九 : 大輝の何が問題になっていますか?(9: What's Wrong With Taiki?)
Dilarang sider ya, ehehe~
-Haruka Miyazaki-
.
Happy reading!♡
"OHAYOU gozaimasu, min'na. Dan selamat datang di basecamp kamiiii!!!" seru Takumi dengan lantangnya.
"Ohayou gozaimasu."
"Baiklah, silahkan duduk di tempat masing-masing. Sebentar lagi rapat akan dimulai." Takumi memberikan instruksi.
Jadi, aku dan juga semuanya sedang berada di basecamp Takumi dan teman-temannya. Kami ke sini untuk melaksanakan rapat yang akan membahas tentang festival musim panas.
"Kalau begitu mari kita mulai dari tema yang akan kita gunakan dalam festival kali ini... Apakah ada yang ingin memberi saran untuk tema festival musim panas ini?" tanya Takumi.
Aku mengangkat tangan.
"Ya, Haruka-san? Apa saranmu?"
"Aku menyarankan bagaimana jika festivalnya itu bertema musik?" saranku. "Jadi nanti kita-para panitia akan bernyanyi untuk memeriahkan acaranya... Bagaimana? Apakah kalian setuju?"
"Itu ide yang bagus! Aku setuju!" seru Takumi.
"Kita juga setuju!!!" sahut Yukari, Shota, Sakura dan yang lainnya.
"Jadi sudah fix kalau festival kali ini bertema musik!"
"Iyaa!!!"
"Lalu, bagaimana untuk menarik perhatian orang-orang untuk datang ke festival?" tanya Taiki. "Warga desa ini kan tidak banyak, jadi kita harus melakukan sesuatu agar banyak orang yang datang ke festival. Tapi apa yaa?" lanjutnya.
"Kita buat promosi saja dengan membuat selembaran lalu kita sebarkan selembaran itu di desa-desa lain. Dan kita juga bisa melakukan promosi di sosial media agar tidak hanya orang-orang desa di sekitar sini saja yang datang ke festival. Kita sebarkan di sosial media agar orang-orang kota bisa datang ke sini dan melihat festival musim panas ini. Kalian punya sosial media, kan? Instagram, misalnya..." aku memberikan usulan lagi.
"Iya kita punya media sosial kok!!! Aku setuju dengan Haruka-chan!" balas Sakura dan Ayakawa.
Takumi mengangguk-anggukkan kepalanya. "Aku jelas sangat setuju!"
"Kami juga setuju!!!!" seru semua orang yang ada di sana.
"Kerja bagus, Haruka." Takumi menepuk pelan pundakku sembari tersenyum lembut. Aku pun membalasnya dengan senyuman.
Aku senang jika usulanku ini bisa diterima dengan baik oleh mereka. Sebenarnya aku sangat malu ketika mengatakan usulanku itu.
"Untuk melakukan promosi, kita harus membuat sebuah poster iklan terlebih dahulu. Apakah di sini ada yang bisa membuat poster digital untuk dibuat promosi di media sosial?" tanya Yosuke.
"Kalau urusan seperti itu, serahkan saja kepada master kami!" seru Tetsuji, Keisuke, Takumi, Sakura dan Ayakawa.
"MASTER?!? DARE?!? (Siapa itu?!?) tanyaku dan yang lainnya serentak.
"Siapa lagi kalau bukan Takumi Kizu!!!!"
"E?!? Hontōni?!?" (Hah?!? Benarkah?!?) Aku membelalakkan mata.
"HA'I. Asalkan kalian tahu, sahabatku ini sangat pandai membuat poster seperti itu. Selain memiliki bakat sebagai fotografer, Takumi juga berbakat dibidang editor seperti itu." sahut Keisuke.
"Benarkah itu, Takumi? SUGOI!!!" aku bertepuk tangan pada Takumi yang sedari tadi duduk di sebelahku.
Kulihat, wajahnya sedikit merona merah. Apakah dia sedang malu?!? Ternyata... seorang Takumi Kizu bisa malu juga ya? Uh! Choo Kawaīī!!! (Sangat lucu!!!)
"Oi! Apakah kamu sedang malu, hmmm?" tanyaku menggoda Takumi.
"T-tidak!!! Aku tidak malu kok?!? Jangan memfitnahku sembarangan, Haruka!" Takumi menyilangkan tangannya di depan dada, sepertinya ia sedang marah padaku.
"Ē! Apa kau marah, huh?!" tanyaku.
Bukannya menjawab, Takumi malah diam saja.
"Ya ampun, Takumi sedang merajuk rupanyaaa..." godaku sembari menyenggol lengan Takumi.
"Yaaaa!!! Kamu ini!!! Hobi sekali menggodaku?!?" Takumi menggelitiki ku.
"Takumi!!!! Hentikan!!!! Itu geliii!!!" aku berusaha menghindar, namun Takumi tetap menggelitiki ku.
"Hahaha!!! Rasakan ini Harukaa!!!"
"Huaaaaa geliii!!!! Hentikan!!!!"
Aku berlari mengintari ruangan yang sedang kami tempati itu. Dan Takumi pun mengejarku.
Terdengar suara-suara tawa yang laknat itu!!! Huh! Bagaimana bisa semua orang tertawa di atas penderitaanku?!?
Namun, di antara orang-orang yang ada di sana... kulihat ada sebuah tatapan seseorang yang sepertinya tidak suka melihatku bersama Takumi.
---oOo---
"Menurutmu... Apakah ini bagus?" Takumi memperlihatkan sketsa poster digital buatannya.
"SUGOI! Itu sangat bagus!!!" seruku.
"Arigatō. Namun ini masih belum selesai."
"Ā, tetapi sungguh! Itu sangat bagus! Kamu sangat berbakat rupanya!!!" pujiku.
"Jangan terus memujiku seperti itu..."
"Nande?" (Kenapa?)
"Sudah sudah! Lupakan itu!"
"Daijōbudesu."
"Oh iya! Aku ingin bertanya sesuatu kepadamu..." ucapku.
"Kamu ingin bertanya apa memangnya? Tanyakan saja."
"Uhm... Tapi kamu harus berjanji jika kamu tidak akan tersinggung atau marah kepadaku."
"Memangnya apa yang ingin kau tanyakan? Kenapa harus berjanji?" tanya Takumi, air mukanya terlihat bingung.
"Berjanjilah dulu!" seruku.
"Oke oke. Yakusoku." (Janji.)
Aku dan Takumi pun saling menautkan jari kelingking, pertanda jika kami telah berjanji.
"Jadi apa yang ingin kamu tanyakan, hm?" Takumi menatap mataku intens.
"Apakah kamu dan Taiki saudara kandung?" tanyaku dengan penuh hati-hati.
Takumi tersenyum tipis. "Oh, mengapa kamu menanyakan hal itu?"
"Karena... kupikir kalian tidak begitu dekat. Tidak seperti adik dan kakak yang semestinya..." jawabku, lagi-lagi dengan penuh kehati-hatian.
Takumi menghela napas. "Sebenarnya... Aku dan Taiki bukan saudara kandung. Jadi kami memang tidak begitu dekat. Sebenarnya aku bukan asli dari desa ini. Dulu aku tinggal di Nagakute bersama ayah dan ibu kandungku, lalu karena sebuah konflik ayah dan ibuku bercerai. Aku ikut pada ibuku dan kami pun memutuskan untuk pindah ke sini. Tak lama setelah satu tahun perceraian ayah dan ibu itu... Ibu menikah lagi dengan salah satu pria dari desa ini, yang tak lain dan tak bukan adalah ayah Taiki."
"Gomenasai." ucapku, merasa bersalah karena Takumi sepertinya tidak merasa senang saat menceritakan hal itu.
"Kenapa kamu meminta maaf?"
"Karena gara-gara aku kamu jadi menceritakan hal itu."
"Tidak apa-apa. Malahan, aku merasa sangat lega bisa menceritakan hal itu kepadamu."
"Baiklah kalau begitu."
Hening sejenak. Lalu, aku dan Takumi pun tertawa bersama. Sungguh aneh, padahal tidak ada hal yang lucu, namun entah kenapa aku dan Takumi bisa tertawa seperti itu.
---oOo---
"Kamu kenapa?" tanyaku kepada Taiki yang saat tengah terduduk di teras rumah Keisuke- saat ini aku dan yang lainnya sedang berkumpul di rumah Keisuke.
"Tidak apa-apa." balas Taiki, hanya melirik sekilas ke arahku.
"Kalau ada masalah ceritakan saja kepadaku, Taiki-san. Aku pasti akan mendengarkan ceritamu."
"Menurutmu, adikku itu orangnya seperti apa?" tanya Taiki.
"Maksudmu, Takumi-kun?"
"Yeah, maksudku Takumi. Jadi, aku tanya sekali lagi, menurutmu Takumi itu orangnya seperti apa?"
"Menurutku, Takumi itu... Orang yang sangat baik, dia friendly, dan yang kutahu dia juga sangat berbakat, lebih tepatnya multitalenta, dia sepertinya tipe orang yang suka menolong. Yaah, menurutku Takumi sepertinya itu..." jawabku
"Ā, begitu ya... Takumi orangnya memang seperti itu." sahut Taiki. "Aku ingin menanyakan satu hal lagi kepadamu, Haruka-san." lanjutnya.
"Kalau begitu, tanyakan saja." balasku.
"Apakah... kamu menyukai Takumi?" tanya Taiki.
"K-kenapa kamu bertanya seperti itu?"
"Sudahlah, jangan dipikirkan lagi. Lupakan saja apa yang aku tanyakan barusan." balas Taiki, sembari menghela napas pendek.
"Ē? Nande?"
"Sudahlah, lupakan saja itu." Taiki mengibaskan tangannya.
"T-tapiㅡ"
"Ehhh!!! Taiki-kun! Mau kemana kamu?! Kamu belum menjawabku!!!" aku berteriak saat Taiki tiba-tiba berjalan ke arah gerbang rumah Keisuke.
"Sudahlah, kubilang lupakan saja percakapan tadi..." sahut Taiki, dan dia pun kini meninggalkan rumah Keisuke.
"Astaga, ada apa dengan Taiki? Mengapa hari ini dia bertingkah sangat aneh? Ada apa sebenarnya?"
========
Don't forget to vote and comment to support me !
Arigatou ‹3
23 Oktober 2019
14 Desember 2021 (Re-publish)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro