Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

lima

lima

in collaboration with azizahazeha, anothermissjo, rorapo_

💰

Please check theirs'out ❤️

Oh iya, forever him sudah aku update sampai chapter 6 di Karya Karsa @lyanchan mohon dukungannya 🥰

Saat ini Joanna tengah duduk di hadapan Kelvin Renata, pria pilihan ayahnya yang menjadi satu-satunya syarat untuk mendapatkan warisan. Malam itu, ketika pengumuman pembagian warisan diberitahukan oleh Adit, ayah mereka, Joanna sama sekali tidak tertarik dengan dua hal yang disebutkan. Nominal uang yang cukup besar dan Kelvin Renata.

Joanna menganggap jika kedua hal itu bukan miliknya. Ia sudah memiliki keuangan yang bisa dikatakan cukup dan stabil. Joanna juga sudah memiliki Darren sebagai pasangan hidupnya selama sembilan tahun terakhir ini, bahkan tidak menutup kemungkinan, sebentar lagi Darren akan membawa hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius.

Sederhananya, Joanna sudah menganggap hidupnya cukup sempurna.

Namun, ternyata kesempurnaan itu tidak bertahan lama. Tanpa pernah diduga oleh Joanna sebelumnya, mendadak Darren membutuhkan dana yang amat besar untuk melunasi hutangnya. Ia sangat sedih mendapati Darren yang dipukuli dan tidak berdaya di hadapan para penagih utang itu tadi. Hatinya bagaikan tercabik-cabik melihat Darren seperti itu. Kekasihnya adalah orang yang sangat menjunjung tinggi harga dirinya, sehingga Joanna juga ikut terluka. 

Sebelumnya, Joanna merasa dirinya sangat tidak berguna bagi Darren. Ia tidak mempunyai uang sebanyak itu, sehingga bagaimana dirinya bisa membantu kekasihnya untuk keluar dari masalah? Tapi, untung sekali Darren menyadarkannya. Darren membuka kedua mata Joanna jika mereka masih memiliki solusi atas permasalahan yang sedang mereka hadapi, yaitu warisan ayahnya. 

Sehingga di sinilah Joanna. Ia bertemu dengan Kelvin untuk meningkatkan kemungkinannya mendapatkan warisan itu. Di satu sisi, ia tidak ingin mengkhianati Darren meskipun kekasihnya tahu dengan jelas persyaratan yang diajukan ayahnya untuk mendapatkan warisan. Bahkan kekasihnya yang secara sadar meminta Joanna untuk melakukan hal ini. Namun, di sisi lain, Darren membutuhkan bantuannya sekarang. Darren membutuhkan uang itu, dan hanya Joanna yang bisa membantunya. Tidak mungkin Joanna meminta bantuan kepada adik-adiknya untuk meminjamkan warisan mereka padanya. Tidak mungkin. 

"Joanna?" panggil Kelvin. Ia menatap Joanna lekat-lekat karena tampaknya wanita di hadapannya ini tengah sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Hm?" gumam Joanna sambil balas menatap Kelvin. Tidak butuh waktu lama hingga Joanna kembali menundukkan kepalanya. Pandangan Kelvin terasa amat berbeda, membuatnya tidak mampu untuk bertemu pandang dengan lelaki itu. Entah kenapa, Joanna merasa tidak nyaman.

"Apa yang ingin kamu pesan? Dia sudah menunggu pesananmu sedari tadi," jelas Kelvin sambil menunjuk pelayan yang berdiri di samping meja mereka dengan tablet dalam genggamannya.

Penjelasan Kelvin membuat Joanna tersadar sehingga ia segera memesan air mineral. Satu-satunya minuman yang melewati pikirannya tanpa perlu melihat buku menu yang sedari tadi ada di hadapannya namun tidak dibacanya sama sekali.

Setelah pelayan pergi, Kelvin kembali bicara, "Ada keperluan apa hingga kamu mengajakku untuk bertemu malam ini? Saat ini juga?"

Joanna memainkan jari tangannya yang ada di bawah meja. Ia menggigit bibir dalamnya berulang kali, mencoba memastikan pada dirinya sendiri jika tindakan yang sedang dilakukannya adalah pilihan yang tepat. Setelah itu Joanna mengangguk pada dirinya sendiri kemudian memberanikan diri menatap Kelvin yang sedari tadi tidak mengalihkan pandangannya. 

"Ada yang ingin kuminta tolong darimu. Kuharap kamu mau mendengar penjelasanku terlebih dulu," kata Joanna dengan suara yang amat kecil.

Hati kecilnya sangat yakin jika hal ini sangat tidak sopan untuk dibahas dengan orang yang baru saja bertemu dengannya untuk pertama kali. Joanna tidak dididik seperti ini. Jujur saja, Joanna merasa sangat malu. Tapi, sekali lagi, hanya dirinya yang bisa membantu Darren untuk keluar dari permasalahannya. Ia harus menunjukkan kesungguhannya pada Darren karena kekasihnya sempat meragukan ketulusan dan perasaannya.

Kelvin sempat memiringkan kepalanya, bingung dengan perkataan Joanna barusan. Namun, pada akhirnya ia mengangguk dan mengulurkan telapak tangannya. "Silakan. Aku akan bantu sebisaku."

Joanna menghembuskan napas pelan, kemudian mulai bicara. "Kekasihku sedang membutuhkan uang dengan nominal yang sangat besar. Baru aku sadari jika nominal warisan yang disebutkan ayahku sesuai dengan nominal yang dibutuhkannya."

Ketika mendapati kerutan pada kening Kelvin yang semakin dalam, Joanna menghentikan kalimatnya. Ia menutup matanya erat, menyesali penjelasannya yang terlalu rinci. Seharusnya ia tidak menjelaskan seperti itu.

"Lalu?" tanya Kelvin setelah mendapati kebisuan Joanna. Sedikit banyak, Kelvin sudah bisa menebak arah perbincangan mereka.

"Bolehkah aku tetap mencoba untuk mendekatimu demi mendapatkan warisan itu meskipun aku sudah punya kekasih?" tanya Joanna. Ia tidak berani memandang Kelvin yang ada di hadapannya karena ia sadar, tidak barang sedetikpun pria di hadapannya ini melepaskan pandangan dari dirinya.

Meskipun sudah bisa menebak arah perbincangan mereka, tapi Kelvin tidak bisa menahan keningnya untuk tidak berkerut lebih dalam akibat keheranan mendengar kalimat yang keluar dari bibir Joanna. "Kamu tahu dengan pasti syarat yang diajukan Pak Adit, bukan?"

Joanna mengangguk pelan.

"Apa syaratnya? Mungkin saja Pak Adit memberitahuku syarat yang berbeda dengan yang Beliau beritahukan pada kalian," kata Kelvin.

Joanna yang sedari tadi berusaha mengintip raut Kelvin, terkejut mendapati kedua lesung pipi Kelvin yang amat dalam. Sempat terpengaruh, Joanna kembali memusatkan perhatiannya. "Warisan akan dibagikan kepada salah satu dari kami yang berhasil menikahimu."

Kelvin menjentikkan jarinya seakan jawaban yang diberikan oleh Joanna adalah kalimat yang ingin didengarnya, "Nah. Dan, kamu sudah punya kekasih, 'kan? Apa dia tidak keberatan sama sekali?"

"Kami membutuhkan uangnya," jawab Joanna singkat. Ia kembali menggigit bibir dalamnya.

"Kamu...," Kelvin memberi jeda pada kalimatnya, "atau dia? Dari yang kudengar tadi, dia yang membutuhkan uang dari warisan ayahmu."

Joanna diam, tidak menjawab. Tapi, ia sudah kembali menatap Kelvin. Rautnya berubah sendu, sepertinya Kelvin tidak akan membantunya. Bagaimana ini?

"Apa kekasihmu tidak khawatir jika hubungan kalian akan kacau akibat warisan ini?" Kelvin tampak berpikir serius, "Dia mengantarkan sendiri kekasihnya kepada pria lain demi uang. Apakah itu pantas dilakukan oleh seorang pria? Atau kamu yang bersikeras ingin membantunya dengan cara ini?"


Joanna menyesal sudah datang kepada Kelvin. Ia lupa jika Kelvin pasti akan sangat pintar, mengingat ayahnya sendiri yang memilih Kelvin untuk menjadi calon menantunya hingga bertekad memberikan warisan kepada salah satu putrinya yang berhasil menikahi pria itu.

"Maaf, tolong lupakan perkataanku barusan," kata Joanna sambil merapikan barang-barangnya. Ia berniat untuk beranjak pergi meninggalkan Kelvin.

Ketika Joanna berdiri dari kursi yang didudukinya dan hendak berjalan pergi, suara Kelvin kembali terdengar, "Aku tidak keberatan untuk membantumu, terlepas dari apa pun alasanmu mendekatiku. Tapi, resiko yang terjadi harus kamu dan kekasihmu tanggung sendiri."

Joanna bimbang dengan langkah yang harus ia ambil. Apakah lebih baik dirinya pergi dan mencari solusi lain atas permasalahan Darren? Atau tetap meminta bantuan Kelvin sesuai saran Darren?

💰
Selamat menjalani ibadah puasa untuk teman-teman sekalian 🥰❤️

Aku juga mau kabarin kalau PO terakhir One Last Knot itu tanggal 7 April yak. Setelah itu tidak akan ada stock lebih, kecuali memang jika ada olshop yang simpan stock. 🥰







Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro