tujuh
tujuh
in collaboration with anothermissjo, azizahazeha, rorapo_
please kindly check theirs' out
💰
Perkataan dari Kelvin terus terngiang dalam pikiran Joanna. Bohong jika dirinya tidak mempertimbangkan pendapat Darren dalam kencannya bersama dengan Kelvin besok. Kenapa ia merasa seperti tengah berselingkuh dari Darren? Apakah hal ini tepat dilakukan di dalam hubungan mereka berdua yang selama ini jauh dari orang ketiga?
Joanna mengamati studio Darren dari kejauhan. Iya, dirinya sudah tiba di depan kantor Darren kurang lebih lima belas menit yang lalu dan belum kunjung turun untuk mendatangi Darren. Ia tengah mempertimbangkan kalimat yang ingin disampaikannya pada Darren ketika mereka berdua bertemu agar tidak membuat kekasihnya itu khawatir.
Setelah menarik dan menghembuskan napas berulang kali untuk menyiapkan dirinya, Joanna turun dari mobilnya kemudian masuk ke dalam studio Darren yang sudah rapi seperti semula. Keadaan studio Darren tidak terlihat seperti pernah diporak porandakan. Kedatangan Joanna disambut ramah oleh Rhea hari ini terlihat sangat cantik dengan gaun sederhana yang tidak biasa dia pakai.
"Wah, kamu sangat cantik hari ini. Ingin pergi kencan?" tanya Joanna. Ia tersenyum pada Rhea yang juga membalas senyumnya dengan malu-malu.
"Tidak, hanya makan malam," jawab Rhea sambil tersipu. Ia kemudian berdeham dan menanyakan tujuan Joanna ke sini, "Kakak ada apa ke sini? Cari Pak Darren?"
Joanna mengangguk antusias. "Iya, ada di kantor, 'kan?" tanya Joanna sambil melihat ke arah pintu ruang kerja Darren yang tertutup rapat. Lampu di dalamnya masih menyala dengan terang.
"Tidak ada, Kak. Pak Darren sedang keluar. Ada perlu apa ya? Mungkin Rhea bisa bantu sampaikan," kata Rhea dengan amat ramah. Ia bahkan sudah meraih buku tulis untuk mencatat pesan yang mungkin ingin dititipkan Joanna padanya untuk disampaikan pada Darren.
Joanna menggeleng pelan. "Terima kasih, Rhea. Aku akan langsung menelepon Darren saja." Joanna mengedarkan pandangannya ke sekeliling, berusaha untuk mencari karyawan Darren yang lain namun sepertinya mereka semua sudah pulang meninggalkan Rhea sendirian di sini. "Ke mana yang lain? Hanya ada kamu sendiri di kantor?" tanya Joanna.
Rhea mengangguk. "Iya, Kak. Mereka sudah pulang semua."
"Kalau begitu, sebaiknya kamu juga segera berkemas lalu pulang. Mau aku temani?" tanya Joanna. Ia bahkan menawarkan diri untuk menemani Rhea karena merasa jika tidak aman meinggalkan Rhea sendirian di gedung ini. Apalagi, Rhea seorang wanita muda yang cantik.
Rhea menggeleng, "Tidak perlu, Kak. Aku sedang menunggu Pak Darren untuk kembali ke kantor, tidak enak jika pulang duluan. Bagaimanapun aku juga karyawannya dan sekarang belum jam pulang kerja." Rhea menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga. Ia tidak menatap Joanna sama sekali.
Joanna memahami maksud dari perkataan Rhea yang amat masuk akal sehingga ia hanya bisa mengangguk setuju. "Baiklah. Kamu harus berhati-hati, jangan biarkan sembarangan orang untuk masuk. Okay?"
"Baik," jawab Rhea singkat. Ia tersenyum tipis ke arah Joanna dengan canggung.
Joanna yang menyadari kecanggungan di antara mereka berdua langsung memutuskan untuk pamit pulang. "Kalau begitu, aku tinggalkan kamu sendirian di sini. Hati-hati," kata Joanna sebelum membalikkan badannya untuk berjalan keluar dari studio Darren yang amat sepi.
Joanna masuk ke dalam mobilnya kemudian meraih ponselnya yang ada di dalam tas. Ia menghubungi nomor ponsel Darren untuk membahas soal kencan yang akan dijalaninya dengan Kevin besok. Sambil menunggu panggilannya diterima, Joanna mengenakan sabuk pengamannya.
Ketika Joanna mengangkat pandangannya setelah memastikan sabuk pengamannya terpasang dengan baik dan benar, ia mendapati Darren keluar dari studionya bersama dengan Rhea. Mereka berdua terlihat amat akrab dengan senyuman yang terpatri di wajah mereka berdua.
Berbagai pertanyaan langsung terbersit dalam pikirannya, namun Joanna tetap berusaha tenang. Bisa saja Darren baru saja kembali kemudian mengajak Rhea keluar untuk makan malam sebagai atasan yang baik. Joanna tidak mengejar mereka yang sudah terlihat berjalan cukup jauh namun masih berada dalam jarak pandangnya. Joanna tahu dengan jelas jika Darren tidak akan senang jika ia berburuk sangka akan kekasihnya itu.
Joanna hampir lupa jika dirinya sedang menelepon Darren hingga ia mendapati kekasihnya tengah merogoh saku celana kemudian menatap ponsel yang ada dalam genggamannya. Tidak lama kemudian ponsel itu ditempelkan pada telinganya. Darren dan Rhea juga sudah menghentikan langkah mereka.
"Sayang, aku sedang dalam perjalanan untuk makan malam. Akan kutelepon lagi nanti jika tidak ada yang penting."
Joanna dengan cepat mencegah Darren untuk memutuskan sambungan telepon di antara mereka. "Tunggu, jangan matikan dulu. Ada hal penting yang ingin kutanyakan padamu, Sayang."
"Apa?" Suara Darren terdengar tengah mendesak Joanna untuk cepat. "Aku tidak bisa menjawab teleponmu terlalu lama."
Masih dari dalam mobilnya, Joanna bisa melihat dengan jelas gerak-gerik Darren. Kekasihnya itu tengah berdiri berkacak pinggang dengan Rhea di sisinya.
"Aku sudah menemui Kelvin tadi. Dan, besok kami akan pergi berdua. Apa kamu mengizinkannya?" tanya Joanna pelan. Tidak butuh waktu lama, ia segera menambahkan kalimatnya, "Aku tidak akan pergi berdua dengannya jika kamu tidak setuju."
Suara Darren terdengar amat tenang ketika menjawab pertanyaan Joanna, "Tentu saja kamu boleh pergi dengannya, Sayang. Bagaimana aku bisa berkata tidak jika itu adalah salah satu tahap yang harus kamu jalani agar bisa mendapatkan warisan dari ayahmu?"
Joanna mengangguk pelan, tidak bisa tidak setuju dengan kenyataan yang baru saja dipaparkan oleh Darren. "Iya, tapi entah kenapa aku mendadak ragu," sahut Joanna. "Aku seperti tengah berselingkuh darimu, apa kamu sungguh tidak apa-apa dengan hal ini? Maksudku, aku yang jalan berduaan dengan pria lain."
"Kamu takut aku mengira kamu selingkuh?" Darren terkekeh ringan. "Kamu tidak berselingkuh, Sayang. Kamu sedang melakukan semuanya untukku, untuk kita. Lagipula, tidak ada orang yang dianggap berselingkuh dengan izin dari kekasihnya."
Joanna masih mendengarkan dalam diam, berusaha menyimak perkataan Darren dengan nada bicara dan gerakannya. Ia ingin memastikan jika Darren sedang tidak membohonginya hanya agar ia tidak cemas dengan pendapat kekasihnya itu.
"Aku malah sangat bersyukur kamu mau membantuku. I love you so much, Sayang. Aku tidak ada apa-apanya tanpamu." Setelah mengungkapkan isi hatinya, Darren kembali melanjutkan kalimatnya tanpa menunggu respon dari Joanna. "Apa ada yang ingin kamu katakan lagi? Sebenarnya, aku sudah harus pergi sekarang."
Joanna segera menjawab, "Tapi, entah kenapa aku tetap merasa hal ini tidaklah tepat untuk dilakukan. Bukankah lebih baik jika kamu mengajukan pinjaman kepada bank saja?" Suara Joanna semakin pelan di ujung kalimatnya.
"Kamu ingin mengatakan jika kamu berubah pikiran untuk membantuku?" Suara Darren terdengar berubah, nadanya berubah kasar dan ketus. "Kamu coba pikir, apa aku akan meminta tolong padamu jika aku bisa mendapatkan uang itu dari bank?!"
Joanna terdiam. Ia meremas rambutnya kasar. Dirinya kembali salah bicara.
"Kamu tahu sendiri jika aku sudah mengajukan pinjaman yang amat besar dari bank untuk membangun usaha ini," lanjut Darren lagi. Suaranya berubah menggebu-gebu.
Joanna bisa mendengar dengan jelas Darren menghela napasnya kuat. Ia juga bisa melihat Rhea yang terlihat khawatir dan tengah menepuk bahu Darren, seperti tengah berusaha menenangkan atasannya itu.
"Sayang," Darren memanggil Joanna dengan suara yang terdengar jauh lebih tenang daripada sebelumnya. "Hanya ini satu-satunya cara untuk membantuku mengatasi masalah ini. Kamu ingin melihat mereka kembali datang dan meporak porandakan studioku lagi seperti kemarin? Sayang, aku mengizinkanmu pergi dengannya berdua karena aku percaya padamu dan hubungan kita yang amat kuat ini. Bukankah setelah masalah ini selesai, kita sepakat untuk menikah?"
💰💰💰
hai, semua. aku gemes banget baca komen kalian semua yang sudah enam chapter terakhir ini gregetan berat sama Joanna dan Darren HAHAHA.
Aku hanya berharap kalian gak batal puasa karena mereka berdua, yak!
Omong-omong, tinggalin komen yang banyak yaaa biar aku update lagi besok HIHIHIHI. supaya kalian tiap hari ada bahan untuk kesel.
Terima kasih sudah baca
💰
Oh iya, apa kalian sudah baca ceritaku yang judulnya Forever Him? (Spin-off dari One Last Knot yaitu kisah Edward dan Bianca)
Karyaku ini sudah bisa dibaca di karya karsaku @lyanchan. PROLOGnya gratis hihihi <3 jadi, kalau tertarik, bisa baca chapter selanjutnya. Atau mau baca One Last Knot dulu juga bisa, masih ada di Wattpad lengkap.
Sinopsis:
Bianca Martha mengira jika kisah percintaannya dengan Ethan Kosim yang terjalin sejak sekolah menengah pertama hingga mereka memutuskan untuk menikah dua puluh tahun kemudian, akan menjadi kisah percintaan paling mulus yang pernah diketahuinya. Namun, siapa sangka, ketika dirinya dan Ethan tengah mempersiapkan pesta pernikahan mereka... ia malah mendapati kenyataan jika Ethan berselingkuh. Ditambah lagi dengan fakta mengejutkan yang baru diketahui Bianca empat tahun setelahnya.
Cuplikan:
"Kamu tidak punya ponsel? Hahahaha!" Bianca mengusap kedua ujung matanya, "Woah, aku menertawakanmu sampai menangis."
Edward berusaha menjaga ekspresinya tetap datar, seolah-olah tidak memiliki ponsel adalah pilihannya selama ini. Dasar Bianca, sangat menyebalkan! "Untuk apa punya ponsel? Jika aku punya, semua orang akan berlomba-lomba minta nomor hapeku seperti kamu."
"Oh," Kali ini ekspresi jahil Bianca yang berubah. Ia melipat kedua tangan di depan dada, "jadi seperti itu maksudmu? Baiklah, aku mengerti. Aku tidak akan meminta nomor hapemu lagi."
"Tidak susah. Aku yang akan meminta nomor hapemu nanti! Kamu tunggu saja."
Terima kasih ❤️
💰
Oh iya, selagi menunggu cerita ini update, kalian bisa baca ceritaku yang sudah tamat:
* One Last Knot (kolaborasi dengan ) tentang Michelle yang bekerja sebagai wedding planner tapi malah gak sengaja batalin pernikahan kliennya.
* A Night Before You (kolaborasi dengan tentang Eugene yang menghabiskan malam tahun baru dengan atasannya. Malam itu juga Eugene tahu jika atasannya adalah seorang duda beranak satu, status yang selama ini dihindari Eugene untuk dipertimbangkan menjadi pasangan hidupnya.
* Weddings' Smuggler tentang penulis yang menyusup ke dalam pernikahan orang asing untuk mencari ide, tapi malah berakhir menjadi pengantin wanita.
Terima kasih ❤️
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro