Prolog
Kulihat wajahmu dalam diam begitu lama, hingga saat aku tersadar, satu hal yang kurasakan, Aku telah jatuh hati.
-Sofia Artania.
👻👻👻
Satu tahun yang lalu...
"Sofia! Gue masuk SMAN 01!" Dimas menghampiriku dengan wajah sumringah. Saat ini aku sedang di taman belakang rumahku.
"Sama?"
"Iya, dong! Gue susah payah belajar, biar masuk SMA yang sama kayak lo." Dimas duduk di sampingku.
"Kita harus rayain!"
"Nah, gue traktir starbucks," katanya merangkul bahuku.
"Serius nih, ditraktir?"
"Iya, sayangku." Dimas mencubit pipiku gemas.
"Sakit pe'a!" aku memukul tangannya.
"Gue juga sakit dipukul. Dasar badak."
"Lo buaya!"
"Kok buaya?"
"Lo kan banyak pacarnya, dasar buaya darat," kataku dan langsung pergi meninggalkannya menuju dapur.
"Kampret! Woy, gak jadi nih, gue traktir?"
"JADILAH!"
Dan sepertinya, aku merasa perasaanku berbeda terhadapnya. Bukan sayang sebagai teman, sahabat, apalagi kakak. Tapi sebagaimana perasaan pada lawan jenisnya.
***
"Sofia!" Dimas menghampiriku-membuatku tersadar dari lamunan masa lalu-dengan wajah bercampur keringat.
"Jangan deket-deket! Lo bau," kataku mengibaskan tangan.
"Ya elah. Gue punya kabar bagus!"
"Apaan? Lo sekelas sama mantan? Gebetan? Selingkuhan? Atau friendzone-an?" kataku saat bakso terakhir habis.
"Ck, sekelas sama lo, pe'a! Kita masuk XI IPA-1 Sof, IPA WOY, IPA!" seru Dimas dengan tangannya mengguncang bahuku.
Jadi, Dimas tadi habis dari mading melihat pembagian kelas untuk kelas XI tahun ini, dan aku menunggunya di kantin karena tidak mau berdesak-desakan dengan orang. Ya iyalah, mending ngadem di kantin sambil makan bakso ditambah jus mangga.
"Apa sih, lebay! Cuma IPA doang, juga." aku melepas tangannya yang berada di bahuku.
"Kok lo gak seneng amat kita sekelas," kata Dimas sambil duduk di seberangku.
"Iya lah, bosen gue sekelas mulu sama lo."
Sebenarnya senang, tapi gimana aku mau lupain dia kalau sekelas lagi. Huft.
"Jahat amat. Btw, kita sekelas sama Sindy juga."
"Oh?"
"Dia deket ama lo, kan?"
"Mayan, dia temennya Preeta."
"Oke, sip!"
Kenapa dengan Sindy? Siswi pindahan enam bulan yang lalu itu ada hubungan apa dengan Dimas?
"Kenapa sih? Hari ini lo terlalu banyak senengnya."
"Ck, gue senenglah bisa masuk IPA dan se kelas sama lo. Lo mah gak peka banget."
"Dih, bilang aja lo ada temen nyontek," cibirku sambil memandangnya sinis.
"Pinter banget, sih!" katanya langsung mencium pipiku. Kurasakan wajahku memanas sekarang. Ah, sialan kamu, Dimas!
"Ih, Dimas! Anak orang lo main sosor aja!" kataku mengusap pipi yang tadi diciumnya.
"Halah, sama Leon aja lo gak marah."
"Leon kan sepupu gue."
"Lah, gue kakak lo."
Gue kakak lo.
Rasanya kayak ada pait-paitnya gitu. Dia cuma anggap aku sebagai adiknya. Tapi gak pa-pa lah, Sofia mah strong.
"Heh, kok bengong!" Dimas melambaikan tangannya di depan wajahku.
"Hah, nggak kok. Lo kesurupan, ya?"
"Kebalik bego! Lo yang kesurupan, ngelamun mulu."
"Lah, lo kesurupan setan apaan sampe bilang lo kakak gue?"
Dimas terdiam sejenak, lalu menjawab, "Lo gak mau jadi Adik gue? Gue kakak-able tau."
"Astagfirullah, bodo amat, ah," kataku lalu meninggalkan kantin. "Bayarin makanan gue!"
👻👻👻
Tetetotet 📣
INI NEW VERSION GENGS!!
GUE BIKIN SOFIA SAMA DIMAS DEKET DAN MEREKA TETEP SEKELAS GITU. MUDAH-MUDAHAN VERSI INI FEELNYA DAPET YA 😊😊
VOMMENTS 😘😘
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro