Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Mirror (1)

"Jangan biarkan dia lari!" Seorang remaja berkepala hijau melompat dari satu gedung ke gedung lainnya dengan kilatan dikakinya mengejar pria dewasa dengan asap hitam memenuhi tubuhnya.

"Kacchan sisi kanan! Ledakkan dia!" Remaja itu menginstruksikan rekannya untuk menyerang yang dimanfaatkan dengan baik oleh bom bernafas itu.

"Jangan berisik Deku sialan! Dan matilah kau bangsat!!" Rekannya membuat ledakan yang sangat eksplosif namun sayangnya semua ledakan itu meresap dalam kegelapan yang dibawa pria asap.

"Sialan! Asap brengsek!" Remaja ash blonde itu memaki, tidak puas dengan hasilnya.

"Todoroki-kun! Sekarang!" Remaja rambut dwiwarna segera melaksanakan perintah rekannya dan menyerang pria asap dengan es besar yang tajam.

Serrrr...

Sayangnya usaha nya gagal, es es itu juga terserap kedalam gerbang kegelapan.

"Puhah! Ha! Mau sampai kapan kalian akan melakukan ini?" Penjahat asap itu terkekeh kecil, suara lembutnya mengalun menyerupai terompet kematian ditelinga para remaja berkostum pahlawan.

"Sampai kau tertangkap" Salah satu remaja dengan dua kekuatan berucap.

"Kalian anak muda tidak mengerti penderitaan kami orang dewasa, mau bagaimana lagi, aku tidak bisa melanjutkan ini lagi" Pria asap itu menggeleng gelengkan kepala ke kiri dan ke kanan sehingga asap hitamnya berkibar.

"Kalau begitu menyerah dan matilah asap sialan!" Ash blonde lagi lagi memaki.

"Hah lucu sekali nak, sayangnya Shigaraki Tomura tidak mengizinkanku untuk mati" Tiba tiba pria asap itu, Kurogiri menyebarkan asapnya yang berfungsi sebagai portal, dia menenggelamkan paksa remaja remaja kelas pahlawan itu kedalam portal asapnya.

"Hei! Agh bangsat! Lepas!" Remaja ash blonde, Bakugou Katsuki berusaha keras meledakkan asap namun gagal dan tertelan begitu saja.

"Kacchan!" Remaja hijau, Midoriya Izuku berteriak memanggil sahabatnya dan berusaha menyelamatkannya, hanya saja asap bergerak lebih cepat dan ikut menelannya juga.

"Midoriya awas!" Remaja dwiwarna, Todoroki Shouto juga berusaha mendorong Izuku dan sialnya portal asap juga menelannya dengan sangat cepat.

.........................................................................

"Haah haah haah" Katsuki berjalan tertatih tatih dengan luka lebam karena dia jatuh dari langit, untungnya quirk miliknya dapat mendukungnya untuk melakukan pendaratan yang aman.

"Sial! Dimana ini huh?" Asap bangsat itu membawanya kemana?!.

Katsuki melebarkan jarak pandangnya, dia mulai berpikir cepat, kira kira dimana tempat di Jepang yang punya lahan sangat besar nan luas dengan banyak kuil dan aura mistis yang kuat.

"Kurasa tidak ada, sial! Semua gara gara asap bangsat itu?!" Katsuki terus meluncurkan makian makian kasar tanpa rasa bersalah.

Katsuki menepi dan duduk dibawah pohon tinggi dekat pintu masuk kuil besar, nafasnya tercekik karena kelelahan setelah bertarung cukup lama dengan villain portal brengsek itu. Tak lama kemudian Katsuki memejamkan mata, dia terlalu lemah untuk melanjutkan rentetan makian yang ditujukan untuk Kurogiri.

Yuuji merangkul pundak Megumi dari samping kanan, mereka semua baru pulang dari misi bersama Yuuta hanya saja kakak kelas mereka itu sudah terbang ke luar negri untuk membasmi kutukan tingkat 1 di Amerika. Penyihir kelas khusus emang beda.

"Megumi, ayo beli pizza" Yuuji berseru, rencana makan pizza sambil menonton film di kamar Megumi sudah tertanam di otaknya.

"Pizza pizza!" Nobara ikut memeluk lengan kiri Megumi, mereka terlihat seperti teletubbies minus Poh. #poorpoh.

"Yah terserah saja, tapi jangan makan di kamarku kalian sialan" Rencananya langsung terbaca oleh Megumi, dia sudah mengiranya hanya dari ekspresi Yuuji.

"Ihh kok gitu~ kamarmu kan kamar kita semua" Yuuji mengatakannya dengan wajah polos tanpa dosa seakan sejak dulu itulah fungsi kamar Megumi.

"Sejak kapan jadi begitu!" Megumi yang malang, dia mohon tinggalkan dia sendirian.

"Ayolah Berkah-kun, jangan gengsi seperti itu, aku tau kau menyayangi kami" Nobara menggoyang goyangkan lengan Megumi sambil menggodanya.

"Diamlah!" Ujung telinga Megumi memerah, orang biasa mungkin akan menganggapnya marah, namun dua sahabatnya sangat mengerti bahwa sahabat bulu mata slay mereka hanya malu malu serigala.

"Aww Megu tsun tsun" Yuuji tidak bisa menahan godaan untuk tidak menjahili sahabat introvert nya.

"Agh diam!" Megumi berteriak namun tidak berusaha melepas lengan dua sahabatnya yang menempel padanya. Nobara mengedarkan pandangannya dan sudut matanya menemukan remaja tidur di bawah pohon.

"Eh, lihat disana, siapa anak itu? Bagaimana caranya dia masuk kesini? Bukankah ini sudah masuk area segel?" Nobara membeo, dia menarik narik lengan Megumi meminta perhatiannya.

"Nobara, aku bersumpah akan meninjumu jika kau berbohong lagi" Terakhir kali Nobara bertingkah seperti ini adalah ketika gadis itu akhirnya mendorongnya kearah puluhan kutukan katak berlendir.

"Tidak tidak, percayalah pada Noba-chan, Noba-chan tidak pernah berbohong pada siapapun, Noba-chan adalah gadis baik yang jujur dan menggemaskan" Megumi dan Yuuji memutar pupil mereka bersamaan, sudah biasa melihat Nobara bertingkah random.

"Oh hentikan drama jelek mu Nobara, aku tau kau hanya butuh perhatian" Yuuji berkata dengan tangannya yang bebas menepuk kepala Nobara.

"Yosh yosh Nobara anak baik" Megumi menutup mulutnya menahan tawa.

"Kalian laki laki tak berguna! Lihat itu disana bajingan!" Nobara akhirnya kehilangan kesabarannya yang sama tipisnya dengan empati Satoru dan mendorong dua sahabat laki laki nya untuk melihat apa yang ia lihat.

"Wah benar, siapa dia?" Yuuji mengabaikan tatapan ganas Nobara yang terlihat seperti dia siap menggigit mereka kapanpun dia mau.

Mereka bertiga bergerak mendekati remaja tak dikenal itu lalu Megumi maju memastikan aliran nafas Katsuki dan mendesah lega saat dia tau bahwa remaja itu hanya tertidur saja dan pernafasannya lancar.

"Tidak efektif jika kita menunggunya bangun, kita harus membawanya ke dalam untuk memastikan apakah dia musuh atau bukan" Megumi menghalau jari Nobara yang berusaha menusuk pipi remaja berambut ash blonde itu.

"Benar juga, orang yang bisa menembus segel sekolah ini tentu bukan orang biasa" Jarang jarang Yuuji ngeluarin logika nya kayak gini.

"Yosh! Yuuji-kun, bawa dia!" Nobara menunjuk Yuuji dengan bangga seakan sahabatnya itu pelayan setianya.

"Ya! Serahkan padaku!" Tololnya Yuuji nerima nerima aja digituin, Megumi hanya memutar pupil nya lagi, berharap dia bisa makan pizza yang hangat setelah ini.

Mereka bertiga pun melangkah masuk kedalam gedung sekolah menuju ruang kepala sekolah dengan remaja rambut durian diangkut Yuuji dengan gaya karung beras.

..........................................................................

Izuku bingung kenapa pria ini langsung menyerangnya begitu dia bangun setelah terjatuh dari langit.

"Jadilah anak yang manis dan diamlah sebelum aku memotong kepalamu nak" Pria dengan rambut dikuncir dengan bayi bermain didepannya menyerang dengan makhluk aneh berwujud kelabang raksasa. Tapi makhluk aneh itu entah mengapa tidak berusaha untuk membunuhnya, dia seperti hanya mencoba mengancam dan menjatuhkannya tanpa berniat membunuhnya.

"Kumohon dengarkan aku dulu! Aku tidak bermaksud memasuki rumahmu!" Izuku berkata dengan lantang, mencoba bernegosiasi dengan pria yang marah.

"Jangan berani bohong padaku bocah sialan, selama aku disini tidak ada monyet atau kutukan yang berhasil masuk tanpa menghadapi kematian instan dari segel Satoru dan kau masuk begitu saja, kau pikir aku akan melepasmu hah?" Enak saja minta lepas, siapa yang duluan masuk kediaman Gojou huh!.

Bagaimana ini bisa terjadi? Yah ini terjadi lima belas menit yang lalu...

Hari berjalan seperti biasa bagi Suguru, usai berpamitan dengan anak anak yang berangkat sekolah dia memandikan si bungsu lalu bermain dengannya-lebih tepatnya Suguru tidur sementara Eiji menggigiti mainan khusus untuk bayi tumbuh gigi diatas tubuhnya.

"Guu guu mwaa augh guh" Eiji berakhir bosan, mainan berbentuk pisang itu sudah tidak menarik lagi dimatanya. Bayi enam bulan itu akhirnya memutuskan untuk memukul mukul wajah Suguru, berharap pengasuhnya itu bangun.

Plak plak!

"Diamlah Eiji, jangan ganggu orang tidur" Eiji mengerucut kan bibir kecilnya, hampir mengeluarkan rengekan namun tidak jadi saat netra biru nya menangkap sesuatu yang menarik berwarna hijau diluar kamarnya.

Bayi itu bergerak turun dari tubuh Suguru lalu mengesot dengan menarik tubuhnya dengan kedua tangannya seperti orang berenang gaya katak menuju benda hijau yang menarik perhatiannya. Eiji dapat keluar melalui pintu yang tidak ditutup oleh Suguru.

Disisi lain Izuku belum sadar dari pingsannya. Setengah jam penuh yang ia gunakan untuk bertarung melawan Kurogiri tentu membuat tubuhnya kewalahan sehingga Izuku langsung pingsan begitu tubuhnya menyentuh tanah, dia tidak sadar bahwa dia terjatuh di halaman luas kediaman keluarga Gojou yang penuh dengan kekkai atau segel.

Saking tidak sadarnya, dia juga tidak menyadari keberadaan seorang bayi yang menatapnya dengan mata berbinar terang. Eiji mengeluarkan pekikan kagum seperti saat ayahnya mengangkatnya ke udara atau Suguru yang membiarkannya bermain dengan kutukan peringkat rendah berbentuk hewan. Bayi itu mengangkat tangan gemuknya dan mulai menjambak rambut hijau yang jadi objek utama perhatiannya sambil sesekali memukul pipinya.

"Abuuu bwah nyeeeeh" Biasanya orang pingsan tidak akan sadar jika diganggu bayi, namun pukulan demi pukulan dari Eiji sudah cukup untuk membuat Izuku membuka matanya karena Eiji memukulnya tepat di lukanya.

"Eh ba..yi?" Eiji berhenti memukul dan menjambak rambut malang Izuku, dia mendekat dan memeluk wajah Izuku sebagai gantinya.

"Hehehe abuu" Eiji terlihat senang, dia bahkan menggesek gesek kan wajahnya seakan rambut Izuku sama dengan rambut anjingnya Megumi.

"Kenapa bisa ada bayi disini?" Dengan susah payah Izuku duduk sambil menyingkirkan Eiji dan menaruhnya di pangkuannya. Izuku sedikit heran dengan Eiji yang justru girang saat dia mengangkatnya. 'Bukankah bayi biasanya takut dengan orang asing?' Tanya nya pada dirinya sendiri.

Izuku menunduk untuk memperhatikan bayi itu, jujur saja bayi ini... Super mega menggemaskan. Rambut merah yang halus, sepasang mata biru cerah menyala dengan alis dan bulu mata berwarna putih bersih, paras tampan dan senyuman yang lebar nan menawan, bayi ini pasti mewarisi keindahan ini dari orangtuanya. Namun entah mengapa Izuku seperti melihat kemiripan hidung bayi ini dengan salah satu teman kelasnya.

"Ah, apa aku memasuki rumah orang?" Usai mengatakan hal itu, Izuku hampir jatuh ke tanah karena tekanan hebat yang datang secara tiba tiba.

'Apa... Ini... Terlalu... Kuat!' Izuku berusaha keras untuk tidak kehilangan kesadarannya

"Siapa kau" Suara seorang pria menggema dipikirannya, itu sangat sangat dingin hingga dia rasa suara Stain tidak bisa menandingi suara pria ini.

"Apa yang kau lakukan disini?" Suara itu bertanya padanya, Izuku mendongakkan kepala hendak melihat namun dia langsung menyesali keputusannya.

Sepasang mata hitam menyala menatapnya dari jauh, tatapan itu begitu dalam hingga menembus jiwanya. Rasanya sesak, takut, menyedihkan, sakit, tatapan pria ini benar benar membuat instingnya sebagai manusia meronta ronta memintanya pergi sejauh mungkin sekarang juga. Tubuh Izuku bergetar hebat, keringat dingin mengucur deras, nafasnya tersendat sendat, satu hal yang pasti dapat Izuku pikirkan.

'Pria ini benar benar bisa membunuhku tanpa ragu jika dia mau' Suguru tetap tidak menurunkan aura nya sedikitpun, diam diam menikmati wajah tersiksa tamu kecil tak diundang itu.

"Ba! Ugh uuu" Suguru menolehkan kepala dengan cepat, sial dia lupa Eiji si bayi takkan tahan dengan auranya.

"Tidak tidak kumohon jangan" Suguru segera mematikan niat membunuhnya dan berlari kencang hendak menggendong Eiji namun terlambat.

"Mwaaaaa!! Uwaaaa!" Sesuai dugaannya, Eiji langsung mengamuk karena takut dan panik.

"Maafkan aku oke? Kumohon berhentilah menangis" Menggoyang goyangkan Eiji tidak membantu, bayi itu masih saja menangis. Suguru mencoba menenangkannya sebaik yang ia bisa namun lama lama kesal juga.

"Ini semua salahmu bocah sialan" Nah kan gak Satoru gak Suguru dua duanya sama sama suka menyalahkan orang lain padahal salahnya sendiri, emang dasar duo bestie.

Eiji mulai tenang, dia mencengkram baju Suguru sambil mengusap hidungnya disana. Suguru sama sekali tidak mempermasalahkan hal itu, bisa dibilang dia sudah ikhlas mengurus bajingan merah keturunan sahabatnya ini meski dia enggan mengakuinya. #tsunderepride.

"Tunggu... Bagaimana kau berhasil masuk?" Suguru ingat Satoru pernah memberitaunya bahwa segel yang dipasang di rumah ini jumlahnya sangat banyak dan memiliki efektivitas tinggi yang valid sehingga orang tanpa izin takkan bisa masuk.

'Tapi bocah ini masuk begitu saja? Tidak masuk akal' Suguru memperhatikan bocah hijau yang terengah engah karena tekanan darinya tadi.

"Aku juga... Tidak tau!" Izuku membalas, dia benar benar tidak mendapat ide kenapa dia bisa terjatuh di halaman rumah orang asing.

"Hah! Bangsat buat emosi saja"

Suguru mengeluarkan satu kutukan kelabang miliknya, itu adalah salah satu dari beberapa kutukan tingkat tinggi milik Suguru yang diizinkan untuk digunakan kapan saja jika Suguru merasakan ancaman yang mengancam keturunan keluarga Gojou dengan syarat tidak boleh membunuh siapapun atau kalung yang ada dileher Suguru akan membuatnya meledak. Yah anak 15 tahun yang masuk tanpa izin juga termasuk bukan?

Dan begitulah pertarungan tetap berlangsung hingga sepuluh menit kemudian. Suguru kini duduk dipinggir halaman dekat rumah, menemani Eiji yang bermain dengan pasir sambil mengawasi jalannya pertarungan antara kutukannya dan anak brokoli. Tenang saja, halaman di rumah ini sangat luas sehingga sedikit kekacauan tidak akan membuat rumahnya tersentuh.

Ditengah tengah pertarungan yang sengit, Yuka masuk segel dengan wajah suramnya dan sial, wajahnya tertonjok salah satu kaki dari kelabang besar itu.

"Ah" Seketika pertarungan berhenti.

"AAARGHH!!! SAKIIIT!!" Teriakan Yuka yang menggelegar membuat Eiji terkejut dan mulai menangis, untungnya Suguru sigap langsung menggendongnya. Melihat adik tersayangnya menangis, Yuka menghiraukan rasa sakitnya, dia mengumpulkan banyak api ditangannya lalu...

"Dasar kutukan jelek! Jangan membuat adikku menangis!" Menonjok dan membakar kutukan Suguru dengan brutal tanpa rasa kasihan. Suguru hanya bisa pasrah dan merelakan satu kutukan andalannya berubah jadi kelabang bakar. Sementara itu Izuku melongo, terkejut dengan kuatnya api dari seorang anak perempuan yang kelihatannya tak lebih tua dari Kota itu.

Bruk bang!

Kutukan besar itu terjatuh, membuat angin kencang menerpa mereka semua. Eiji meringkuk dipelukan Suguru, aman terlindungi dari angin berpasir itu. Sebaliknya Izuku berakhir terendam pasir taman dan tubuhnya dilewati begitu saja oleh Yuka seakan dia tidak pernah ada disana.

"Suguru-san, Eiji gak kenapa napa kan?" Suguru memindahkan Eiji ke gendongan kakak perempuannya.

"Gak apa apa tenang aja, kamu kenapa jam segini udah pulang?" Suguru bertanya, bukannya dia perduli atau gimana, biasanya kan anak Sd pulangnya jam tiga soresore bukan jam dua belas siang.

"Sekolahnya kebakaran" Jawab Yuka enteng dan mulai berjalan masuk.

"Bukan kamu yang bakar kan?" Suguru menyusul langkah putri tak sah nya itu.

"Bukan lah! Itu gara gara salah satu anak nakal main korek dekat kompor hidup pas makan siang" Yuka menjelaskan dengan nada kesal, padahal dia menantikan makan siangnya.

"Oh begitu" Balas Suguru acuh tak acuh.

"Iya, Aniue sama Yuki juga sudah pulang tapi mereka mampir ke lokasi kerja ibu dulu" Suguru hanya mengangguk tanda paham.

"Shou-san dapat tugas dimana?" Sejak melahirkan Eiji, Shouto mulai aktif kembali menjadi seorang Shaman meski dia tidak menerima misi setiap hari setelah pensiun selama 6 tahun dimulai sejak si kembar lahir.

"Tidak jauh kok, sekitaran distrik Minato" Suguru kembali mengangguk. Tunggu, kalau begitu Yuka belum makan?.

"Oh, jadi kalian bertiga belum makan siang?" Sial, Suguru tak sengaja mengatakan pikirannya keras keras.

"Jelas... Belum" Suguru berjalan mendahului Yuka lalu masuk ke kamar Eiji untuk melanjutkan tidur siangnya karena kamar bayi asuhannya adalah kamar yang paling luas karena penghuninya hanya seorang bayi, disana sangat sejuk karena AC dan punya banyak bantal yang bisa digunakan Suguru untuk tidur.

"Kalau lapar take away saja" Suguru berucap dari dalam kamar lalu dia melihat Yuka ikut masuk untuk meletakkan adiknya yang terlihat mengantuk di kasur bayi nya.

"Kenapa? Suguru-san malas memasak lagi?" Yuka sedikit kecewa, masakannya Suguru cukup sempurna oke? Jangan salahkan dia untuk menyukai masakan sahabat ayahnya yang kini tinggal bersama mereka itu.

"Aku tidak dibayar untuk jadi koki mu bajingan, ambil saja handphone milikku dan pesan makanan take away atau jangan makan sama sekali" Suguru berbaring di lantai lalu menarik bantal berbentuk telur rebus beserta guling andalannya.

"Buuu Suguru-san jahat" Suguru menghiraukan keluhan Yuka dan mulai memejamkan mata.

"Bukannya aku peduli" Ucapnya sebelum benar benar tertidur, jangan heran, Suguru adalah tipe yang bisa tidur pulas dalam hitungan detik jika dia mau.

Sementara itu diluar Izuku menyeret kakinya untuk duduk dibawah dibawah salah satu pohon mangga besar yang tumbuh di halaman luas itu untuk mengistirahatkan tubuh dan pikirannya dan tanpa disadari dia sudah terbawa ke alam mimpi. Yuka dan Suguru sudah benar benar melupakan tamu tak diundang mereka.

.........................................................................

"Ijichi-san!" Kaze menyapa asisten favorit orangtuanya selagi Yuki membayar taksi online yang mereka naiki untuk sampai kemari.

Mereka turun tepat diluar kubah yang dipasang Ijichi untuk menutupi area sekolah yang diliburkan sementara karena ancaman kutukan yang selalu mengincar anak anak untuk disiksa dan dimakan. Kaze menyentuh kubah itu dan tersenyum, Ijichi memasangnya dengan baik, kubah ini cukup untuk mencegah kutukan hingga tingkat dua untuk tidak terlihat dimata manusia biasa.

"Kaze-kun? Yuki-san? Mengapa anda berdua ada disini?" Ijichi tidak terlalu terkejut, semakin lama ia mengenal keluarga Gojou semakin terbiasa ia dengan tingkah laku tidak bisa diprediksi mereka.

"Ah sekolah kami kebakaran dan kami bosan untuk diam dirumah sehingga akhirnya kami memutuskan untuk pulang bersama ibu" Hebat, Ijichi bahkan bisa mendengarkan tuturan si putra sulung tanpa sedikitpun urat terkejut nampak diwajahnya.

"Kami? Itu lebih kepada Aniue sendiri" Yuki menyilangkan kedua tangannya di dada, kesal dengan kakaknya yang tiba tiba menyeretnya pergi begitu saja.

"Haha maaf maaf" Kaze mencium kening adiknya sebagai permintaan maaf dan langsung diterima.

"Oh begitu, kebetulan Shouto-san sedang membasmi kutukan tingkat dua didalam" Kaze membelai rambut gula kapas adiknya, sedikit tertarik dengan apa yang dikatakan Ijichi.

"Tingkat dua? Apa aku boleh masuk?" Kaze menembus kubah dengan tangannya, setengah tangan kanannya dapat merasakan suasana mencekik yang terjadi didalam.

"Kurasa tidak-" Ucapan Ijichi terpotong.

"Biarkan dia masuk" Satoru menepuk bahu Ijichi untuk mengejutkannya, yang tidak terlalu berhasil.

"Gojou-san?" Ijichi menatap datar ayah empat anak itu.

"Kenapa reaksimu datar sekali, jangan tatap aku seperti itu" Satoru berpura pura memasang wajah menyedihkan.

"Ayah? Kok disini?" Bukannya si ayah abnormal ini ada misi di Korea Selatan? Secepat itukah dia selesai?.

"Kaze, masuk kedalam dan cari siapapun yang punya energi yang mirip- tidak, persis dengan energi ibumu" Kaze dan Yuki memasang wajah serius.

"Apa ada sesuatu terjadi?" Kaze bertanya sementara Yuki memasang telinganya baik baik.

"Ayah rasa ya, ayah melihat ledakan energi tak lama setelah ibumu mulai melawan kutukan itu, ayah khawatir portal antar dimensi terbuka dan membawa Shouto kita pergi" Satoru serius, sensasi ini sama seperti saat pertama dia bertemu dengan istri tersayangnya itu. Bisa jadi dimensi yang terbuka kali ini bukan dimensi asal Shouto tetapi dimensi persis yang lain atau biasa disebut dimensi paralel.

"Eh?! Kalau begitu kenapa ayah tidak langsung masuk?!" Yuki reflek memukul lengan ayahnya karena terkejut.

"Ayah sudah bekerja keras loh! Ayah datang kesini secepat yang ayah bisa! Tapi Ibumu tidak akan senang jika pertarungannya dihentikan tiba tiba dan dia akan mengira bahwa ayah masuk untuk membantunya dan meremehkan kekuatannya" Yuki dan Kaze terdiam, omongan ayah masuk akal, Ibu benci jika orang lain meremehkannya tanpa sebab.

"Maka dari itu Kaze-kun saja yang masuk, cari orang itu sampai dapat tapi jangan usik pertarungan ibumu, mengerti?" Satoru puas kala putranya mengangguk setuju.

"Tentu saja" Jawabnya pasti.

"Bagus, anak ayah yang terbaik" Satoru mengusak rambut putranya memberikan pujian.

"Belikan aku susu pisang tiga dus setelah ini" Yuki mendengus, padahal dia baru saja ingin minta dibelikan kasur baru untuk kucing tersayangnya yang dia namakan Miya. Sepertinya Yuki harus menunggu tabungannya penuh baru bisa membelinya sendiri.

"Itu bisa diatur" Satoru mengedipkan mata, keduanya mulai terkekeh bersama.

"Oh ya, sebelum dimulai ini, makan dulu kue nya" Satoru memberi anak anaknya masing masing satu kotak berisi mini tart oleh oleh dari Korea Selatan.

"Ayah tau kita belum makan siang?" Yuki spontan bertanya, dia dengan senang hati memakan kue tart nya, makanan manis yang dibeli Satoru tidak pernah gagal.

"Ayah sudah lihat beritanya sih, untungnya kalian selamat" Santai kali ayah satu ini, lain dari yang lain.

Tak lama kemudian Kaze menyelesaikan makanannya dan masuk kedalam kubah suram itu setelah meyakinkan Ijichi bahwa dia akan baik baik saja.

"Yosh saatnya mencari kembarannya ibu" Ucapnya menyemangati dirinya sendiri, jika itu demi 3 dus susu pisang maka akan Kaze habisi segala rintangan.

........................................................................

"Aku dimana? Dan kau siapa?! Kenapa kau sama sepertiku!" Shouto memutar mata, sedikit kesal mengakui bahwa dulunya dia sama dengan remaja di depannya ini, labil dan emosional.

"Tenanglah, kamu akan membuat kutukan itu datang kemari dan menyerang kita" Shouto sebal misinya harus terganggu dengan kedatangan 'dirinya' dari dimensi lain, apalagi dirinya yang lain adalah seorang laki laki sehat yang diidam idamkan ayah busuk nya.

"Tapi-" Shouto semakin kesal, dia akhirnya menutup mulut dirinya yang lain dengan tangan agar diam.

"Tetap diam disana dan jangan coba coba untuk bergerak jika kau masih ingin menghirup udara segar" Ancam nya serius, kutukan tingkat dua bukanlah mainan yang bisa diatur pergerakannya.

"Ugh" Shouto versi laki laki mengangguk pasrah.

"Aku berjanji akan menjelaskan beberapa hal kepadamu tapi aku harus mengalahkan kutukan ini dulu, kamu itu pintar jadi gunakan otakmu dan diamlah" Nyonya Gojou itu heran dengan ekspresi male Shouto yang tegang.

"Awas dibelakangmu!" Sial, Shouto terlambat melakukan sesuatu sebelum bongkahan es tajam menerjang tubuh kutukan bersayap itu.

"Ibu!" Rupanya itu Kaze putra sulungnya.

Tunggu, putranya?.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro