dua
dua
in collaboration with anothermissjo, azizahazeha, rorapo_
Please kindly check theirs' out
💰
Joanna menatap layar ponselnya yang sedari tadi tidak menyala ataupun bergetar sama sekali. Ia sudah pulang ke rumah yang ditinggalinya sendiri. Joanna tidak pernah merasa sesepi ini selama tinggal sendiri, berbeda dengan hari ini.
Joanna memutuskan untuk mengirimi pesan singkat kepada Darren untuk segera menghubunginya, namun dihapus dan dibatalkannya berulang kali. Ia ingin Darren yang menghubunginya terlebih dulu. Kekasihnya itu sudah amat jarang menghubunginya terlebih dulu, selalu Joanna. Sebenarnya siapa yang menghubungi terlebih dulu tidak masalah, mengingat mereka berdua sama-sama sibuk. Tapi... Joanna tetap merindukan masa awal mereka berpacaran hingga semakin merenggang akibat pekerjaan dan masalah yang mereka alami seiring dengan bertambahnya usia.
Joanna menggigit kuku jari tangannya, kembali memikirkan Darren yang membutuhkan bantuan keuangan. Ia segera mengirimkan sejumlah dana yang dibutuhkan Darren kemudian mengabarinya. Iya, sebaiknya begitu saja. Sekarang prioritasnya adalah membantu Darren untuk sukses dalam usahanya.
'Aku sudah kirim uangnya. Hope it helps.'
Tidak lama setelah itu Darren membalas pesannya hanya dengan satu kata singkat berupa iya.
Joanna mengangkupkan kepalanya ke atas tangannya yang dilipat di atas meja. Malam itu ia merasa amat lelah dengan dirinya sendiri. Kenapa hanya terasa seperti dirinya yang berjaung sendirian dalam hubungan ini? Karena, bagaimana pun juga jauh di dalam lubuk hati Joanna ia sadar, it takes one to fall in love but it takes two to support each other.
💰
Esok paginya Joanna bangun dengan kepala yang amat berat. Ia baru jatuh tertidur ketika waktu menunjukkan pukul empat pagi, nyaris terang. Joanna segera bersiap-siap dengan niatan untuk pergi mengunjungi Darren di studionya. Ia ingin bertemu secara langsung dengan Darren dan jika keadaan memungkinkan, Joanna ingin menceritakan persoalan tadi malam tentang warisan ayahnya.
Joanna tiba di studio Darren setelah membeli kopi dan makan siang untuk mereka berdua. Ia membuka pintu dan masuk dengan sendirinya. Ia mendapati ruang tengah kosong, namun suara-suara dari dalam ruangan lain terdengar. Sepertinya mereka tengah sibuk rapat, mengingat saat ini sudah jam kerja.
Joanna menunggu untuk beberapa saat, ketika ia merasa waktu sudah tidak memungkinkan baginya untuk menunggu lebih lama, ia memilih untuk meninggalkan pesan singkat pada kotak makan siang yang sudah ditaruhnya di atas meja. Saat Joanna tiba di depan pintu, seseorang memanggil namanya.
"Kak Joan!"
Joanna membalikkan badannya dan mendapati keberadaan Rhea, asisten Darren di depan pintu yang ramai akan suara tadi. Ia segera memberikan senyum terbaiknya kemudian menyelipkan anak rambut yang sempat menutupi wajahnya ke belakang telinga. "Hai, Rhea. Rapatnya sudah selesai?" tanya Joanna sambil melirik ke belakang tubuh Rhea.
Rhea mengangguk antusias, "Sudah. Kak Joan ingin bertemu dengan Kak Darren?"
Joanna bergumam sambil menganggu, "Hm. Apa dia sibuk? Jika sibuk, tidak apa-apa. Aku hanya berniat membawakannya makan siang."
Rhea tersenyum menggoda Joanna. "Perhatian sekali," kata Rhea, kemudian ia mengangkat tinggi tangannya untuk mencegah Joanna pergi, "Tunggu. Aku panggilkan Kak Darren, kami sedang istirahat sebentar."
Tidak lama kemudian, Darren keluar dari pintu yang dilewati Rhea tadi. Joanna mendapati senyum tipis yang diberikan Darren terlihat berbeda dari biasanya. Apa ada masalah lagi?
Joanna berjalan menghampiri Darren, hal yang sama juga dilakukan kekasihnya itu. Darren meraih Joanna ke dalam pelukan kemudian menaruh kepalanya di atas bahu kecil Joanna. Dari sana ia bisa mencium wangi tubuh Joanna yang sangat segar, menyenangkan, dan wangi khas orang kaya. Saat itu juga perasaannya memburuk.
"Ada apa kamu ke sini, Luv?" tanya Darren.
Joanna membalas pelukan Darren, "Tidak boleh aku datang ke sini?" Joanna terkekeh kecil. "Tadinya aku berniat untuk makan siang denganmu, tapi sudah terlambat. Jadi, aku meninggalkannya di atas meja."
Darren melepas pelukan mereka kemudian mengecup pipi Joanna singkat. "Thanks, Luv. Apa aku tanpamu?" Ia menatap Joanna tepat pada matanya kemudian mengecup bibir Joanna hingga dilepas oleh Joanna tidak lama kemudian.
Joanna tersipu malu, "Ada banyak timmu di sana, malu jika dilihat mereka."
Darren menghela napas kemudian melepas pelukan mereka. "Ada atau tanpa mereka kamu juga malu. Kita berdua saja kamu malu."
"Bukan seperti itu," bantah Joanna cepat. Ia meraih kedua tangan Darren, "Aku hanya belum terbiasa. Maafkan aku."
Darren menggeleng. Ia beralih meremas kedua tangan Joanna yang menggenggamnya tadi. "Maafkan aku juga. Sepertinya aku sangat sensitif akhir-akhir ini akibat masalah yang terjadi di kantor. Aku selalu menumpahkan semua kekesalan yang sudah kutahan dari pagi padamu. I'm sorry, Love."
Raut Joanna berubah khawatir. "Apa ada masalah lagi?" tanya Joanna, ia melepas genggaman tangan Darren kemudian mengusap wajah kekasihnya yang terlihat amat lelah itu. "Katakan, mungkin saja ada yang bisa kubantu."
"Tidak, tidak apa-apa. Aku bisa mengatasi masalah ini sendirian. Aku tidak bisa terus merepotkan dan mengandalkanmu untuk mengatasi setiap masalah yang kualami," jawab Darren. Ia menutup kedua matanya, menikmati usapan lembut dari tangan halus Joanna.
"Kamu tidak boleh berpikir seperti itu. Kita sudah berhubungan sembilan tahun lamanya, kamu bisa mengandalkanku untuk banyak hal, seperti aku mengandalkanmu," tegas Joanna. Sepertinya ia tidak bisa menceritakan masalah pembagian warisan ayahnya lagi pada Darren, mengingat masalahnya lebih sepele dibandingkan kekasihnya itu. Apalagi, Joanna tidak peduli dengan warisan itu.
"Terima kasih banyak, Love. Aku benar-benar bukan apa-apa tanpamu. Aku cinta kamu," kata Darren. Ia tersenyum sambil meraih Joanna ke dalam pelukannya. "Aku berterima kasih karena kamu sudah membantuku mengatasi masalah keuanganku tadi malam. Sekali lagi maaf karena aku banyak merepotkanmu."
Joanna menggeleng. "Tidak perlu berkata seperti itu. Baiklah, aku akan ke kantor sekarang. Selamat bekerja," pamit Joanna sambil menjijitkan kakinya untuk kembali mengecup pipi Darren.
Darren membukakan Joanna pintu, mengantarkan kekasihnya itu hingga teras studio. Ketika ia melihat Joanna hendak masuk ke dalam mobil, Darren memanggilnya, "Aku saja yang antar kamu ke kantor."
Joanna tidak bisa menahan senyum senangnya. Kekasihnya Darren sudah kembali seperti semula. Semua perasaan sedih yang ia alami akibat Darren terjadi ternyata hanya karena permasalahan yang tengah dialami kekasihnya itu. "Terima kasih."
Darren mengemudikan mobil Joanna dengan satu tangan menggenggam tangan kekasihnya itu. "Sudah lama sekali aku tidak mengantarmu ke kantor. Dulu kita sering berangkat bersama, 'kan?" tanya Darren. Tidak lama kemudian ia terkekeh geli, "Tentu saja kita berangkat bersama, waktu itu aku belum punya mobil."
Joanna menatap Darren yang tengah fokus mengemudikan mobil sambil sesekali mencuri pandang padanya. "Aku rindu masa-masa itu," kata Joanna. Ia bersungguh-sungguh dengan perkataannya.
"Kalau begitu, apakah aku perlu lebih sering untuk mengantarmu ke kantor?" tanya Darren. Nada suaranya terdengar cerah.
Joanna mengangguk. "Hm, kalau kamu tidak keberatan, aku akan sangat senang sekali."
"Baiklah, aku akan mengantar jemputmu mulai hari ini. Bagaimana? Apa kamu senang?" tanya Darren. Ia mengangkat tangan Joanna kemudian mengecup punggung tangannya.
Joanna mengangguk senang. "Senang sekali, karena mulai hari ini kita bisa memiliki lebih banyak waktu untuk bercerita. Sebenarnya ada yang ingin kuceritakan padamu sejak kemarin," kata Joanna. Ia memilih untuk bercerita pada Darren, meskipun sebenarnya ia tidak peduli dengan pembagian warisan itu. Ia hanya ingin bercerita, itu saja.
Darren menatap Joanna intens. Ia mengemudikan mobil sedikit lebih pelan dari sebelumnya. "Apa ada masalah yang kulewatkan? Maaf karena sudah membuatmu tidak bisa bercerita. Aku adalah kekasih yang sangat buruk."
Joanna segera memotong perkataan Darren, "Tidak. Sama sekali tidak buruk. Jangan bicara seperti itu. Aku yang memutuskan untuk tidak bercerita kemarin, bagaimanapun juga masalahmu lebih penting. Ceritaku hanya hal sepele yang ingin kubagikan padamu."
"Kalau begitu, ceritakan." Darren menunjukkan ketertarikannya.
Saat itu juga Joanna memulai ceritanya dari makan malam ulang tahun Adit, ayahnya. "Papi berniat membagikan warisannya kepada salah satu dari kami yang berhasil menikahi pria yang dipilihnya. Tapi, aku tidak tertarik sama sekali. Aku sudah punya kamu, dan itu lebih dari cukup," cerita Joanna panjang lebar.
Tanpa diduga Joanna sebelumnya, Darren menepikan mobilnya di pembatas jalan. Ia menatap Joanna dengan raut serius. "Kenapa ayahmu membuat syarat warisan seperti itu? Sudah kuduga sedari awal ayahmu tidak menyukaiku."
Joanna segera membantah. Ia menegakkan posisi duduknya. "Tidak seperti itu, Sayang. Papi pasti tidak terpikir sampai di situ. Ia mengajukan syarat itu pada kami semua, tapi tidak mengharuskan kami semua untuk ikut. Bukankah yang lebih penting dari itu semua adalah keputusanku? Aku tidak akan ikut memperebutkan warisan itu. Aku sudah punya kamu."
Darren berbicara dengan mata melotot, tangannya juga bergerak bebas di udara. "Kamu mau melewatkan warisan sebesar itu?!" Darren menarik rambutnya frustasi, "Ketika aku sangat membutuhkan uang itu? Ketika aku kebingungan harus mencari uang sebesar itu ke mana, sampai harus menjual mobilku. Tapi, kamu malah melewatkan kesempatan baik seperti itu. Tidak heran, kamu orang kaya."
💰
Updateee chapter dua nih, gimana menurut kalian?
Btwwww.... chapter 3-4 Forever Him (Spin-off dari One Last Knot yaitu kisah Edward dan Bianca) sudah bisa dibaca di karya karsaku @lyanchan
Terima kasih
Oh iya, selagi menunggu cerita ini update, kalian bisa baca ceritaku yang sudah tamat:
* One Last Knot (kolaborasi dengan ) tentang Michelle yang bekerja sebagai wedding planner tapi malah gak sengaja batalin pernikahan kliennya.
* A Night Before You (kolaborasi dengan tentang Eugene yang menghabiskan malam tahun baru dengan atasannya. Malam itu juga Eugene tahu jika atasannya adalah seorang duda beranak satu, status yang selama ini dihindari Eugene untuk dipertimbangkan menjadi pasangan hidupnya.
* Weddings' Smuggler tentang penulis yang menyusup ke dalam pernikahan orang asing untuk mencari ide, tapi malah berakhir menjadi pengantin wanita.
Bisa juga baca spin-off One Last Knot di Karya Karsa yang sudah aku update sampai chapter 4, tentang kisah cinta Edward dan Bianca, yang selama ini dikenal Bianca sebagai Ethan.
Terima kasih ❤️
P.S.: selamat nonton business proposal, LAGIIII 🤭✨🤪
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro