama.
"Takumi... Ayolah, katakan saja yang sebenarnya?! Tidak perlu menunggu waktu yang tepat!" Haruka berseru, wajahnya memerah.
"Haru, terkadang memang ada sebuah kebenaran yang harus disembunyikan untuk kebaikan kita. Saat ini pun aku, Yukari dan Shota menyembunyikan kebenaran itu semata-mata untuk kebaikanmu, kebaikan kita semua.
Aku berjanji, jika waktunya sudah sangat tepat. Aku akan menjelaskan semua kebenaran itu kepadamu. Sebenarnya, saat ini pun aku sangat ingin mengutarakan semuanya kepada dirimu. Tapi, karena suatu alasan tertentu kami harus memyembunyikannya darimu.
Maaf sekali. Mungkin kamu kecewa kepadaku. Namun, kamu harus tahu. Aku tidak akan menyembunyikan suatu hal darimu tanpa sebuah alasan yang meyakinkan.
Kamu harus tahu, sebenarnya aku juga tidak ingin menyembunyikan kebenaran itu darimu. Haru, dan kamu juga harus percya dan yakin bahwa aku sangat mencintaimu."
Haruka tertegun dengan ucapan panjang lebar Takumi. Dirinya kini tak bisa berkata-kata lagi. Haruka, dia serahkan saja semuanya kepada kekasih dan juga para sahabatnya.
Percuma saja dia mendesak Takumi, Yukari dan juga Shota. Karena Haruka sudah tahu jika kekasih dan juga sahabatnya akan tetap bungkam sampai menunggu waktu yang tepat untuk menjawab semua pertanyaannya.
"Baiklah, jika itu memang demi kebaikanku dan demi kebaikan kita semua. Aku akan menunggu sampai kau mengatakan kebenaran itu diwaktu yang sudah tepat." final Haruka. Itulah keputusannya, dia akan menunggu sampai waktu yang tepat.
"Tapi, berjanjilah kepadaku Taku..." lanjut Haruka, memandang pria yang sedang duduk di sebelahnya itu dengan tatapan yang sangat intens.
"Berjanji untuk apa?" tanya Takumi, mulai menelisik netra hitam kekasihnya itu. Bertanya dengan penuh tanda tanya.
Menghela napas sejenak, kemudian Haruka mulai kembali berucap. "Takumi Kizu, berjanjilah kepadaku jika kamu akan selalu membantu diriku untuk mengingat kembali masa lalu kita. Bagaimana saat kita pertama kali dipertemukan, bagaimana mengapa kita bisa menjalin hubungan ini, dan bagaimana kita bisa berpisah selama satu tahun lamanya. Berjanjilah kepadaku jika kamu akan selalu berada di sisiku."
Takumi kemudian mengangguk mantap, "Tentu saja aku berjanji, Haruka Miyazaki. Kamu bisa pegang janjiku itu."
==========
Don't forget to vote, comment and follow to support me !
Arigatou ‹3
18 Maret 2020.
10 Januari 2022 (Re-publish)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro