Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

YukiKaze (1)

Pov Yuuji

Didalam ruangan temaram dengan penerangan minim, duduklah seorang remaja tampan berambut permen kapas di sofa panjang menghadap sebuah TV lebar. Satu tangannya sibuk meraup popcorn karamel sementara tangan lainnya bermain remot, dengan santai menggonta ganti siaran yang ditampilkan.

"Gojou-sensei benar benar lama, sebenarnya apa yang ia ambil sih" Gerutunya pada diri sendiri, yah karena dia sendirian.

Tak lama setelah itu, remaja itu terkejut dengan kehadiran kepala putih diatasnya.

"Halo Yuuji-kun, sepertinya kamu menikmati waktumu" Remaja yang dipanggil Yuuji hanya merengut lalu mengeluh pada Satoru, si pemilik kepala putih.

"Jangan bercanda, tidak ada yang menarik disini dan apa yang sensei-oh" Pandangan Yuuji beralih dari Sensei ubanannya ke mini Satoru yang berdiri dibelakang pria itu dengan mimik wajah yang sangat serius.

'Padahal dia hanya membawa dua boneka, kenapa ekspresinya sulit begitu? Apa dia kebelet pup?' Pemikirannya persis seperti anak sd.

"Siapa dia sensei? Adikmu?" Tanya Yuuji, nada bicaranya menunjukkan bahwa dia sangat penasaran.

"Dia putraku! Namanya Gojou Kaze, sapa Yuuji Kaze-kun" Satoru jelas tidak tau bahwa dia telah menjatuhkan bom disana.

"..." Kaze tidak menjawab sama sekali, justru alis panjangnya semakin mengerut.

"Ah benar, dia cukup pemalu, jadi biarkan saja ya?"

'Anak pemalu mana yang mengerutkan alis seperti itu, tunggu-putra?' Yuuji memiringkan kepala, Sukuna tertawa didalam saat wadahnya berteriak.

"GOJOU-SENSEI PUNYA ANAK?!"

Kata 'Gojou Satoru punya anak' memiliki kedudukan setara dengan 'Nobara membagikan pakaian barunya untuk acara amal' dimana total keakuratan nya 0,5% yang berarti nyaris mustahil.

"Hahahaha, Megumi jelas tidak memberitaumu" Satoru mengambil salah satu boneka dari lengan putranya, membuat ekspresi Kaze menjadi ringan dalam sekejap.

"Jadi Megumi tau?!" Yuuji lagi lagi berteriak, pemuda ini memang senang bereaksi berlebihan.

"Pastinya dasar Yuuji bodoh"

'Itu alasan mengapa rahmat berjalan itu mengelak saat kutanya apakah Gojou-Sensei punya pasangan atau tidak karena tidak ada yang akan percaya dengan ucapannya' Batin Yuuji mengasihani Megumi.

"Ambil ini, Yuuji" Yuuji gelagapan saat menerima boneka yang dilemparkan Satoru ke arahnya.

"Eh? Untuk apa ini? Ugh dia jelek" Yuuji menggerutu sementara Kaze menatapnya prihatin.

"Kamu akan tau dalam dua detik" Ucap Satoru dengan nada ceria.

"1...2" Kaze menutup mata kala tinju dari boneka mendarat tepat diwajah Yuuji.

Bugh! Suaranya nyaring sekali kawan.

Yuuji praktis tersungkur, boneka ditangannya terjatuh dan kembali tidur saat Satoru menyentuhnya.

"Agh! Itu sakit sialan!" Yuuji mengumpat, tangannya sibuk menghentikan darah yang merembes lewat hidungnya.

Kaze tidak tega melihatnya, anak 10 tahun itu bergegas menghampiri Yuuji lantas menawarkan tangannya yang mulus dengan raut khawatir terlihat jelas di wajahnya. Ah, Kaze memang anak yang baik, tidak seperti ayahnya.

"Ano, Yuuji-san, apa kamu baik baik saja? Maaf tidak membalas ucapanmu tadi" Yuuji menerima tangan Kaze, sedikit terkejut dengan tenaga anak itu.

"Ah iya" Jawabnya gelagapan, Yuuji tak menyangka bahwa kepribadian Satoru dan putranya sedikit... (sangat) berbeda.

"Yuuji, boneka tadi adalah boneka milik Pak tua Yaga yang dirancang untuk tertidur saat dia merasakan aliran energi kutukan melewati tubuhnya dalam porsi yang pas" Satoru melihat Yuuji membentuk huruf O sambil mengangguk paham.

"Ah, itulah kenapa Kaze-kun tidak menjawab tadi" Kaze mengangguk, tersenyum saat tangan ayahnya mengusak rambutnya yang selembut kapas.

"Benar, Kaze-kun juga harus lebih ahli dalam mengendalikan energi kutukannya agar tidak membuat boneka marah"

"Dan ini" Satoru melempar tas berisi begitu hanyak dvd didepan Yuuji yang tercengang karena beberapa dari mereka adalah film yang dibanned Jepang, mengapa mereka ada disini? Darimana Satoru mendapat semua ini?.

"Ini adalah kumpulan banyak film dari hampir semua genre, ada yang membuatmu menangis, tertawa, ngeri, jijik bahkan muntah"

"Dan kamu memberikan ini pada putramu yang masih kecil? Serius Sensei"

"Tidak apa apa Yuuji-san, asal Yuka tidak menemukan ini" Kaze bergumam, adiknya yang satu itu pasti memberitau ibu mereka bagaimanapun caranya jika ia tau hal ini.

'Siapa lagi Yuka itu?' Yuuji menyerah untuk bertanya, sebaliknya dia memporak porandakan tas itu untuk mencari film yang ia inginkan.

"Jangan remehkan Kaze-kun karena di kecil, putraku bukan sembarang anak kau tau? Sekarang duduk dan nikmati saja semua film yang aku berikan, kalau mau camilan ambil saja di kulkas, Kaze tau dimana itu" Yuuji tidak mendengarkan, remaja itu berteriak dengan sebuah dvd dengan gambar berlatar eropa kuno ditangannya.

"Kita mulai dari ini" Putusnya.

"Ah pilihan yang bagus! Itu berakhir dengan Male lead dibacok ibu tirinya karena selingkuh darinya"

"Tunggu apa-ini sama sekali tidak benar Sensei" Yuuji protes sementara Kaze sibuk memilih dvd lain.

'Kalau tidak salah Ayah menaruhnya disini kemarin' Batinnya spontan, Kaze tetap mencari dvd itu tanpa menghiraukan perdebatan antara Ayahnya dan Yuuji-san.

"Sudah kubilang tidak apa apa, kamu pilih saja mana yang kau sukai" Satoru mengakhiri, sadar bahwa Shouto menyuruhnya menyelesaikan misi terakhirnya hari itu dengan cepat lalu mampir ke supermarket guna mendapat dua kilogram telur dan beberapa buah untuk stok camilan anak anak mereka.

"Bye bye!" Satoru menghilang tanpa suara, membuat Yuuji kesal setengah mati.

"Akhirnya!" Kaze beamed dengan kedua tangan keatas memegang dvd yang ia cari sejak tadi, ekspresi puas tertera jelas disana, tentu saja turunan Satoru yang sulit mengendalikan ekspresinya.

"Haaah, Sensei sialan itu, apa yang kamu dapatkan, Kaze-kun?" Yuuji mendekat, tangannya otomatis menyisir rambut Kaze yang surprisingly sangat lembut.

"Salah satu film favoritku!" Untungnya Kaze terbiasa di elus, jadi dia sama sekali tidak mempermasalahkan tangan Yuuji bertengger di kepala putihnya.

"Ehhh, lihat dong" Yuuji menerima dvd yang disodorkan putra sulung gurunya, kedua pupilnya mengerut sebelum melebar sedemikian rupa kala melihat cover dvd yang dipilih Kaze barusan.

Ilustrasi cover itu begitu... Sadis. Terlihat sepasang manusia tengah mencekik satu sama lain dengan banyak darah dari pihak perempuan dan organ tampak jelas dari prianya, ini jelas bukan film yang lulus sensor Jepang, darimana bajingan putih itu mendapat ini?!.

"Yang satu ini jelas tidak, Kaze-kun" Kaze kecewa namun tidak protes, dia akhirnya duduk tenang disamping Yuuji dan memakan popcorn sambil memegangi boneka petinju buatan Yaga-Jiisan.

...................................................................

Pov Nobara

Nobara kesal! Dia membeli lipcream idamannya dengan diskon 40% disebuah toko dekat sekolahnya lalu melihat poster di platform online shop menjual produk yang sama persis dengan diskon 45%, Nobara kehilangan 5% uangnya! Betapa menyebalkannya itu?!.

"Sialannnn!!! AAAAAAA-"

Bugh

"Hah?"

Nobara menunduk, bibirnya mengerucut menemukan kepala merah muda mendarat di kedua kakinya. Nobara mengedipkan kedua matanya berulang kali lalu mencoba meyakinkan dirinya bahwa yang dilihatnya tidak sama dengan apa yang ada dipikirannya.

'Bukan, Yuuji sudah mati' Batinnya pada dirinya sendiri. Nobara berjongkok mencoba menyamakan tingginya dengan siapapun yang punya kepala pink itu.

"Uwah" Gumamnya spontan kala sepasang pupil abu sayu menyapa penglihatannya. Kepala pink yang menabraknya ternyata seorang anak perempuan dengan wajah yang menggemaskan sekaligus cantik. Jika dilihat dari tingginya, anak ini mungkin berusia 5-6 tahun.

Melirik kebawah, Nobara menangkap boneka berbentuk singa dipelukan anak itu, secara keseluruhan anak didepannya bisa digolongkan sebagai anak dari orangtua yang kaya. Jelas, gaun pendek yang anak ini kenakan lebih mahal dari gaji UMR Tokyo sebulan.

"Hei, apa kamu tersesat?" Nobara bertanya karena dia tidak pernah melihat anak kecil di lingkungan sekolah Jujutsu.

"Ibu" Anak itu terdiam cukup lama sebelum menjawabnya.

"Kamu terpisah dari ibumu?" Nobara menghela nafas kala anak itu mengangguk pelan. Nobara tidak bisa menahan hasratnya untuk mengelus rambut lurus gadis kecil itu, untungnya dia tidak memberontak atau semacamnya. Yah semua anak Satoru terbiasa dengan elusan, bahkan Yuka sangat menyukai pelukan.

Anak perempuan yang diboyong Nobara sebenarnya adalah Gojou Yuki yang tersesat setelah berlatih dengan kakeknya, kepala sekolah Yaga siang tadi. Hal ini terjadi karena Yuki selalu tertidur saat latihan berakhir karena kelelahan dan dia biasanya akan digendong oleh siapapun yang melihat dan mengenalnya untuk mengembalikan dirinya kerumah sehingga Yuki tidak terlalu hafal denah sekolah luas ini.

Kali ini Yuki hadir bersama ibunya karena Shouto berkata dia akan menemui Maki dan menjalankan misi bersamanya. Yaga-Jiisan berkata bahwa ibunya sedang dalam perjalanan pulang, seharusnya Shouto sebentar lagi sampai, namun Yuki penasaran dengan sekolah dan berakhir tersesat. Yuki menerima uluran tangan Nobara, sepertinya kakak ini akan membawanya kembali ke kantor kepala sekolah.

Selama perjalanan, sesekali Nobara mencuri pandang pada anak pendiam ini. 'Tidakkah dia terlalu pendiam? Aku ingat anak anak di desaku tidak ada satupun yang sediam ini' Batinnya heran, yah bukannya dia perduli, justru diamnya Yuki mempermudah urusannya.

"Hei, apa yang kamu lakukan disini? Apa kamu diganggu makhluk jelek atau semacamnya?" Nobara bertanya sekedar untuk membunuh kesunyian untuk terkejut dengan jawaban yang tak pernah ia duga.

"Tidak ada kutukan yang menggangguku" Yuki menggeleng, rumahnya terbuat dari sangat sangat banyak lapisan perisai maupun segel sejak Suguru-san dan dua kakak baru mereka tinggal bersama keluarga Gojou, lagipula ada dua penyihir tingkat khusus dan satu tingkat semi satu dirumah sehingga tidak ada kutukan apapun yang berani mendekat.

'Anak ini bisa melihat kutukan?! Apa dia anak salah satu penyihir disini?' Energi terkutuk muncul dalam diri seseorang karena beberapa faktor, salah satunya ialah garis keturunan.

"Lalu kenapa kamu bisa ada disini?"

Dengan wajah tak berubah, Yuki menjawab "Menunggu ibu"

"...Benar..."

Suasana kembali tenang, mereka berjalan dengan perlahan karena sepertinya Yuki kelelahan, itu bisa Nobara ketahui setelah melihat betapa lemasnya anak ini setiap kali mereka melangkah.

"Hei! Kumohon tangkap kutukan itu! Dia terlepas dari segel!" Nobara bereaksi cepat, dia mencari palu kesayangannya dan mengumpat karena dia meninggalkannya di kamar asrama.

"Sial! Hei nak, kamu harus menjauh-" Ucapannya terhenti kala boneka singa yang ada dalam pelukan Yuki tiba tiba mengaum lalu menggigit kutukan tingkat 4 itu kuat kuat, membuat darah bau kutukan itu menyebar keseluruh area tempat ia meledak.

Sret!

Cairan hijau menjijikkan berhamburan keluar dari mayat kutukan yang menghilang. Nobara tak bisa menghentikan mulutnya yang terbuka lebar dengan peristiwa menggemparkan didepannya.

"Nee-san, apa kamu baik baik saja?" Yuki bertanya, takut Leon (boneka dia) menyakiti Nobara tanpa disengaja.

Nobara tanpa sadar mengangguk namun pupilnya tak bisa berbohong kalau dia sangatlah shock saat ini.

'Anak sekecil ini menghabisi kutukan tingkat 3?! Apa apaan ini?!' Pikirnya rancu. Penyihir yang bertugas mengawasi kutukan itu membungkuk meminta maaf berkali kali pada Yuki.

"Wah benar! Yuki!" Nobara menengok, rambut putih familiar tertangkap dalam penglihatannya.

"Gojou-sensei?" Aneh, bukankah pria ini tiba tiba menghilang tadi? Bisa tau tau sampai disini. Cenayang kali ya.

"Ayah? Kok disini? Gak kerja? Nanti ibu marah loh yah" Another bomb was dropped, rahang Nobara persis jatuh kebawah, terlalu shock bahkan untuk menaikkan rahangnya.

"Gaakan, ini ayah baru pulang belanja terus mau main, Yuki mau ikut gak?" Satoru menunjuk struk yang ia dapatkan barusan sementara belanjaannya ia taruh dikamar Megumi.

"Ibu?" Yuki tidak menolak kala tangan besar ayahnya mengangkat tubuhnya yang relatif ringan kedalam pelukannya. Yuki baik untuk tidak menanyakan alasan kenapa atau kemana ayahnya akan membawanya pergi.

"Udahhh tenang ajaa, kita gaakan ketahuan kalau kamu gak bilang, jadi mau ikut gak?" Satoru menampilkan senyum meragukan namun Yuki tidak perduli jadi...

"Ikut"

"Good!" Satoru melayangkan bibirnya kearah kening sang putri.

"TUNGGU, WOE! SENSEI, JANGAN MENCULIK ANAK ORANG SEMBARANGAN DASAR BAJINGAN!" Nobara berseru, mau bagaimana lagi, senyuman Satoru sama sekali tidak meyakinkan!.

"Tenang saja Nee-san, meski orang ini terlihat seperti pedofil, cintanya hanya untuk ibuku seorang" Ujar Yuki sambil menepuk pipi ayahnya.

"Kamu dengar itu Nobara-chan" Satoru terkekeh dengan tampang bego ala Nobara.

"...Tunggu-apa!" Belum sempat Nobara bereaksi, Satoru sudah membawa putrinya pergi.

"Huh? Huh? GOJOU SIALAN ITU PUNYA ANAK?!" Nobara merasa dirinya sial hari itu.

....................................................................

Author pov

"Kaze-kun" Yuuji akhirnya membuka suara setelah sekian waktu kesulitan membuat boneka itu tetap tertidur.

"Ya?" Yuuji mau tak mau sedikit iri pada anak ini, lihat saja dia, tidak ada ekspresi sulit sedikitpun diwajahnya! Dan apa apaan itu, boneka sialan milik anak itu mendengkur nyaman didekapan sang anak bagai kucing peliharaan. Anaknya Satoru emang agak lain.

"Aku bertanya tanya siapa wanita yang rela mengorbankan diri untuk menikahi Gojou-sensei" Usai menghabiskan banyak waktu dengan gurunya, Yuuji paham betapa brengsek moral Satoru dengan manusia lainnya.

"Ayahku tidak seburuk-" Ingatan tentang perilaku obsesif sang ayah terhadap ibunya dan stok camilan gula berlebih dirumah membuat Kaze terdiam.

"..."

"Nah kan?" Yuuji agaknya mengerti dengan penderitaan Kaze sebagai anak. Diam diam dia bersyukur dilahirkan sebagai anak tanpa orangtua.

"Yah aku akui ayah sedikit buruk, tapi ibu menikahinya karena cinta, ayah sering bilang kalau ibu mencintai dia apa adanya" Kaze benar, Shouto memang sangat mencintai pria moral minus itu meski semua orang berkata bahwa dia memiliki selera yang tidak bagus.

"Wah ibumu keren" Yuuji tulus memuji, dia sendiri tidak punya pengalaman apapun terkait cinta jadi ya begitulah.

"Terimakasih, ngomong ngomong Yuuji-san, apa cola nya kurang dingin?" Kaze memperhatikan minuman berkarbonasi itu kehilangan kesejukannya.

"Eh yah... Memang kurang sih" Yah, namanya juga baru dimasukin kulkas.

Dengan santai Kaze meraih gelas ditangan Yuuji lalu menjatuhkan es batu kotak sempurna disana dengan quirknya. Pupil Yuuji membola 'Keren!'.

"Bagaimana kamu bisa melakukan itu?! Itu keren!"

"Itu-"

Brak!

Terkejut, Yuuji dan Kaze sama sama terjungkal kebelakang. Sialnya, boneka yang keduanya pegang mulai meninju wajah pemiliknya masing masing dengan sekuat tenaga tanpa menahan diri karena mereka adalah boneka yang dialiri teknik jujutsu kuat milik Yaga.

"Yuuji-kun~, Kaze-kun~ Ayah kembaliii"

"Sensei sialan! Agh!"

"Ugh hueek"

Satoru berjalan seperti matanya tidak menangkap adegan putra dan muridnya sendiri ditonjoki sampai habis.

"Ayah, Ibu akan membunuhmu jika Aniue terluka terlalu parah"

"Tenang saja nak, kakakmu lebih kuat dari yang terlihat" Fiks no debat Satoru memang orang dengan tingkat kemanusiaan yang payah.

"Bilang saja Ayah malas mengurusnya"

Yuki memutar mata, tubuh kurusnya berpindah dari pelukan Satoru menuju tempat kakaknya dipukuli habis habisan. Gadis permen karet itu menyentuh kedua boneka itu dan dalam sekejap keduanya tertidur pulas.

"Aniue gak kenapa napa kan?"

"Makasih Yuki, aku pikir aku akan mati"

"Aduh duh sakit, bagian mananya yang mati! Orang mulus mulus aja tuh!" Cecar Yuuji tak terima wong kulit Kaze masih kinclong kayak gak diapa apain sementara dia udah kayak korban tawuran.

"Ayah, kok ada Yuki disini- Heh ayah?!"

Satoru tanpa aba aba mengangkat tubuh copyannya dengan tangan kanan sementara tangan lainnya meraih Yuuji. Disisi lain Yuki dengan nyaman bertengger dikepala putih sang ayah, sama sekali tak memperdulikan protesan dua anak laki laki malang korban kerandoman Satoru itu.

"Yup lets go bestie's" Satoru melompat dari jendela dan mereka pun menghilang.

"AAAAAA SENSEI- Ouch!" Satoru menjatuhkan Yuuji diatas tanah.

"Ack!" Putranya juga ia jatuhkan dengan kejam.

Kaze berdiri dengan kedua telapak tangannya mengusap kepalanya, pusing dengan tekanan tiba tiba karena dia digendong terbalik. Semuanya terjadi begitu cepat untuk semua orang, termasuk Jogo si kutukan aneh berkepala gunung berapi dihadapan mereka.

"Huh?" Rancaunya bingung.

Jika diatur ulang, pertama Jogo pergi menyerang Gojou si penyihir jujutsu terkuat saat pria itu berkendara pulang dari berbelanja lalu setelah itu mereka bertarung, secara tiba tiba pria albino kw super itu menghilang dan tiba tiba kembali dengan tiga manusia extra lainnya dipelukannya.

'Dan ketiga anak itu jelas bukan anak biasa' Pikirnya sengit.

Sebagai kutukan, Jogo dapat melihat betapa besar dan luas ukuran batas energi kutukan dari Yuuji dan Kaze, sementara itu Yuki memiliki mata tajam mirip mata enam dan nampak jelas di matanya bahwa gadis kecil itu memiliki pengendalian teknik yang mumpuni untuk ukuran anak kecil.

Yah penglihatannya sama sekali tak buruk karena Gojou Yuki adalah keturunan klan Gojou terakhir yang mempunyai skill tingkat tinggi dalam mengendalikan energi kutukan dan menggunakannya secara efisien dalam pertarungan tanpa membuang setetespun dalam prosesnya.

Meski tubuhnya jadi mudah lelah karena teknik itu membutuhkan daya otak berupa konsentrasi yang kuat sehingga Yuki otomatis akan tertidur cukup lama jika dia bertarung hingga diluar batas kemampuannya.

"Duh Ayah?! Kita lagi enak enak nonton film loh! Kenapa tiba tiba dibawa kesini sih, kasian tuh Yuuji-san, sampe ngaduh ngaduh gitu!" Kaze mengajukan protes pada pria tolol yang sialnya menjabat sebagai ayahnya.

"Dia itu wadahnya Sukuna, raja kutukan gak bakal bikin wadah potensialnya hancur" Jawab Satoru santai seakan Sukuna adalah sahabatnya atau semacam itu.

"Gak ada jaminan buat itu!" Kaze tampak sangat kesal dengan perkataan ayahnya yang menurutnya kurang masuk di akal.

Yang kita omongin disini Sukuna si kutukan ter-psychopath loh! Tidak mungkin seseorang dengan begitu mudah meletakkan kepercayaan pada kutukan keji itu begitu saja, kecuali orang itu terlalu percaya diri untuk mengalahkan Sukuna jika saja terjadi hal hal yang tak diinginkan-tunggu, Kaze menyadari sesuatu.

"Loh kan ada" Satoru berucap dengan kelingking mengorek hidung, jorok sekali manusia satu ini.

"Kata kata ayah dong jaminannya, karena ayah yang terkuat jadi semua omongan ayah bisa jadi jaminan" Ujarnya sombong penuh kebanggaan bagai anak sd yang berhasil menangkap kumbang badak di musim panas. Yuuji dan Kaze sama sama memiliki perempatan didahi mereka.

'Itu gimana konsepnya?!' Batin semua orang bahkan Jogo pun ikutan.

"Lagipula pria gunung meletus ini sangat lemah kau tau? Sukuna tidak perlu turun tangan untuk menangani dia" Satoru memindahkan Yuki dari leher belakangnya ke depan dada, tetap slay seperti Jogo hanyalah anjing chihuahua yang garang bukan kutukan tingkat tak tentu yang belum terdaftar.

"Apa katamu sialan!" Jogo menyemburkan api dikepalanya, mencoba mengintimidasi yang sayangnya tidak mempengaruhi siapapun, poor Jogo.

"Aku mau duduk disini, kamu yang lawan ya, Kaze-kun" Satoru langsung duduk ditanah lalu mengeluarkan kacamata hitam dari kantungnya dan mengganti penutup mata hitam itu dengan kacamata tadi.

'Pria ini terlihat seperti dia sedang menonton film 3d' Pikir semua orang lagi lagi serempak.

Kaze menoleh pada adiknya yang memasang 'Aku tidak dibayar cukup untuk ini, jadi selesaikan saja sialan'.
Kaze menghela nafas kasar, kalau ayahnya sudah bertingkah seperti ini, maka dia takkan mau melawan Jogo atau siapapun sampai yakin anaknya sudah benar benar tak berdaya atau hampir mati.

Kaze akhirnya maju sementara Satoru menarik lengan Yuuji, menyuruhnya untuk menonton pertarungan itu lalu berkata bahwa adegan didepannya sangat cocok digunakan sebagai pembelajaran visual atau secara langsung.

'Aku harap lukanya tidak menggores wajahku' Yap, rupanya Kaze sudah pasrah sejak awal. Sebenarnya dia sama sekali tidak yakin bisa memenangkan atau setidaknya menguasai pertarungan. Yang bisa ia lakukan saat ini hanyalah bertarung sekuat tenaga sampai sekarat.

Jogo tidak puas, apa apaan merak albino itu menyuruh anak kecil untuk melawannya! Gojou memandang remeh kekuatannya!. Gigi gigi Jogo bergemelutuk seiring amarah menguasai pikirannya.

"Berani beraninya kalian kumpulan monyet meremehkanku?!" Jogo meledak sungguhan kali ini, magma mendidih meluncur keluar dari puncak kepalanya sementata urat uratnya mengeras disepanjang garis wajahnya.

"Sensei!" Yuuji panik, anak itu masih 10 tahun sialan!.

"Tenang saja Yuuji, ini adalah pengalaman pertempuran realistis yang bagus untuk perkembangan Kaze kedepannya"

"Bagaimana jika Kaze terluka parah?"

"Aku takkan membiarkan itu nak, jadi duduk dan nikmati saja pertarungan ini" Yuuji menurut namun tatapannya tidak pandai bersembunyi.

"Percayalah, aku adalah yang terkuat"
Yuuji terpaksa mengangguk pasrah.

Lihatlah betapa tidak dewasanya pria ini, alih alih meminta maaf karena sudah menunjukkan sikap kurang ajarnya, penyakit narsis Satoru justru membengkak. Yuki hanya mengabaikan kekehan bodoh ayahnya dan fokus pada apa yang terjadi didepannya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro