Vacation (1)
Tangis melengking dari Eiji membangunkan seorang remaja dari tidur lelapnya. Shouto* lah orang yang terbangun, dia bangkit turun dari tangga kasur tingkat itu mengingat dialah yang tidur dikasur paling atas. Remaja dwi warna itu mengucek kedua matanya sambil berjalan keluar menuju dapur meninggalkan Katsuki dan Izuku yang masih mendengkur, kerongkongan nya yang kering amat membutuhkan aliran air sekarang juga.
"Ah pagi Todoroki-kun" Saat mengisi gelas, netra ganda Shouto* menangkap siluet pria dewasa berwajah oriental tengah meminum kopi dengan tenang bersama bayi berambut merah yang asik menangis digendongannya. Rupanya dia tidak sadar bahwa selama ini Suguru ada di belakangnya, mereka saling membelakangi.
"Pagi Suguru-san" Shouto* membalas sapaan itu dan meminum air dari yang telah ia isi.
"Maaf tangis Eiji membangunkanmu, dia menjadi rewel setelah Shou-san pergi" Suguru terlihat cukup tampan kala menepuk pantat Eiji untuk menenangkannya.
"Dia sudah bekerja sepagi ini?" Selama tinggal disini Shouto* tidak pernah melihat sang nyonya rumah keluar kurang dari pukul lima pagi karena harus mengurus keluarganya terlebih dahulu, ditambah rumah ini ketambahan tiga anggota baru.
"Tidak tidak, Shou-san pergi dengan bakatoru untuk menjemput Kaze, Mimiko dan Nanako dari rumah Fushiguro" Suguru menjawab pertanyaan Shouto* sambil mengusap air mata menyedihkan dari putra bungsu sahabatnya.
"Pantas aku tidak melihat mereka sejak kemarin" Shouto dan dua temannya telah menghafal nama dan rupa Megumi, Nobara, Yuuji, Maki, Panda, Toge, serta si kembar sebagai murid dan anak angkat dari pasangan Gojou.
Suguru mengangguk mendengar gumaman remaja nyasar dibelakangnya.
Puas, Shouto* mencuci gelas yang ia gunakan lalu meletakkannya kembali di rak piring. Remaja itu pun duduk diam di seberang Suguru.
Usai berhasil menenangkan Eiji, Suguru melirik remaja yang kembali tertidur berbantal tangan didepannya lalu merenung memikirkan takdir konyol yang menimpanya. Pertama dia membangun ideologi jahat yang cukup mengesankan, menjadi villain keji yang mengincar ribuan kepala manusia dan berakhir menjadi pengasuh bayi enam bulan hanya karena tumpukan lemak itu amat menyukainya.
'Aku benar benar tidak beruntung' Pikirnya dalam hati, yah meskipun dia cukup menikmati hidupnya yang sekarang, tenang dan damai tanpa suara suara dikepalanya yang membuatnya insomnia.
Disisi lain remaja didepannya dengan kedua temannya membuat Suguru kagum dengan kekuatan adaptasi mereka. Bayangkan saja, terlempar didunia asing dengan keadaan tumpang tindih dengan keadaan dunia asal mereka, Shouto saja butuh sekitar tujuh bulan untuk benar benar membaur dengan dunia sialan penuh makhluk terkutuk ini dan ketiga remaja pria itu masih tenang meski Suguru telah menunjukkan pada mereka bagaimana rupa kutukan itu.
Seketika Suguru mengingat reaksi mereka ketika pertama kali diberi lihat penampakan kutukan dari tingkat empat hingga khusus yang diambil dari koleksinya. Ada Katsuki yang reflek meledakkan wajah kutukan lipan miliknya dan meludahi lipan malang itu dengan sejuta kata kasar, Izuku yang justru menyatat banyak hal sambil menggumamkan sesuatu dalam bahasa dunia lain dan Shouto* yang melakukan kontes tatap mata selama lima menit penuh tanpa berkedip yang tentu saja dimenangkan oleh kutukan bangau miliknya.
Remaja remaja labil ini lebih tangguh dari yang ia duga, lebih tangguh dari wanita yang memenangkan hati sahabat sengklek nya, ini seperti mereka telah melawan orang gila atau semacamnya sebelumnya.
'Yah itu mungkin saja dengan dunia penuh orang berkekuatan super' Suguru mengangguk anggukkan kepala.
Di dunia seperti itu pasti ada saja monyet yang menindas monyet lain yang dianggap memiliki kekuatan yang lebih rendah atau terlalu kuat atau terlalu 'jahat' padahal mereka sama sama monyet, berbeda dengan kutukan yang saling membunuh tanpa basa basi, kutukan itu jujur dan inilah salah satu dari sekian alasan mengapa Getou Suguru membenci para monyet (meski saat ini kebenciannya sudah hampir menguap).
Kriet...
Dua kursi lain telah ditarik, Suguru mengalihkan pandangan dan netra hitamnya menangkap sejumput rambut ash blonde dan brokoli terduduk dengan wajah bantal.
"Pagi, Bakugou-kun, Midoriya-kun" Suguru menyapa keduanya dengan senyumnya yang biasa.
"Hoaaam, pagi juga Suguru-san" Izuku membalas sambil menguap sementara Katsuki hanya mendengus yang bisa Suguru artikan sebagai ya.
"Suguru-san, ada makanan gak? Laper ih pengen makan" Yuka langsung membuka kulkas begitu sampai di dapur.
"Pagi Yuka, Orangtuamu pergi begitu saja tanpa makanan, makan saja yang ada di kulkas" Suguru menjawab, dia sedang tidak mood untuk memasak.
"Eh tapi disini hanya ada telur! Aku mau pancake!" Yuka menunjuk jejeran telur kualitas tinggi yang menjadi satu satunya bahan yang ada di kulkas. Suguru menembakkan sudut matanya ke arah Yuka.
"Makan saja apa yang ada bocah sialan, jangan merengek" Yuka cemberut namun tidak melawan, entah mengapa anak anak Satoru jarang memiliki keinginan untuk melawan atau membantah perkataan pria yang menjadi asisten rumah tangga dadakan itu, mungkin karena Suguru sering memasakkan sesuatu untuk camilan mereka.
Yuka mengambil mangkuk lalu menyendok nasi semalam yang dihangatkan kembali dari rice cooker, memecahkan telur diatasnya lalu menambahkan sedikit kecap asin, garam dan lada. Usai meracik Yuka mengaduk semuanya menjadi satu lalu menambahkan remahan kripik kentang diatasnya. Sarapan sederhana ala Yuka pun siap disantap. Anak itu pun makan dengan lahap tanpa protes lagi.
"Dimana kembaranmu?" Suguru berbasa basi sambil menepuk nepuk pantat Eiji yang mengantuk kembali, bayi itu pasti kelelahan setelah lama menangis.
"Masih tidur, Suguru-san kayak gak tau Yuki aja" Yuka menjawab dengan nasi mrnggumpal di kedua gusi bawahnya. Dahi Suguru mengerut jijik melihat itu terjadi.
"Tadaima" Sosok wanita dewasa berambut dwi warna muncul dengan tas belanjaan besar berisi stok bahan makanan dan banyak camilan muncul dari luar disusul pria albino kw dibelakang nya.
"Ah Ibu! Ayah!" Yuka berseru sembari berlari memeluk ayahnya yang disambut hangat oleh Satoru, dia mengangkat putrinya dan mencium keningnya.
"Yuka anak ayah dah bangun hmm?" Ujar Satoru sembari tak berhenti mencium tipis rambut merah turunan istrinya itu.
"Udah! Ayah kemana tadi? Yuka laper loh yah" Yuka mendongak dan mendapat kecupan ringan di kening sebelum diturunkan oleh ayahnya.
"Jemput kakak kakak kamu dari rumah Megumi" Jawab Shouto dengan tangannya bergerak cekatan memasukkan bahan masakan kedalam kulkas mereka dibantu Izuku yang merasa tak enak.
"Eh?? Terus sekarang Megumi-niisan sama Tsumiki-neesan ikut pulang gak?" Yuka menghampiri ibunya dan mencomot sebungkus sus kering kemasan dan mulai memakannya saat pantatnya menyentuh kursi yang ia duduki tadi karena anak anak Satoru diajarkan untuk tidak makan sambil berdiri oleh ibu mereka.
"Ikut, mereka lagi nurunin barang dulu baru masuk" Satoru mengambil satu sus kering isi coklat dari tangan Yuka yang diizinkan empunya.
"Ohh" Merasa tak cukup, Satoru akhirnya membuka bungkus sus kering lainnya, kali ini isinya taro.
"Sat bagi dong" Suguru menyodorkan tangan yang tak digubris Satoru, Suguru agaknya lupa kalau bajingan itu pelit soal yang manis manis.
Shouto dan Izuku akhirnya selesai menata kulkas, Shouto menyerahkan tiga bungkus roti srikaya untuk sarapan ketiga remaja dan mengambil puding untuk Suguru yang terlihat sebal.
"Kamu tidak akan dapat apapun jika memintanya pada Satoru, Suguru-san" Shouto muncul di belakang Suguru untuk memberi pria itu sebungkus puding rasa mangga yang diterima dengan senang hati.
"Terimakasih Shou-san" Suguru berucap, senang dengan puding yang diterimanya.
"Sama sama, sini Eiji nya biar aku gendong" Suguru pun memberikan bayi enam bulan itu pada ibunya.
"Ojamashimasu" Akhirnya Megumi dan Tsumiki menampakkan diri, mereka membawa koper masing masing dan bantal leher berwarna merah yang tercantol di leher mereka.
"Pagi, Fushiguro-kun, Fushiguro-san" Suguru menyapa keduanya dengan senyuman cerah.
"Pagi Getou-san" Tsumiki membalas dengan senyum manis bertengger di wajahnya sementara Megumi hanya mengangguk pelan.
"Hei hei! Aku juga ikut!" Sefruit surai merah jambu stuck di netra semua orang.
"Berisik Baka Y, kau merusak mood Nyonya Nobara yang diberkati ini" Di belakang si merah jambu ada si coklat caramel yang mendengus sebal. Mereka berdua juga membawa koper sama seperti Fushiguro bersaudara.
"Ehh padahal kita mau liburan, kok gitu" Yuuji menatap melas Nobara yang dibalas dengusan pelan sahabatnya.
"Liburan?" Kening Katsuki mengerut mendengar Izuku menanyakan itu. Shouto* juga berhenti tidur dan mempertajam pendengarannya sejak topik itu diangkat.
"Ya! Kita semua akan liburan ke Pantai Maehama di Okinawa selama lima hari!" Satoru berkata dengan gembira, sayangnya hampir semua orang tak setuju dengannya. Hanya Yuuji, Yuka, dua Shouto, dan Tsumiki yang memiliki pikiran bahwa pantai tidak seburuk itu.
"Dasar gila! Apa kau tidak tau betapa panas cuaca diluar! Ini musim panas ekstrem sialan! Suhunya hampir 40 celcius! Tidak ada orang bodoh yang ingin membakar diri dan pingsan karena heatsroke" Suguru segera mengutarakan pendapatnya dengan cepat, dia berdoa semoga Satoru menerima nasehatnya....
"Tidak, kita bisa membuat tabir agar terhalang dari dunia luar!" Yang tentu saja tidak digubris oleh sahabat tolol nya.
"Bajingan-" Suguru tidak bisa berbuat apa apa saat Satoru secara tiba tiba memasukkan semua orang termasuk Yuki yang tidur dikamar masuk lingkaran teleportasinya. Benar juga, dia lupa menanyakan tentang keberadaan Kaze dan putri kembarnya...
Dua jam kemudian...
Tin! Tin! Tin!
Rupanya Satoru tidak meneleport mereka langsung ke pantai melainkan disudut terjauh pulau Miyako dimana butuh waktu sekitar dua jam untuk sampai ke lokasi wisata pantai yang resmi. Si putih bodoh itu bahkan menyewa mobil bak terbuka untuk mengangkut mereka ke lokasi.
Dengan Suguru sebagai supir (tidak ada yang percaya dengan Satoru), mereka pun berangkat bermodalkan aplikasi maps yang ada di ponsel Satoru. Jika kalian bertanya tentang si kembar dan putra sulung Satoru, rupanya mereka sudah tiba di lokasi sejak pagi tadi, Satoru menugaskan mereka untuk survey lokasi dan menyewa sebuah vila untuk staycation mereka lima hari kedepan.
Saat ini adalah awal liburan musim panas dimana wisatawan lokal dan mancanegara menyerang Okinawa untuk melepas penat mereka semasa bekerja atau sekolah, tak heran ada banyak mobil travel dan bus yang ikut serta bermacetan ria bersama mereka. Perbedaannya adalah para turis itu tak perlu berpanas panasan seperti yang mereka lakukan, Megumi bahkan sampai melakukan hibernasi dengan menyender di sisi kiri Shouto untuk menghemat energinya.
Pemandangan jalanan sesak penuh besi besar berjalan, debu menempel di kausnya, kepala si setengah setengah sialan menempel di bahu kanannya dan baka deku tak sengaja tertidur di bahu kirinya, nyanyian mimpi buruk Satoru, ocehan penuh kekesalan Yuki ditimpa makian Suguru, pertengkaran antara Yuuji dengan Nobara meributkan apa rasa keripik kentang terbaik, dan tempat duduk yang sempit karena berdesakan sudah cukup untuk membuat Katsuki emosi dan hampir meledakkan mereka semua dalam prosesnya.
"Pria albino sialan! Tidak ada yang memintamu untuk pergi ke pantai siang bolong di musim panas?! Dan kamu tolol karena menyewa bak terbuka untuk perjalanan yang cukup jauh!" Katsuki memaki pria freak yang sialnya duduk didepannya.
"Santailah Bakugou-kun, inilah yang disebut euphoria berlibur, apa kamu anak keluarga pelit yang tidak pernah liburan? Kita punya satu disini" Satoru menunjuk Shouto* yang tak bosan memandang jalanan padat itu dengan tatapan berbinar meski kepalanya tersender dibahu Katsuki.
"Itu benar Bakugou-san, kita harus menikmati liburan apapun yang terjadi" Tsumiki berucap sambil memainkan game offline di ponselnya.
"Sialan! Kau bahkan tidak duduk dibelakang!" Katsuki kesal karena tidak ada yang protes mengenai Tsumiki yang dengan nyaman duduk didalam bersama supir mereka yakni Suguru dan Yuki yang mengeluh tak tahan dengan cuaca panas.
"Fisik Tsumiki dan Yuki tidak sekuat kita, aku tidak ingin melihat anak anakku sakit jadi ikhlaskan mereka disana ok?" Shouto angkat bicara yang dibalas side eye sadis dari Katsuki, masalahnya Eiji si bayi aja masih di gendongan ibunya yang duduk dibelakang! Ini tidak adil!.
Eiji yang jadi objek kekesalan Katsuki justru tertawa bebas sambil menarik narik rambut seputih kapas ayahnya, lagipula bayi itu takkan masuk angin karena kehangatan alami yang disalurkan ibunya lewat quirk miliknya dan perlindungan tambahan berupa masker kecil agar Eiji tidak menghirup polusi. Singkatnya, saat ini Eiji adalah bayi yang bahagia.
Tak terasa waktu bergulir cepat, satu jam bergelung dengan ratusan klakson, kini jalan raya sudah pulih dari kemacetan sehingga waktu perjalanan yang ditempuh semakin cepat, seharusnya sih seperti itu...
Duar!!! Pshhh...
Naas, nasib soal menimpa mereka saat ban kanan belakang mobil sewaan itu meletus usai melindas sesuatu yang tajam.
"Huaaaa!!!" Semua orang terlonjak dari tempat duduk mereka. Megumi yang malang terhempas ke pojok dengan tubuh besar Yuuji menimpanya.
"Bangsat! Shit!" Suguru dengan cekatan membanting stir ke arah sudut jalan membuat mobil itu berputar dan bergejolak.
Bermodalkan insting, para penyihir dengan tanggap melompat keluar dari mobil kecuali Tsumiki dan tiga remaja yang panik. Yuki si jenius meninju kaca depan mobil guna membuka jalan untuknya mendarat dengan aman bersama boneka kutukannya yang besar.
Putaran semakin tak terkendali, secara sistematis mobil itu semakin mendekati sudut jalan dan...
Bugh!
Menabraknya dengan keras sehingga besi pemisah jalan dengan jurang hutan penyok, ini amat berbahaya mengingat mereka berkendara diatas jalan yang cukup tinggi.
"Tsumiki!" Megumi dan Shouto berteriak secara bersamaan, total melupakan tiga remaja lainnya.
Tiba tiba sekumpulan es tajam yang panjang terbentuk, es keras itu menahan mobil dari jatuh ke jurang dan mendorong mobil kembali ke tengah jalan. Shouto dan Megumi menghela nafas lega.
"Ugh sialan, albino bajingan! Aku berjanji akan membunuhmu!" Katsuki dan Suguru mengutuk Satoru secara bersamaan.
Shouto* dan Izuku melompat keluar setelah remaja anak bungsu keluarga Todoroki melelehkan es yang dibuatnya. Disisi lain Shouto tak berhenti memutar pinggang Satoru dengan cubitan mautnya.
"Aduh aduh! Jangan marah Shou-chan, lihat? Mereka baik baik saja" Shouto mengindahkan alasan suaminya dan terus mencubit nya sekuat tenaga karena dia tau Satoru tidak benar benar kesakitan, dia hanya pria dramatis yang haus perhatian.
"Bagian mananya! Dasar bodoh! Bagaimana kalau mereka terluka!" Nobara ikut mencubiti pinggang guru nya, berharap setidaknya aliran darah bajingan ini mengaliri otaknya yang mati.
Disisi lain Megumi dan Yuuji berlari untuk membantu para korban keluar. Yuuji menarik dan membopong Suguru sementara Megumi memeriksa kakak perempuannya, adik kecil yang manis itu mengucap kata syukur karena tidak menemukan luka yang fatal pada Tsumiki, dia hanya terkena goresan kecil saja.
Usai mengeluarkan dan memeriksa keadaan semua orang, Katsuki dengan emosi diambang batas akhirnya meledakkan mobil itu dengan quirknya yang mengejutkan semua orang namun tidak ada yang mencoba menghentikan prosesnya selain Satoru yang menangis alay ala ala mc sinetron lokal yang terkena azab.
"Terimakasih Megumi" Tsumiki mengelus rambut landak Megumi yang suprisingly soft sementara remaja intovert itu hanya diam dan menggendong kakaknya menjauh dari mobil pembawa sial yang kini terbakar oleh nitrogliserin alami milik Katsuki.
"Sekarang apa yang harus kita lakukan?" Yuki mengajukan pertanyaan yang membuat semua orang melirik Satoru, jelas meminta pertanggungjawaban atas apa yang terjadi.
"Apa lagi, ayo kita memanfaatkan apa yang alam berikan pada kita!" Satoru dengan ceria berseru seperti tidak ada sumber api yang bisa membakar seluruh pulau didekat mereka.
"Jangan bilang..." Nobara bergumam ragu.
"Ya! Ayo kita berjalan kaki! Hahahaha aku memang luar biasa!" Satoru mengangkat kedua tangannya dengan semangat.
Bugh!
Kutukan lipan Suguru dan ledakan Katsuki mengarah lurus ke kepala Satoru dari arah yang berlawanan. Untungnya Satoru mengaktifkan kembali Infinity pada detik detik terakhir atau kepalanya sudah hancur sejak tadi. Saat keduanya hendak meluncurkan serangan lagi, Yuuji dan Izuku maju untuk menghentikan kemungkinan pemusnahan massal sebuah pulau jika ini terus berlanjut.
"Bajingan sialan! Lepaskan aku Itadori! Biarkan aku menghancurkan kepala bajingan itu!" Suguru memberontak, tentu saja tenaganya kalah dengan wadah Sukuna yang memiliki fisik luar biasa sejak lahir.
"Tidak bisa! Kau akan membunuh semua penghuni pulau ini!" Yuuji mencoba yang terbaik untuk meyakinkan seorang pria yang pernah membantai seisi desa, tentu saja usahanya tidak terlalu berhasil, Yuuji yang malang.
"Lepas Deku! Aku akan meledakkan otak udang itu! Lepas!" Katsuki juga sama kesalnya dengan Suguru, dia bahkan menjambak rambut Izuku, mencoba menjauhkan kepala lumut dari dirinya.
"Sa-sabar Kacchan" Izuku mengerang, cengkraman Katsuki tidak main main.
"Hah?!!" Katsuki semakin gencar menjambak rambut Izuku karena kekesalannya yang memuncak, dia tidak bisa melepaskan Izuku karena remaja itu menekan pijakan nya dengan aliran one for all sehingga Katsuki tidak bisa begitu saja melempar Izuku, quirk itu membuat bajingan hijau terlalu berat untuk si pirang tangani.
"Pahlawan takkan membunuh orang semudah itu Bakugou" Shouto* terpaksa membekukan Katsuki sebagai tindakan pencegahan, dia juga membekukan bangkai mobil pembawa bencana potensial sebelum semuanya terlambat.
"Tenanglah kalian semua, Suguru-san juga" Shouto akhirnya angkat bicara setelah sekian lama, Eiji tampak tertidur nyaman dan aman di gendongan ibunya, Nobara sering bertanya bagaimana bisa anak anak Satoru dapat begitu tenang di situasi yang kacau.
'Oh benar, mereka hidup bersama bencana berjalan' diam diam remaja cantik itu bersyukur tidak dilahirkan di keluarga yang rumit dan berisik.
"Hah!" Suguru memilih untuk tenang daripada menerima kemarahan Shouto, wanita itu mengerikan saat benar benar marah, ditambah Satoru akan mendukung istri manisnya apapun yang terjadi, bajingan tolol egois itu.
"Aku yakin kalian tau sikap kekanakan absolut suamiku terkadang melewati batas akan menciptakan situasi yang sangat menyebalkan, maka dari itu maafkan aku yang tidak bisa melarangnya melakukan ini"
Shouto menunduk, meminta maaf secara tulus sementara Satoru memasang wajah sulit bagai terkena sembelit, pria arogan ini tidak merasa dirinya salah dan tidak suka melihat cintanya meminta maaf pada hal yang bukan kesalahannya.
Suguru yang khatam alur pemikiran bocah albino sahabatnya itu hanya mendesah pelan, bahkan Shouto tidak bisa memadamkan api yang hampir menghanguskan kecerdasan emosional suaminya. Yah itu menjelaskan mengapa hanya Shouto yang tahan terhadap perilaku tak wajar Satoru.
"Tidak apa apa Shouto-san, pergi kemari adalah keputusan yang kami buat sendiri, seharusnya kami bisa memperkirakan resiko apa yang akan terjadi saat memutuskannya" Tsumiki mencoba membuat suasana menjadi lebih baik, namun nampaknya Suguru masih belum ikhlas dengan fakta dia digeret paksa kemari di tengah hari bolong di musim panas.
"Itu kamu tapi aku, Yuki dan tiga remaja disana tidak memutuskan apapun, idiot inilah yang memaksa kami masuk permainan bodohnya yang lain" Nada Suguru tidak tinggi namun tidak juga lembut, jujur saja ini semakin tidak menyenangkan seiring berjalannya waktu, tapi dia mengerti maksud dari tindakan konyol Satoru saat ini jadi...
"Tapi kurasa bukan ide yang buruk untuk bermain diluar setelah sekian lama" Pemikiran tsundere miliknya telah bekerja keras untuk mencapai hasil ini, bicara jujur seperti ini setelah sepuluh tahun membohongi diri sendiri merupakan prestasi yang membanggakan dari Suguru.
Kedua pupil Shouto dan Satoru sama sama terbelalak mendengar perkataannya.
"Oh ayolah! Ini semakin panas! Aku tidak ingin mandi keringat!" Suguru mengembalikan lipan kedalam tubuhnya lagi dan berjalan menjauhi mereka dengan tergesa gesa, astaga... Sebegitu malunya kah sampai nekat pergi meski gatau jalan?.
"Ah ya, benar, bagaimana dengan kalian?" Shouto melirik tiga remaja yang akhir akhir ini selalu bersama keluarga mereka.
"Menurutku ini akan baik baik saja, unik rasanya menjelajahi dunia yang tidak punya quirk, ini seperti perjalanan waktu ke masa lalu" Shouto* menyuarakan pendapatnya, inner child remaja itu meronta memikirkan barbeque di pantai yang hanya pernah ia lihat di saluran televisi.
Izuku mengangguk setuju, liburan ini akan membantunya memuaskan rasa ingin tahu nya akan keadaan dunia sebelum quirk ditemukan. Meskipun dunia ini merupakan dunia yang berbeda dari dunia mereka, tapi lingkungan yang ia lihat mirip dengan apa yang tertera di buku sejarah. Jujur saja Izuku tidak menyesal nyasar ke dimensi ini.
Usai mendengar pendapat Shouto* dan Izuku, semua orang kini memandang Katsuki yang tidak mengatakan apa apa dan hanya mendengus, ini mungkin merupakan tanda bahwa dia baik baik saja dan mungkin punya pendapat yang sama dengan kedua temannya.
Shouto menghembuskan nafas lega, setidaknya kini mereka dapat berkomunikasi tanpa rasa canggung. Dengan semua barang bawaan hangus terbakar dan tubuh bau gosong mereka semua pun berjalan meninggalkan bukti kejahatan berupa bangkai mobil hangus di belakang.
Disisi lain...
Didalam ruang pijat spa terlihat tiga orang tengah menikmati layanan pijat kaki. Ketiga orang itu adalah Kaze, Mimiko dan Nanako yang bosan menunggu semuanya datang.
"Tidakkah menurutmu mereka terlalu lama? Aku khawatir sesuatu yang buruk terjadi" Kaze menyuarakan pikirannya sambil menghela nafas puas dengan pijatan yang diberikan.
"Ada banyak orang kuat dalam kelompok itu, mereka akan baik baik saja, jangan terlalu khawatir" Perkataan Nanako membuat kekhawatiran Kaze berkurang sedikit.
"Itu benar, jadi kita nikmati saja semua pelayanan yang ada sambil menunggu mereka datang, toh ayahmu memberikan kartu hitamnya padamu bukan?" Mimiko mengelus kepala Kaze yang mengangguk menyetujui pernyataan yang dikatakan Mimiko.
Sebuah kartu hitam mengkilat tampak gagah di dompet Kaze, ini akan jadi liburan yang menyenangkan....
Benar bukan?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro