2.
Jangan khawatir tentang perasaanku, karena aku sudah terbiasa dengan rasa terabaikan.
–sofia Artania
👻👻👻
[LINE]
[CIWI-CIWI UNCHH]
Derafrnti : Gils gue mau curhat:(
Faraqn : Gmw dgr.
Shafaf : Gue bukan Mamah Dedeh.
SofiaA : Curhat mulu.
SofiaA : Shafa promosi ya(:
Shafaf : Biar Mamah Dedeh pemes.
Aku beranjak dari dudukku, menaiki anak tangga menuju kamar.
Mau curhat apa nih si Dera? Ahh ... paling curhat masalah cowo, batinku bermonolog.
Saat sampai di kamar, kurebahkan tubuhku di tempat tidur tanpa mengalihkan pandangan dari ponsel.
Faraqn : Ini yang mau curhat ke mana?
Shafaf : Au
Derafrnti : Jadi kemaren tuh gue ketemu Davin di minimarket depan komplek trs dia senyum ke gue, eh dia nyamperin gue ktanya, "hai, beli apa?' Trs gue jwb aja, 'beli cemilan' trs gue minta id line nya aja eh ternyata dia ksih😆😆 gewla seneng bnged ddq 😆😆
Shafaf : Oh
AyunaOp : 2
SofiaA : 3
SindyNr : 4
Derafrnti : Ishh serius tau
AyunaRF : Baper lo, Der cuma id line doang.
Faraqn : Dera kan orang nya baperan ya ga Der
Derafrnti : Nggak.
AuraF : Ada apaan nih
Derafrnti : Ra, gue dapet id line nya Davin dums😆😆
AuraF : Baperan lo, cuma id line doang gue juga punya
Derafrnti : Jahat:'(
Aura : Canda anying.
Shafaf : Dera kebanyakan makan cilok nih jd baper
SindyNr : Gue masih gaham._.
SofiaA : Yang jadi pertanyaan, Davin teh saha?
AyunaRF : Gatau Yuna juga
Derafrnti : Mau tau, Sof?
Derafrnti : Temen geng nya Adam.
SofiaA : Oh itu.
AyunaRF : Kenalin dong ama Yuna 😏
Derafrnti : G g g. Yuna bau 😷
Shafaf: Kak Reyhan buat gue, Yun 😌
SofiaA : Sindy gamau curhat jg? Atau mau tau ttg Dimas gt?
SindyNr : Ehehe ...
PreetaM: I c Dera baper.
Derafrnti : Namanya juga makhluk idup wajar baper mah.
SofiaA : Reinv klo Dera dah ga baper, gils.
*SofiaA left the group*
Aku memilih keluar dari grup, kalau Dera sudah baper gini semua akan merembet. Dari yang penting, gak penting, gibahin anak orang sampai ujung-ujungnya copas ceramahan Mamah Dedeh. So, notif bisa mencapai 999+ terkontaminasi oleh Official Account PFP.
Derafrnti : Asw lah, malah pada left, gue ditinggal sendiri. Ke rumah gue, Sof, gabut nih.
SofiaA : Otw sist.
***
Aku meneguk greentea yang sudah setengah itu sampai tandas. Lima belas menit yang lalu Aku sampai di rumah Dera, si tuan rumah sedang bermanja ria dengan ponselnya. Siapa lagi kalau bukan cowok bernama Davin itu penyebabnya.
"Dari greentea yang segelas penuh sekarang udah tandas, lo masih aja chatingan ama dia. nyesel gue ke sini," sesalku.
"Kayak yang gak pernah jatuh cinta aja lo," cibirnya.
Baru dua detik ia menyimpan ponsel di atas meja, terlihat Pop Up chat dari display name Davin dengan emoji love. Menggelikan, se alay itu kah Dera?
"Pake love segala?"
"Ssstt ... Davin ngajak gue free call," bisiknya sangat pelan. Aku mencibir tak suka, "Baru free call bukan paid call."
"Iya, Davin ... lagi ama temen, gue mau ketemu sama lo ... temen gue mau ikut juga ... oke, sip."
Terdengar suara bip.
"KYAAAAA ... gak sabar pengen besok!"
"Oh?" Aku tidak tahu harus merespon apa saat Dera mengguncang bahuku, antusias sekali dia ini.
"Gila, ya, gue gak nyangka kalo bisa free call ama Davin!! OMG, Sofia, gue seneng banget!"
"Lebih seneng dari balikan ama Angga, Sof!" Nah, dia bahas mantan.
"Gue pikir dia gak akan angkat teleponnya!"
Aku rasa Dera berlebihan, ini hanya free call biasa lewat line. Aku juga yakin, cowok bernama Davin ini tidak se tampan Shawn Mendess, se seksi Cameron Dallas, atau se-cool Manu Rios. Paling banter juga se tampan Agatha, pacarnya Preeta.
"Plis, Der, lo bukan anak SMP lagi yang jungkir balik gak jelas pas liat gebetan lewat, jadi stop bertingkah alay kayak gini," ucapku kesal sendiri. Bayangkan saja, Bahu kalian diguncang dengan semangat empat lima, pasti sakit.
"Oke, oke. Gue terlalu antusias." Ia kembali duduk di hadapanku. "Oh, ya, lo juga besok ikut, siapa tau dapet penggantinya Dimas," lanjutnya dengan seringai jelas.
***
Sekarang aku menyesal telah mengikuti perintah Dera. Aku tidak tahu ini di mana. Sekumpulan cowok ganteng yang Dera ceritakan itu tidak ada. Hanya ada Adam dan cowok berkaus hitam yang sangat kontras dengan kulitnya, siapa lagi kalau bukan si Davin-Davin itu.
Aku perhatikan, basecamp ini cukup luas, ada TV, soffa, kulkas, DVD, PS, dan setumpuk kartu remi.
Saat berbalik badan, tatapanku dengan Davin bertemu. Ia tersenyum manis. Err ... bisa dibilang sangat manis.
Dera menyikut lenganku, "Tuh, kan senyumnya aja udah bikin gue melting." Sudah kuduga, Dera pasti akan membisikan sesuatu padaku.
Davin memghampiri kami, aku dan Dera. "Udah lama di sini?"
"Baru, kok," jawab dera malu-malu.
Tatapan Davin beralih padaku. Ia mengulurkan tangannya ke arahku, "Davin."
Aku tersenyum tipis, membalas uluran tangannya. "Sofia."
Davin mengajakku duduk di sofa. Aku, Dera dan Davin akhirnya memilih menonton film kartun. Ternyata Davin suka film Marsha and the Bear.
Davin dan Dera fokus pada TV, diselingi obrolan ringan. Aku? Diam mendengarkan. Satu kata untuk menggambarkan keadaan, MEMBOSANKAN.
Selang beberapa menit, Dera pergi ke luar karena ada telepon dari kakaknya. Tersisa aku dan Davin di sini.
"Oh, ya, lo sekelas sama Dera?"
"Iya. Kenapa?"
"Kakak kelas gue, dong," katanya sambil menyenderkan kepalanya di bahuku.
Tubuhku mencekang. Kenapa dia tiba-tiba?! Aku nyaris berteriak saat Dera datang kembali. Takutnya ia salah paham.
"Gue ngantuk banget, hoam ... bangunin gue ya, kalau mau pulang," katanya.
Dera meliriknya sekilas, yang ada dipikirannya, 'Kenapa Davin gak nyender ke bahu gue aja.'
"Kenapa Davin gak nyender ke bahu gue aja coba, Sof."
Sudah kuduga.
"Nih, lo bangunin aja, gue juga gak mau disenderin ama dia," kataku seraya menarik bahuku dari Davin.
Davin menggeliat, "Ish, bahu lo sandar-able tau."
Mampus! Ingin sekali aku menggetok mulut Davin pakai Palu. Mentang-mentang cakep, bisa ngajak perang anak orang seenaknya. Plis, Mas, ini hati bukan Mobile legends.
👻👻👻
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro