3.
Kamu datang untuk apa? Kalau hanya singgah tanpa ada niatan menetap lebih baik cari yang lain. Aku sudah kenyang dengan tipu muslihat pria.
-Sofia Artania
~|~
Sepulang dari basecamp tadi aku menemani Dera terlebih dulu ke minimarket untuk membeli titipan adik kembarnya. Ya, kupikir sih, itu hanya alasan saja biar bisa diantar oleh Davin sampai rumah. Dan akhirnya aku pulang naik taksi. Tidak mau mengganggu acara PDKT-an temanku yang satu itu.
Sesampainya di rumah, aku sedikit terkejut melihat Dimas berada di dapur bersama mama. Hanya sedikit, karena ia memang sering ke rumahku. Tapi ... kupikir dia sedang berkencan dengan pacar barunya.
Aku sempat berbicara dengannya, mengenai pembahasan materi besok. Lalu tiba-tiba saja ia berujar tanpa dosa, "Lo kapan taken, Sof, biar kita bisa double date."
"Taken? Nunggu lo putus, lah. Jangan double date deh, kita berdua aja yang nge-date." Tadinya aku mau jawab begitu, tapi ... ya kali aku bunuh diri, bilang kalau aku suka sama dia. Dan akhirnya jawaban itu hanya ada dalam kepalaku saja.
Dengan sedikit menipu, aku menjawab, "Eh, gue tunjukin nanti sama lo, secepatnya gue taken!" Padahal sih, boro-boro taken, dekat dengan cowok saja nggak.
Tapi tak disangka, Dimas malah ingin bertemu dengan orang yang ceritanya 'calon pacarku'. Menyebalkan!
***
Setelah berjanji akan membawa 'calon pacarku' pada Dimas, mama menyuruhku membersihkan diri lalu menyiapkan makan malam.
Sebelum keluar dari kamar, aku mengecek ponsel dulu, siapa tahu ada tugas online dari guru. Tapi ternyata tidak ada. Atensiku teralih pada display name baru.
DavinArya: Addback, ya!
SofiaA: Siapa, nih?
DavinArya: Davin. Yang tadi siang.
SofiaA: Oh, I c. Udah gue addback.
DavinArya: Tq 💕
"Ya elah, chat-nya pake love belum tentu hatinya juga pake love."
"Chat ama siapa?"
Brak.
Ponselku jatuh ke atas tumpukan buku di meja belajar. Aku menghembuskan napas kesal. Lalu beralih pada Dimas yang menyembulkan kepalanya di balik pintu kamar. "Ketuk pintu dulu kek!"
"Lagian mandi aja udah kayak Putri kayangan, seabad. Emak lo nyuruh ke dapur, tuh."
"Iya, bawel."
"Ya gue emang cakep."
SUMPAH GAK NYAMBUNG BANGET SIH, DASAR GIGI NARJI.
Untungnya lo emang cakep.
"Ayok, dah, ke bawah. Gue udah laper, nih," katanya sambil berlalu. Berasa dia tuan rumah.
***
Pagi-pagi sekali ponselku sudah berisik dengan alarm yang menyala. Pukul tiga pagi?! Yang benar saja. Ini pasti ulah Dimas! Dasar kurang kerjaan.
Aku mematikan alarm dan kembali tidur. Tapi sialnya, mataku tak bisa terpejam lagi. Ini menyebalkan.
Alhasil, aku membuka ponselku. Ada line dari Dera. Kebiasaan deh, kalau lagi kuker pasti dia spam chat.
Derafrnti: Fia gue bete:( chat gue gak dbls ama Davin, cma di read doang:(
Derafrnti: Gue salah apa coba?
Derafrnti: Gue kesel bet:(
Derafrnti: AH AING KZL
Derafrnti: Njirrr kacang deh gue
Derafrnti: Kacang panggang garuda rosta, digoreng.
Derafrnti: Eh, kok digoreng sih-_-
Derafrnti: Spam bodo:(
Derafrnti: Gue bete bet sumpah:(
SofiaA: Apa sih, beb? Lagi sibuk kali tuh doi. Gue baru liat hape, sori:*
Derafrnti: Pukul tiga pagi? Najis bgt. Berasa lo sesibuk Awkarin y.
SofiaA: Eww! Segini juga udah gue bales, Nyong! Gue emang sibuk, tq.
Setelah itu, aku menyimpan ponsel di nakas. Daripada memainkan ponsel, lebih baik belajar Fisika.
***
"Woy, Fia! Kata Bu Sari, ulangan fisika hari ini. Cepet masuk kelas," seru Dimas dari arah ruang guru. Ia menghampiriku yang baru saja datang.
"Serius? Untung gue udah belajar." Aku menghembus napas lega. Tidak sia-sia Dimas mengerjaiku tadi pagi.
"Hah, lo mah tanpa belajar juga nilainya diatas KKM," katanya sambil memasuki kelas.
"WOY, GENKS! CIWI-CIWI AND CUWU-CUWU SEKALIAN, BU SARI NGADAIN ULANGAN FISIKA DADAKAN. HARAP SEMUA BERSIAP DI TEMPAT MASING-MASING."
Seketika seluruh penghuni kelas menjadi rusuh. Kembali ke tempat masing-masing. Seruan Dimas berhasil membuat mereka membuka buku fisika.
"Ah, shit! Kenapa harus dadakan gini macem tahu bulat. Tuh, guru satu emang gak pernah mau CS-an ama gue." Aku menoleh ke belakang mendengar gerutuan Dera.
Aku tertawa kecil melihat wajah Dera yang sudah masam. "Siapa suruh malah nungguin chat doi semalaman."
"Ih, Fia! Awas aja lo kalau pelit jawaban!"
Aura memukul lengan Dera memakai buku. "Bacot banget, sih. Kalau udah tahu ada ulangan mending belajar jangan ngumpat terus."
"Ih, resek lo, Ra!"
Aku menggeleng pelan. Tidak hanya Dera sebenarnya yang berisik, hampir seisi kelas juga menggerutukan hal yang sama. Mungkin karena Dera yang paling dekat posisinya dengan Aura, jadi ia yang kena damprat. Poor you, Dera.
"Eh, Cuy! Bu Sari udah datang!" seru Syahreza-perusuh kelas kami-di ambang pintu.
Semua kembali tegang.
Aku mengedarkan pandangannya ke arah Dimas. Ia menutup matanya dengan bibir yang komat-kamit menghapal rumus.
Dan di saat seperti ini, ponselku bergetar menandakan ada notifikasi baru. Awas saja kalau operator.
SindyD: Sof?
Plis, jangan katakan ia meminta jawaban lewat line.
SofiaA: Kenapa, Sin?
SindyD: Nanti bisa bicara?
SofiaA: Penting?
SindyD: Iya.
SofiaA: Ok.
Kukira Sindy akan seperti teman kelas yang lain, menghubungiku hanya untuk meminta contekan.
"Sofia Artania, apakah ponsel lebih penting daripada mengucapkan salam pada guru?"
Shit!
"Hm ... anu, Bu, tadi Mama SMS."
"Ponselmu saya ambil sampai bel pulang, temui saya di ruang musik nanti." Bu Sari merebut ponsel yang kupegang, lalu menyimpannya di saku roknya.
Demi apapun itu, kali ini aku sepenuhnya berada di pihak Dera. Guru fisika kami memang menyebalkan dan sangat amat tidak menyenangkan!
~|~
Haii!
Tinggalkan jejak, ya!!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro