Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Mirror (2)

Note : Di chapter ini dan seterusnya Todoroki Shouto (canon) bakal ada tanda (*) nya biar reader gak bingung.
........................................................................

Kembali ke 15 menit yang lalu...

Sebuah mobil hitam berhenti didepan gedung sekolah yang besar. Pintu pun mobil terbuka, turunlah sosok seorang wanita berambut merah dan putih dengan kacamata bertengger gagah diwajahnya juga pedang besar yang disembunyikan dalam tas selempang besar yang terlihat seperti tas sport biasa. Dia adalah Gojou Shouto yang sedang menjalankan misi menghabisi kutukan tingkat dua di sebuah Sekolah Dasar yang besar.

"Bagi yang lebih menakutkan dibanding kegelapan itu sendiri.. Yang lebih gelap dari hitam... Sucikanlah kotoran ini" Kubah tebal pun dipasang oleh pria yang berdiri disampingnya.

"Semoga misi nya diberi kelancaran, Shouto-san" Pria itu, Ijichi menyemangati penyihir wanita didepannya.

"Terimakasih Ijichi-san" Shouto dengan mantap melangkah masuk kedalam, ketika kakinya berhasil menginjak gerbang masuk, Shouto langsung disambut dengan aura menyeramkan yang menyebar disetiap sudut sekolah ini.

"Apakah ini benar benar tingkat dua? Ini lebih seperti semi satu" Shouto bergumam sambil mengeluarkan pedangnya dari tas lalu dia meninggalkan tas miliknya ke sembarang tempat, Satoru bisa membelikannya lagi jika yang ini rusak.

"Yosh sudah, izin masuk ya~" Dengan begitu Shouto pun masuk kedalam bangunan.

"Wow kutukan benar benar membuat suasana jadi muram" Shouto berkeliling sekolah, dia terlihat seperti murid SMA dengan celana training hitam bergaris putih di pinggir dan kaus merah bergambar kucing putih ditengahnya.

Dengan sabar Shouto terus menjelajahi setiap sudut bangunan itu, mulai dari semua kelas, ruang kesehatan,
ruang guru sampai toilet pun ia jabani tetapi tidak ada tanda tanda kemunculan kutukan yang dilaporkan.

"Cih, dimana dia bersembunyi?" Gumam Shouto sambil terus melangkahkan kedua kakinya.

Disisi lain Todoroki Shouto* tengah berkelahi dengan makhluk aneh berwarna hitam dengan banyak tangan dan mulut lima menit setelah ia terjatuh dari langit. Makhluk aneh ini terus menyerangnya tanpa henti dengan tangan tangannya yang bisa memanjang. Gerakannya gesit, terstruktur, fatal dan tanpa ampun, Shouto* sampai tersudut karenanya.

Bertarung dengan mood jelek sangat menjengkelkan, Shouto* baru saja terbangun tadi, dia bingung dengan segala hal yang terjadi dan boom! Secara tiba tiba makhluk ini menyerang seperti keberadaan Shouto* adalah pengganggu atau hama di wilayahnya.

Gila, kenapa benda bergerak sialan ini tidak terpengaruh dengan semua serangannya? Shouto* bahkan menggunakan sisi kanan yang baru ia gunakan akhir akhir ini setelah mendapat pencerahan dari teman hijaunya saat festival olahraga. Makhluk menjijikkan itu bahkan menepis es yang ia lemparkan seperti pria paruh baya yang sedang bermain Frissbee di hari liburnya.

Shouto* berdecih, mau sampai kapan ini akan berlanjut? Pikirnya dalam hati sebelum sebuah pedang tiba tiba menebas makhluk aneh itu dari arah belakang. Untungnya Shouto* berhasil menghindar, dia masih memiliki kepala yang utuh tanpa kekurangan.

"Dia benar benar ada di gedung olahraga ya, dan bajingan ini semi satu rupanya" Shouto* menoleh untuk mendapat kejutan terbesar yang pernah ia dapatkan dalam hidupnya. Sementara itu Shouto ikut membeku melihat salinan sempurna dirinya dalam wujud remaja laki laki yang tampan.

Sayangnya tidak ada waktu untuk melamun, kutukan yang nyatanya tingkat semi satu itu mengamuk setelah meregenerasi tangan yang terpotong oleh pedang Shouto tadi. Shouto langsung berdiri didepan salinan remaja nya dan mulai bertarung serius dengan kutukan itu.

Namun satu hal sangat mengganggunya, kenapa remaja itu tidak lari! Hidupmu dalam taruhan kau tau?!. Shouto sangat ingin mengatakan itu namun keadaannya tidak memungkinkan untuk mengatakan apapun. Shouto butuh konsentrasi penuh untuk mengatur nafasnya atau dia akan kewalahan.

Shouto* membeku, huh? Apa ini? Kenapa ada dia? Dia jadi perempuan? Apa apaan pedang besar itu? Makhluk apa itu? Dia sebenarnya ada dimana?. Semua kebingungan Shouto* terlukis jelas di wajahnya. Mereka tetap berada di posisi awkward hingga akhirnya Shouto menarik kembaran versi muda nya untuk melarikan diri ke gedung sekolah.

'Bahaya untuk bertarung sambil melindunginya, aku jadi tidak bisa bergerak bebas' Shouto berpikir cermat, dalam situasi ini dia harus menyembunyikan Shouto* atau mereka berdua akan mati sia sia. Mereka masuk kedalam sebuah ruang kelas di lantai dua, Shouto pikir disini cukup aman bagi copy-annya untuk tetap diam.

Shouto mendudukkan kembaran mudanya di salah satu kursi dan melangkah pergi, namun pemuda itu enggan melepasnya begitu saja tanpa penjelasan jelas.

"Aku dimana? Dan kau siapa?! Kenapa kau sama sepertiku!" Shouto memutar mata, sedikit kesal mengakui bahwa dulunya dia sama dengan remaja di depannya ini, labil dan emosional.

"Tenanglah, kamu akan membuat kutukan itu datang kemari dan menyerang kita" Shouto sebal misinya harus terganggu dengan kedatangan 'dirinya' dari dimensi lain, apalagi dirinya yang lain adalah seorang laki laki sehat yang diidam idamkan ayah busuk nya.

"Tapi-" Shouto semakin kesal, dia akhirnya menutup mulut dirinya yang lain dengan tangan agar diam.

"Tetap diam disana dan jangan coba coba untuk bergerak jika kau masih ingin menghirup udara segar" Ancam nya serius, kutukan tingkat dua bukanlah mainan yang bisa diatur pergerakannya.

"Ugh" Shouto versi laki laki mengangguk pasrah.

"Aku berjanji akan menjelaskan beberapa hal kepadamu tapi aku harus mengalahkan kutukan ini dulu, kamu itu pintar jadi gunakan otakmu dan diamlah" Nyonya Gojou itu heran dengan ekspresi male Shouto yang tegang.

"Awas dibelakangmu!" Sial, Shouto terlambat melakukan sesuatu sebelum bongkahan es tajam menerjang tubuh kutukan bersayap itu.

"Ibu!" Rupanya itu Kaze putra sulungnya.

Tunggu, putranya?

"Kaze? Kenapa kamu ada disini? Kamu seharusnya sekolah sekarang" Omel Shouto sambil maju menebas kutukan burik itu.

"Maaf Ibu tapi sekolahnya terbakar" Kaze berdiri jauh dibelakang sang ibu, sama sekali tidak berniat mengganggu pertarungan ibunya.

"Itu bukan ulah Yuka bukan?" Celetuk Shouto spontan, sedari dini Yuka memang terkadang suka kehilangan kendali atas apinya. Kaze tertawa kecil mendengar celetukan ibunya.

"Tentu bukan Ibu" Tebasan Shouto tidak sedikitpun meleset, semuanya memotong tubuh kutukan sedikit demi sedikit selagi darah khas kutukan muncrat keluar dari tubuhnya.

"Syukurlah kalau begitu, tapi itu tidak menjelaskan kenapa kamu ada disini nak" Kaze mendekati duplikat sang Ibu yang terlihat sangat shock dan tidak bisa melakukan apapun karena tubuhnya gemetar.

"Bisakah kita membicarakannya nanti saja?" Diam diam Kaze memakaikan jaket yang diberikan Satoru diluar barusan pada Ibu versi laki laki itu.

'Dasar anak licik' Batin Shouto, Kaze itu cukup pintar dalam memanfaatkan keadaan Shouto yang tidak bisa menolak.

"Baik tapi berjanjilah untuk tidak mengada ngada nanti" Ancam Shouto, namun putranya justru tertawa mendengar ancaman ibunya.

"Hahahaha Kaze-kun tidak pernah berbohong" Shouto melompat keatas kutukan untuk membelahnya dengan cara yang lebih efisien. Berhasil, pedang Shouto membuat tubuh kutukan itu terbagi menjadi dua sebelum meledakkan cairan berupa darah berwarna hijau kemana mana.

"Kaze-kun menipu ayahnya saat usianya baru 6 tahun untuk membelikannya dua dus susu pisang, kamu pikir Ibu tidak bisa membaca niatmu huh?" Kaze menunduk, dia malu karena Ibunya tau. Dan dengan begitulah misi Shouto akhirnya selesai.

Shouto menghampiri putra dan kembarannya. 'Anak ini terlihat shock sekali' Pikir Shouto spontan. Shouto akhirnya menggoyang goyangkan jarinya untuk menarik perhatian Todoroki muda itu.

"Kamu baik baik saja?" Shouto* tetap diam tak bergeming dan Shouto langsung mendefinisikan itu sebagai 'tidak'.

"Mari kita keluar dari sini, aku akan jelaskan semuanya setelah melaporkan kesuksesan misi" Shouto* akhirnya mengangguk, dia sangat pasrah tangannya ditarik oleh anak 10 tahun dengan warna mata senada dengan sisi kanannya.

Ijichi langsung membongkar kubah kala melihat siluet 3 orang dari dalam hendak keluar. Pria malang itu sangat terkejut melihat dua Shouto dengan gender yang berbeda, dia bahkan tidak bisa menutup rahangnya dengan benar.

"Shouto! Misinya lancar?" Satoru menghampiri sang istri yang tidak keberatan dengan pelukan dari belakang. Serius, Shouto jarang menolak tingkah Satoru karena dia tau bahwa itulah cara suaminya menyampaikan rasa sayangnya yang yah, sering membuat orang lain kesal.

Satoru menoleh ke putranya lalu mrngangguk kala Kaze menatapnya intens, dia perlu ke supermarket untuk membelikan Kaze tiga dus susu pisang sesuai janjinya. Usai bertukar tatapan dengan sang anak, Satoru mengalihkan perhatiannya ke seorang remaja persis Shouto-nya yang melihat ke arah mereka dengan tatapan yang sulit diartikan. Satoru otomatis tersenyum dan membuat remaja itu semakin kebingungan.

"Satoru, apa kau tau tentang ini?" Satoru menyeringai, dia langsung mengerti apa yang kesayangannya maksud.

"Yah, aku rasa aku merasakan-" Ucapan Satoru terpotong oleh dering ponsel Shouto.

"Ini Megumi" Shouto pun mengangkat telepon dari putra angkatnya itu.

"Megumi?" Shouto memanggil, sedikit khawatir karena dia seperti mendengar banyak orang berteriak disana.

"Ah, Shouto-san, aku hanya ingin memberitahu, tadi Nobara menemukan seorang remaja yang tertidur dibawah pohon yang masuk dalam segel Master Tengen" Suara Megumi sedikit tertutup dengan banyak seruan kencang lainnya namun tidak membuat Shouto kesulitan untuk mendengarnya.

"Apa dia musuh?" Megumi menggelengkan kepala meski tau Shouto tidak akan bisa melihatnya.

"Kurasa tidak, namun anak ini terus meneriakkan 'dimana setengah setengah sialan dan deku!' secara terus menerus dan Yaga-sensei memintaku untuk menghubungimu" Benar, remaja yang ditemukan Nobara tadi mulai membuat keributan satu detik setelah dia membuka mata. Untungnya Panda dan Yuuji menahan tubuhnya sehingga remaja ash blonde itu tidak bisa melarikan diri.

"..." Shouto membatu, apakah Katsuki ada disini juga? Sungguh? Bersama Izuku juga? Sial kalau itu benar.

"Shouto-san?" Shouto kembali sadar saat Megumi memanggilnya.

"Ah ya, coba bujuk dia, katakan bahwa aku membawa temannya dan aku akan sampai dalam 5 menit" Megumi mengerutkan kening, pertanyaan muncul dalam kepala pintarnya namun dia tidak mengatakan apa apa.

"Baik, sampai jumpa kalau begitu" Megumi menutup percakapan.

"Sampai jumpa Megumi" Shouto pun mengakhiri panggilan. Setelah itu Shouto terdiam, pikirannya penuh dan hatinya rumit. Melihat istri tersayangnya kesulitan, Satoru bergegas memeluk Shouto sambil mengelus kepalanya lembut ditambah ucapan ucapan menenangkan.

"Satoru..." Shouto tidak menolak sebuah pelukan hangat, otaknya selalu mendingin hanya dengan ini.

"Shouto baik baik saja, ini akan baik baik saja" Satoru membuat ungkapan singkat yang sangat membantu menenangkan hati Shouto.

Shouto bergerak cepat, ini tidak bisa diulur ulur terlalu lama atau segalanya akan jadi semakin rumit. Dia langsung meminta Satoru untuk men teleport dia dengan Shouto* ke Sekolah Jujutsu secepat mungkin. Ijichi yang baru saja selesai loading pun langsung mengarahkan dua anak bermarga Gojou untuk naik mobilnya menuju rumah mereka sementara Satoru akan membawa kedua Shouto ke sekolah jujutsu.

Shouto memegang kedua pundak kembarannya. Menyalurkan kehangatan yang dibutuhkan remaja itu, tersesat di dimensi asing bukanlah hal yang menyenangkan untuk dialami dalam hidup. Shouto* telah berjuang untuk tetap diam, remaja ini hebat dimata Shouto.

"Tenang saja, sepertinya Bakugou terlempar ditempat suamiku bekerja, kita akan langsung kesana dan saling menjelaskan apa yang terjadi oke?" Shouto mendengus puas kala kembarannya mengangguk pasrah.

Satoru juga menepuk kepala Shouto* tanpa mengatakan apa apa sebelum menggambar lingkaran lalu menggendong Shouto dengan gaya bridal dan melompat begitu saja tanpa memberi instruksi pada remaja satunya.

Shouto* kebingungan pada dua detik pertama namun otak pintarnya menyuruhnya untuk lompat, diapun ikut melompat ke dalam lingkaran portal buatan pria asing barusan.

...........................................................................

Setelah sampai, Shouto* membuka mata, dia berkedip beberapa kali untuk menyesuaikan dengan cahaya mentari usai beberapa detik diam dalam kegelapan.

"Todoroki-kun, kearah sini" Satoru menuntun Shouto* yang masih linglung kedalam menuju ruang latihan yang tersambung dengan ruang kerja Yaga.

Saat mereka sampai mereka disambut dengan pemandangan Katsuki mengamuk, Panda yang memeluk Katsuki dari belakang, Yuuji yang menggenggam kedua tangan Katsuki agar dia tidak bisa meledakkan mereka, Nobara yang tidak berhenti memprovokasi Katsuki dan Megumi yang terus menerus menghembuskan nafas kasar seperti orang sakit mental. Ini jelas sebuah kekacauan yang tidak enak dipandang.

Katsuki berhenti memberontak kala matanya menangkap sosok teman sekelasnya, si setengah setengah bajingan terbelah menjadi dua gender. Para murid Satoru juga terdiam melihat istri guru sengklek mereka menggandakan diri menjadi dua dengan gender berbeda. Melihat kebingungan mereka, Shouto hanya tetap diam disisi Satoru, pria jangkung itu juga tidak membuka mulutnya, dia terang terangan menggenggam tangan Shouto demi menenangkan perasaan sang istri.

Disisi lain Shouto* melangkah cepat menuju teman kelasnya, dia menepis kasar tangan Yuuji dan mendorong tubuh Panda agar mereka melepaskan Katsuki karena rekannya sudah tidak memberontak lagi. Yuuji, Panda dan yang lainnya menuruti keinginan remaja salinan Shouto itu dan menyingkir dari lingkaran kebingungan ini, membiarkan yang bersangkutan menyelesaikan masalah mereka.

Hanya saja Megumi menepuk baju Satoru, memberi sinyal bahwa pria itu wajib menjelaskan omong kosong yang terasa unreal ini pada mereka setelah segalanya menjadi lebih ter-organisir. Satoru hanya mengangguk anggukkan kepala, terlihat tidak meyakinkan namun Megumi tidak punya pilihan lain karena bertanya pada Shouto hanya akan memperburuk situasi.

Usai semua murid Satoru pergi, Shouto menggenggam tangan suaminya erat erat lalu membuka bibirnya untuk mengeluarkan kata kata.

"Bakugou, Todoroki, mari kita bicara didalam"

..........................................................................

Dan disinilah mereka, di salah satu Ruang kelas dengan penghalang dari Satoru yang membuat ruangan ini menjadi kedap suara. Shouto* dan Katsuki duduk bersebelahan sementara Shouto duduk didepan mereka bersama Satoru, entah kenapa bentuk ini terlihat seperti dua remaja yang ingin job interview.

Dua menit diam dan Katsuki tidak tahan lagi, dia memanjat meja yang menghalangi niatnya untuk meraih kerah kaus Shouto namun Satoru dengan gesit melindungi sang istri dengan mengaktifkan infinity dan mementalkan Katsuki jauh dari Shouto.

"Hei hei kamu melanggar batasmu di sana pria kecil" Satoru menolak melepas infinity meski Shouto yang memintanya.

"Siapa yang kau panggil Pria kecil huh! Lagipula kalian terlalu mencurigakan! Kenapa setengah setengah sialan ada dua! Yang mana yang asli hah!" Hening lagi, semuanya terdiam lagi.

"Haaaah, maaf Bakugou, kumohon duduklah dan akan ku jelaskan situasi milikku dulu baru kalian ceritakan apa yang terjadi" Shouto mengangkat suara usai lima menit terdiam.

Katsuki akhirnya mengalah, dia kembali duduk di tempatnya tadi dan bersiap untuk mendengarkan apapun yang dilontarkan Shouto* versi perempuan ini.

"Pertama tama perkenalan dulu, perkenalkan, aku Gojou Shouto dan ini suamiku Gojou Satoru" Shouto mulai memperkenalkan diri.

"Tunggu-apa?!" Teriak Katsuki dan Shouto* bersamaan.

"Kenapa kalian terkejut begitu, aku jadi sedih" Satoru berpura pura sedih dengan memanyunkan bibirnya.

"Yah kalian pasti bingung tapi situasi ini cukup serius jadi aku jelaskan secara singkat saja" Satoru memberi tatapan mengerikan pada dua remaja sehingga keduanya tidak berani untuk mengangkat suara.

"Aku terlempar ke dimensi ini saat melawan Kurogiri di perkemahan musim panas, aku tinggal di institut ini guna mencari cara untuk kembali, caranya memang ketemu dalam tiga tahun, namun aku memutuskan untuk menetap dan menikah dengan pria disampingku ini" Shouto dengan mudah mempersingkat sebagian perjalanan hidupnya dalam satu menit.

Katsuki dan Shouto* sama sama terdiam, otak pintar mereka memproses semua informasi yang diberikan sementara nurani mereka meronta hendak menyangkal kenyataan yang terjadi. Shouto sangat paham dengan hal ini sehingga dia hanya diam untuk memberi mereka waktu berpikir.

"Cara..." Katsuki bergumam.

"Ya?" Shouto memastikan pendengarannya.

"Bagaimana cara kami bisa pulang?" Shouto* melanjutkan gumaman Katsuki tanpa izin yang membuat rekan nya kesal.

"Itu mudah saja, aku bisa melakukan teknik yang membuka portal ke dimensi kalian" Wajah Katsuki dan Shouto* bersinar dengan cahaya harapan.

"Tapi itu memiliki resiko yang sangat besar, aku bisa saja salah menempatkan kalian di dimensi asing atau yang terburuk eksistensi kalian akan hangus tak bersisa ditelan tekanan hukum ruang dan waktu karena itulah teknik ini amat terlarang" Satoru berucap dengan jari telunjuk bermain dengan penutup matanya sehingga matanya sedikit terlihat.

"Sial, apa karena itu kau tidak bisa pulang?" Jarang jarang Katsuki mendengar Shouto* mengumpat secara terang terangan.

Tak! Shouto meletakkan cangkir teh yang disediakan Panda untuk mereka dengan tekanan yang cukup keras.

"Jangan salah paham, aku memutuskan untuk menetap bukan karena aku tidak yakin dengan kemampuan Satoru, aku hanya ingin hidup dengan pria yang aku cintai, itu saja" Satoru bersiul sambil terus mengatakan bahwa istrinya sangat keren.

"Jadi, bisakah kalian bercerita bagaimana kalian bisa ikut terlempar kemari? Apa itu karena Kurogiri juga?" Shouto melihat kembarannya dan Katsuki saling bertukar pandang lalu keduanya mulai menceritakan semuanya secara bergantian.

"Jadi begitu... Yah kita tidak punya banyak pilihan bukan begitu? Kalian berdua bisa tinggal bersama kami sampai kita menemukan solusi yang lebih baik" Satoru menawarkan rumahnya seakan tempat tinggalnya itu sebuah rumah singgah.

"Itu benar, masih ada banyak kamar kosong untuk kalian" Benar, Satoru sengaja membeli rumah khas Jepang yang luas dan nyaman untuk ditinggali banyak orang mengingat Megumi dan muridnya yang lain senang menginap dirumah Gojou disela sela jadwal mereka yang padat sebagai penyihir pemula dan pelajar.

Karena itu jugalah Suguru bisa tinggal bersama mereka tanpa kehilangan privasi untuk dirinya sendiri. Jika Shouto tidak memintanya menjaga Eiji atau si kembar, Suguru akan mudah ditemukan tenggelam dalam selimutnya sambil menonton drama, merajut atau sesekali membaca Novel ataupun komik yang dipinjamkan Kaze atau Yuki karena dua anak itu senang membaca.

Begitu juga dengan gadis gadis Suguru, mereka membagi kamar mengingat keduanya sulit dipisahkan. Kegiatan favorit Mimiko adalah menulis, membaca atau memanggang kue sementara Nanako gemar bermain game, berselancar di sosial media atau menggambar desain pakaian. Keduanya adalah gadis manis yang berperilaku baik jika tidak diganggu.

Ok kembali ke topik, kini mereka berempat menaiki mobil yang sengaja Shouto tinggal di sekolah setiap kali dia pergi menjalankan misi. Shouto melirik ke belakang, dia cukup terkesan dengan Katsuki yang relatif tenang selama ini, remaja itu tidak meledak, memaki ataupun mengomel tentang situasi sulit ini. Yah siswa yang akan jadi Pahlawan memang harus siap dan tenang dalam menghadapi situasi apapun dimanapun tapi tetap saja mereka masihlah anak dibawah umur, tidak baik memendam segalanya seperti ini.

Sementara itu pikiran Shouto* sedang berkecamuk dengan hasrat besar ingin menanyakan tentang identitas makhluk bertangan banyak yang menyerang dia dan dirinya versi perempuan satu jam lalu.

Satoru entah bagaimana dapat merasakan kegelisahan Shouto* sehingga pria itu membalikkan tubuhnya menghadap ke belakang, mengulurkan tangan kanannya lalu menoel noel rambut duren Katsuki, yah tipikal Satoru, dia bahkan melepaskan Infinity hanya karena penasaran dengan rambut runcing itu seperti anak kucing yang penasaran dengan semua hal. Untungnya yang sekarang mengemudi itu Shouto bukan dia sehingga mereka masih bisa bernafas saat ini.

"Apa kamu punya sesuatu yang mengganggu pikiranmu? Todoroki-shounen" Katsuki yang kesal dengan tindakan Satoru mulai menyerang balik dengan menepis-memukul jari jari jahil Satoru sampai pria kekanakan itu berhenti dan merengut.

'Dia terdengar seperti Allmight' Batin Shouto tak habis pikir dengan kelakuan suami tercintanya.

"Ah itu... " Shouto* terdengar ragu.

"Tanyakan saja Todoroki-san" Shouto akhirnya ikut kedalam percakapan.

"Makhluk yang anda lawan tadi, itu... Apa sebenarnya itu?" Sasuga Todoroki Shouto*, bicaranya langsung to the point tanpa basa basi.

"Shouto, anak ini bisa melihat kutukan?" Satoru akhirnya menyerah dengan rambut Katsuki, dia beralih memainkan squishy berbentuk domba milik Yuka yang tertinggal di mobil ini.

"Aku rasa begitu, aku menemukan Todoroki-san saat sedang melawan kutukan tingkat sami satu" Satoru melirik Shouto yang tidak menunjukkan reaksi apapun.

"Semi satu? Mereka melakukannya lagi huh" Satoru menggeram, entah sudah berapa kali para dedemit kolot itu hendak menyingkirkan Shouto.

"Biarkan saja, bukannya ini baru pertama terjadi" Harga diri Satoru tersayat mendengar pengakuan spontan sang istri.

"Potong itu Satoru, kita keluar topik" Shouto berusaha mengabaikan hasrat mendadak ingin mencubit pipi suaminya yang menggembung merajuk.

"Biar kupersingkat, Kutukan adalah makhluk kuat menjijikkan yang terlahir dari berbagai emosi negatif yang ada dalam hati kotor manusia, mereka tidak bisa dilihat orang biasa sehingga tak semua orang mengerti betapa bahayanya kutukan" Shouto menjawab menggantikan Satoru yang merajuk, wanita itu melihat ke belakang, bagus dua remaja itu fokus mendengarkan.

"Kutukan terbagi kedalam empat kategori dengan tingkat terendah mulai dari 4 hingga 1 sedangkan kutukan yang berada di level lain kami beri nama 'kelas khusus' yang tidak mudah dibasmi dengan puluhan tank" Shouto bisa melihat Katsuki mengerutkan dahi, dia akhirnya mempermudah bahasanya agar bisa dipahami Yuuji sekalipun.

"Mudahnya, tingkat empat bisa kau pukul dengan pemukul kayu, tingkat tiga bisa kau basmi dengan tongkat bisbol, tingkat dua harus dengan senjata setara dengan shotgun, tingkat satu dengan beberapa tank dan tingkat khusus yang tidak cukup dengan satu armada penuh yang prima" Kedua remaja itu nampak tercengang, apakah dimensi ini memang se-berbahaya itu?.

"Setiap tahunnya ada banyak manusia mati tanpa alasan yang jelas, beberapa terlihat seperti kecelakaan, beberapa lainnya terlihat seperti penyakit aneh yang mengerikan, aku yakin kalian cukup pintar untuk menyadari apa penyebab dibalik semua peristiwa mengenaskan itu" Shouto melanjutkan, sama sekali tidak perduli dengan ekspresi sulit Shouto*, astaga anak itu terlihat seperti dia sedang mengalami sembelit yang melilit.

"Karena itulah kami, penyihir Jujutsu yang jumlahnya sedikit hadir untuk membasmi kutukan kutukan itu setiap harinya, ini seperti pekerjaan beresiko tinggi dengan bayaran yang fantastis" Satoru bertingkah seolah dia tidak pernah merajuk tadi.

"Kami tidak bisa menjelaskan banyak hal tentang penyihir jujutsu, hanya satu hal saja, mereka bekerja tanpa diketahui publik, maka dari itu jangan heran jika kalian menemukan pribadi penyihir yang jauh berbeda dari kebanyakan orang, mereka itu unik" Shouto langsung teringat pada Miguel, Toudou, Nanami, dan Satoru sendiri.

"Kalau begitu... Aku termasuk kedalam lingkup penyihir Jujutsu?" Shouto* bergumam pelan namun suaranya masih terjangkau pendengaran Satoru yang tajam.

"Itu belum jelas nak, kutukan diatas tingkat dua umumnya mampu memperlihatkan diri mereka pada orang biasa, bisa jadi kutukan yang melawan kalian tadi sengaja memperlihatkan dirinya sehingga kita perlu melakukan beberapa tes untuk memastikan nya" Shouto* pun mengangguk tanda dia sudah mengerti.

"Sial, kita benar benar terjebak di tempat yang buruk" Katsuki menggerutu, ujung lidahnya terasa amat busuk.

"Hahahaha! Jangan khawatir! Aku adalah yang terku-mph!" Shouto membekap mulut suaminya sebelum dia berhasil menjatuhkan ranjau bunuh diri karena mengatakan hal menyebalkan dalam situasi tak menyenangkan.

"Jangan buat situasi memburuk dasar bodoh" Satoru lagi lagi memalingkan wajah dan menggembungkan pipi bertingkah bagai remaja yang merajuk ketika dimarahi kekasihnya karena terlalu banyak menonton drama. Bedanya dia sudah berumur 28 tahun, terlalu tua untuk disebut remaja lagi.

"Hih Shouto jahat! Hmph!" Shouto memutar mata, sudah khatam dengan kelakuan suaminya yang lebih childish dari putri kembar mereka yang baru 6 tahun.

"Kita sampai" Dengan sambutan sederhana itu Katsuki melebarkan pandangan dan terpukau dengan halaman tradisional khas Jepang yang ditampilkan begitu mereka memasuki gerbang.

Mereka berhenti dan turun dari mobil, woah siapapun yang membangun rumah ini pasti memiliki keuangan yang kokoh, itulah pikiran pertama yang melintas di otak Katsuki saat melihat rumah keluarga Gojou.

"AAAAA-" Suara seseorang yang berteriak mengangetkan Shouto, instingnya sebagai seorang ibu otomatis merangsek masuk, dia tak sadar bahwa selain Satoru, dua remaja lainnya juga mengikutinya. Shouto berlari menuju sumber suara untuk menemukan seonggok kepala hijau digantung kebawah oleh kutukan berbentuk ngengat besar milik Suguru ditambah semua anak anaknya berkumpul membentuk lingkaran dengan papan Ludo dilantai. Rupanya mereka tengah bermain Ludo dikebun belakang.

"Kalian tidak adil! Aku juga ingin bermain!" Satoru yang sama cepatnya dengan Shouto langsung duduk dan merenggut papan untuk mengatur ulang, dia total mengabaikan protes dari anak anaknya yang tak terima, terutama Yuka yang hampir menang.

"Shou-san sudah selesai mengerjakan misi?" Suguru bertanya dengan senyum lebarnya yang biasa.

"Suguru-san, apa apaan ini?" Shouto tenang, menikah dengan pembuat onar tentu memberinya kesabaran setingkat orang suci.

"Ah itu karena Midoriya-san mengalahkan Suguru-san dalam sekali lempar dadu" Kaze menjawab pertanyaan ibunya sementara Suguru berdesis tak mengaku.

"Suguru-san hanya bertingkah kekanakan, itu saja" Argumen menusuk Yuki membuat semua orang tertawa selain Izuku dan dua remaja tertentu.

"Deku! Kenapa pantat sialanmu berada disini huh!" Katsuki menunjuk, wajahnya garang seperti biasa.

"Ka-kachan? Todoroki-kun! Syukurlah kalian selamat!" Izuku tersenyum lebar penuh haru sementara Shouto* ikut tersenyum lega, teman temannya baik baik saja.

"Suguru-san lepaskan Midoriya-san, tidak baik menyakiti seseorang karena kebodohanmu sendiri" Deg! Suguru membeku oleh ucapan anak 6 tahun.

"Pfft-HAHAHAHAHA" Satoru berguling guling tanpa berniat menghentikan tawanya dan Suguru memaki karena tidak bisa menembus Infinity Satoru dengan kutukannya.

"Fuck you Satoru" Suguru pun menyerah, dia menurunkan Izuku dengan baik dan kembali duduk.

"I love you more bestie" Sial, jika Infinity tidak ada maka Suguru bisa memecahkan kepala kosong itu sekarang juga. Mereka semua kembali bermain Ludo sementara Katsuki, dua Shouto ditambah Izuku masuk kedalam untuk beristirahat dan menjelaskan banyak hal pada Midoriya muda. Ketiga remaja itu pun sepakat untuk tinggal di kediaman Gojou untuk sementara waktu sambil mencari informasi lebih untuk kembali ke dunia asal mereka.

Setelah itu hari hari penuh kekacauan pun dimulai di kediaman Gojou.



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro