Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

satu

satu

in collaboration with anothermissjoazizahazeha, dan rorapo_

please  kindly check theirs' out.

💰

Joanna membuka pintu studio yang dari jendela luar masih terlihat terang meskipun hanya berupa nyala lampu oranye redup. Ia butuh Darren Handoko, kekasihnya selama sembilan tahun terakhir ini. Joanna dan Darren sudah bersama selama sepertiga hidup mereka. Sehingga ketika ia mengalami masalah seperti saat ini, orang pertama yang dicarinya adalah Darren. Ia butuh Darren sebagai teman cerita. Ia perlu melepas semua beban pikiran yang ia dapatkan hanya dalam beberapa jam terakhir ini.

Obrolannya bersama kedua orangtua dan ketiga adiknya cukup menguras tenaga dan pikiran. Jujur, Joanna sama sekali tidak tertarik dengan warisan itu. Ia tidak ingin menikahi seseorang yang tidak dicintainya hanya karena ingin mendapat warisan. Joanna masih waras. Uang tidak bisa dibandingkan dengan pasangan hidup. Mengingat saat ini ia sudah memiliki Darren di sisinya. Hanya pria itu yang ia butuhkan.

Langkah Joanna yang sempat lunglai, mendadak kembali bersemangat ketika mendapati Darren tengah duduk dengan berbagai berkas di hadapannya. Sepertinya Darren sangat sibuk, dan untungnya Joanna membawa makan malam. Pasti Darren lupa akan keharusannya untuk makan seperti kebiasaan buruk kekasihnya itu selama ini.

Ia berjalan mendekati Darren kemudian memeluknya dari samping. "Hai, Luv. Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Joanna. Ia membungkuk sedikit untuk menyamakan tingginya dengan Darren yang tengah duduk. Setelah beberapa saat menunggu dan tidak mendapat jawaban, Joanna memilih untuk menarik kursi di samping Darren. Ia menaruh kantong kertas berisi makanan yang dibelinya ke sisi meja yang kosong. Kemudian ikut menyibukkan diri mengamati berkas-berkas yang tersebar di hampir keseluruhan sisi meja.

Perlahan tapi pasti, Joanna menyadari ada permasalahan terjadi pada keuangan Darren. Sebenarnya hal itu bukan sekali dua kali terjadi, sudah cukup sering malah. Tapi, Darren tidak pernah mau melepaskan usaha yang tidak pernah membuahkan hasil ini. Kekasihnya itu malah meminta Joanna untuk diam dan terus mendukungnya dari belakang, bukannya malah mematahkan semangatnya.

Darren lebih memilih untuk mempertahankan usaha yang sebenarnya sudah berkali-kali gagal, ketimbang mencoba usaha baru yang mungkin bisa berakhir lebih baik hanya karena takut menjadi bahan perbincangan teman-temannya. Tapi, Joanna sedikit banyak bisa mengerti, tidak mudah untuk selalu terlihat gagal dalam membuka usaha. Dan, kegagalan itu sudah dialami Darren berkali-kali selama mereka menjalin hubungan, yakni sembilan tahun lamanya.

Darren menarik rambutnya sendiri dengan amat kasar sambil menatap Joanna yang duduk di sampingnya. "Apa kamu bisa meminjamiku uang lagi?" Matanya terlihat sayu. Kantung matanya terlihat lebih besar dan lebih gelap dibandingkan terakhir kali mereka bertemu. Wajah Darren juga amat kusut. "Aku akan sekaligus membayarnya dengan pinjamanku sebelumnya."

Joanna bergumam panjang, menunjukkan bahwa ia tengah berpikir untuk mempertimbangkan jawaban yang tepat. "Hmmm."

Darren mendengus, raut wajahnya berubah seratus delapan puluh derajat dari beberapa saat yang lalu. Ia mengumpulkan semua berkas yang ada di hadapannya kemudian meremukkannya dengan kedua telapak tangan yang lebar. Terlihat jelas urat tangan Darren ketika ia melakukan hal tersebut. Remukan berkas itu dilempar Darren ke atas meja sambil berdiri dari kursi yang sedari tadi didudukinya. "Kamu," Darren kembali mendengus. Ia menatap ke bawah ke arah Joanna, "Kamu tidak pernah mau mendukungku. Selalu saja meremehkanku. Sudah cukup orang lain yang meremehkanku, jangan kamu juga! Apa benar kamu kekasihku?!"

Joanna terdiam. Diragukan seperti itu oleh Darren sendiri membuat hatinya terluka. Tapi, di saat yang bersamaan Joanna juga kebingungan sekaligus ketakutan mendapati tindakan kasar dari Darren. Joanna bukannya tidak ingin mendukung Darren, namun... ia hanya ingin Darren tahu jika sudah terlalu banyak uang yang pria itu dan dirinya keluarkan untuk usaha yang tidak pernah terlihat perkembangannya, dan sebenarnya tidak patut untuk dipertahankan.

"Bagaimana kamu bisa berkata seperti itu?" tanya Joanna. Ia mendongak menatap Darren. "Luv, kamu tahu sendiri aku tidak pernah berpikir seperti itu."

"Kalau begitu, buktikan! Buktikan kalau kamu memang benar kekasih yang mencintaiku." Suara Darren semakin meninggi. Urat lehernya terlihat dengan jelas ketika bicara.

Joanna ikut berdiri kemudian memeluk Darren dari samping. "Tenang. Kamu harus tenang terlebih dulu, kita akan cari jalan keluarnya bersama. Mungkin setelah membaca berkas-berkas ini, aku bisa membantumu."

Pelukan Joanna tidak dibalas oleh Darren. Kekasihnya itu hanya diam di tempat sambil sesekali bergerak gelisah. "Tidak ada yang bisa kamu lakukan selain meminjamiku uang, Sayang," kata Darren sambil melepas pelukan Joanna. Ia memegang kedua lengan atas Joanna erat. "Bantu aku untuk yang terakhir kali, ya?" Wajah Darren kembali berubah memelas. Ia mengecup pipi Joanna dalam, "Hanya kamu yang bisa membantuku, teman-temanku semua menolak panggilanku tadi. Aku sangat menderita. Aku janji akan segera membayarnya. Aku janji."

Joanna memundurkan tubuhnya. Ia menatap Darren sambil memberikan senyumannya yang terbaik. "Aku akan mengirimi rekeningmu uang."

Senyum cerah langsung terbit pada wajah Darren. Ia memekik senang lalu memeluk Joanna erat. Setelah itu ia mengangkat tubuh Joanna tinggi ke udara sambil berputar. "Memang hanya kamu yang terbaik, Luv, aku berjanji akan membahagiakanmu."

Joanna ikut tersenyum. Ia balas memeluk Darren ketika kakinya sudah kembali menginjak lantai dengan benar.

Setelah itu Darren dan Joanna menghabiskan malam bersama mempelajari berkas-berkas yang begitu banyak. Joanna juga membantu Darren untuk mengambil beberapa keputusan yang dianggapnya baik untuk perkembangan usaha kekasihnya yang kerap gagal. Jujur saja, dengan hanya mempelajari berkas-berkas yang ada, Joanna sudah bisa tahu jika usaha Darren sulit untuk berhasil. Namun lagi-lagi, Joanna tidak ingin mematahkan semangat Darren. Benar yang dikatakan Darren, sebagai kekasih yang mencintainya sepenuh hati, Joanna harus mendukung setiap tindakannya.

Joanna menutup map berkas di hadapannya kemudian berjalan menuju ujung meja yang lain untuk mengambil makan malam yang dibawanya tadi. Ia menyiapkan semuanya dengan rapi di atas meja hingga pelukan dari Darren menghentikan kegiatannya. Joanna merasakan kecupan hangat pada bahunya yang terbuka.

"Luv, terima kasih sudah terus mendukungku. Aku tidak tahu harus berbuat apa untuk membalas kebaikanmu," bisik Darren tepat pada bahu Joanna.

Joanna bisa merasakan dengan jelas deru napas hangat Darren pada tulang selangkanya. Sebelum semuanya berakhir pada tindakan yang tentunya tidak akan disenangi Joanna, ia segera membalikkan badannya kemudian menyuapi makanan ke dalam mulut Darren. "Bagaimana? Enak?"

Darren mengunyah makanan dalam diam. Lagi-lagi Joanna menghindarinya. "Apa kamu tidak ingin menghabiskan malam denganku? Kita sudah sama-sama dewasa, Jo." Kalimat penuh tuntutan itu keluar dari bibir Darren. Ia terlihat tidak senang dengan penolakan Joanna yang sudah didapatkannya berulang kali.

Joanna merasakan perbedaan pada nada bicara Darren, apalagi kekasihnya itu sudah memanggilnya dengan nama singkat bukannya dengan panggilan sayang lagi. Joanna segera memeluk Darren sebelum perasaan hati kekasihnya berubah. "Aku hanya ingin kamu menghargai prinsipku."

"Tapi, kamu tidak menghargai keinginanku! Aku sudah menunggu sangat lama, Jo, sembilan tahun." Suara Darren terdengar frustasi. Ia melepas paksa pelukan Joanna kemudian berjalan pergi. Ia mengemasi barang-barangnya untuk pulang. "Apa kamu baik-baik saja jika aku melakukannya dengan orang lain?"

"Apa maksudmu?" tanya Joanna dengan suara tercekat. Ia berjalan dengan langkah lebar mendekati Darren. "Kamu mau ke mana? Kamu ingin menemui wanita lain?"

"Pulang atau bermalam dengan wanita lain tidak ada urusannya denganmu. Tidak ada yang perlu kulakukan lagi di sini. Sebaiknya kamu juga pulang dan segera mengirimi uang senilai yang kubutuhkan. Aku akan menemuimu besok," putus Darren secara sepihak. Ia berjalan pergi meninggalkan Joanna yang kehabisan kata-kata.

Joanna mengamati kepergian Darren hingga mobil yang dikendarainya hilang dari pandangan. Saat itu juga Joanna menjatuhkan dirinya di atas lantai,"Padahal ada yang ingin kuceritakan. Aku juga punya masalah." Malam itu, Joanna kembali merasa hatinya terluka. Ia juga merasa kesepian dan tidak berdaya.

💰

Yuhu, update lagi. Gimana chapter ini menurut kalian? Sudah baca chapter 1 azizahazeha?

Oh iya, selagi menunggu cerita ini update, kalian bisa baca ceritaku yang sudah tamat:
* One Last Knot (kolaborasi dengan anothermissjo) tentang Michelle yang bekerja sebagai wedding planner tapi malah gak sengaja batalin pernikahan kliennya.
* A Night Before You (kolaborasi dengan anothermissjo) tentang Eugene yang menghabiskan malam tahun baru dengan atasannya. Malam itu juga Eugene tahu jika atasannya adalah seorang duda beranak satu, status yang selama ini dihindari Eugene untuk dipertimbangkan menjadi pasangan hidupnya.
* Weddings' Smuggler tentang penulis yang menyusup ke dalam pernikahan orang asing untuk mencari ide, tapi malah berakhir menjadi pengantin wanita.

Bisa juga baca spin-off One Last Knot di Karya Karsa yang sudah aku update sampai chapter 2, tentang kisah cinta Edward dan Bianca, yang selama ini dikenal Bianca sebagai Ethan.

Terima kasih ❤️

P.S.: selamat nonton business proposal 🤭✨🤪

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro