Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

delapan

delapan

kolaborasi bersama dengan azizahazeharorapo_anothermissjo

💰

sebelum baca cerita Joanna di bawah ini, aku mau tanya kalian dong. Kalian suka nonton live IG gak? atau lebih suka kasih pertanyaan di story? 

mungkin dalam waktu dekat aku lagi pertimbangin mau lakukan satu di antara dua itu hihi. udh lama gak interaksi sama pembaca. dulu aku aktif banget lho, sampai punya group chat. 

bantu jawab, yak!

ini igku btw kalau mau add: lyanchan_

thankyou.

💰

Joanna melirik jam tangannya, waktu sudah menunjukkan hampir pukul tujuh malam namun Kelvin belum juga kunjung menjemputnya seperti yang sudah dijanjikan pria itu sebelumnya. Iya, Kelvin memaksa untuk menjemput Joanna dengan alasan bahwa mereka keluar di malam hari dan tidak baik seorang wanita menyetir sendirian.

Berhubung Joanna tidak ingin tempat tinggal pribadinya diketahui oleh Kelvin, ia memutuskan untuk membiarkan Kelvin menjemputnya di rumah orangtuanya yang memang sebelumnya sudah diketahui dan pernah didatangi oleh pria itu. Setelah menunggu sepuluh menit lebih lama dari waktu janji mereka, Joanna mendapati bunyi deru mobil masuk ke dalam indera pendengarannya.

Ia segera berjalan keluar dari ruang makan menuju pintu utama untuk melihat siapa yang datang. Joanna mendapati Kelvin tengah menyapa kedua orangtuanya dengan amat ramah, hal yang tidak pernah ia lihat dari Darren ketika mendatangi kedua orangtuanya ketika berkunjung. Ayahnya yang sangat pemilih itu bahkan tengah memeluk Kelvin erat dan menepuk pundaknya.

Miris.

Kelvin yang menyadari keberadaan Joanna, segera melambaikan tangannya. Ia menyapa Joanna dengan senyumnya yang amat lebar hingga kedua lesung pipi yang amat dalam dan manis itu kembali terlihat. "Hai, maaf membuatmu menunggu."

Joanna tidak bisa membalas senyum ramah itu sehingga ia hanya berjalan mendekati Kelvin dan kedua orangtuanya yang terlihat sangat antusias. "Ternyata kamu janjian sama Joanna?" tanya Adit, ayah Joanna. Ia kembali menepuk bahu Kelvin.

"Iya, Om. Makan malam sebentar. Saya pinjam Joanna, ya, Om Tante?" izin Kelvin sambil menatap Adit kemudian beralih pada Siska. 

Adit tertawa ringan, "Tentu, tapi jangan kemalaman. Om percaya dan tenang kalau anak-anak om keluar bareng kamu. Paling penting, pulangin dengan utuh dan tepat waktu."

Kelvin mengangguk dengan keyakinan penuh. Ia kemudian berjalan melewati Adit dan Siska untuk menemui Joanna yang berjarak beberapa langkah dari dirinya. "Mau langsung jalan sekarang?"

Joanna hanya menjawab Kelvin dengan gumaman lalu berpamitan dengan kedua orangtuanya yang terlihat amat bahagia, berbanding terbalik dengan perasaannya yang tengah kacau. Joanna masuk ke dalam mobil Kelvin dengan pikiran yang tengah berkelana hingga ia lupa mengenakan sabuk pengamannya.

Ia tersadar dari lamunannya ketika Joanna merasakan bayangan pria itu yang begitu dekat dengan dirinya dan napas yang berhembus di dekat lehernya hingga Joanna mendorong dadanya menjauh. "Kenapa?!"

Kelvin memundurkan tubuhnya kemudian mengenakan sabuk pengamannya sendiri, ia mengurungkan niat untuk membantu Joanna, "Sabuk pengamanmu belum terpasang."

"Maaf," kata Joanna dengan suara yang amat kecil hingga lebih tepat disebut sebagai bisikan. Ia segera mengenakan sabuk pengamannya, namun masih duduk sangat jauh dari Kelvin. Joanna lebih memilih untuk duduk menempel di pintu mobil.

Ia harus menjaga dirinya dengan baik.

"Santai saja," kata Kelvin sambil mengendarai mobilnya keluar dari lingkungan rumah Joanna setelah membunyikan klaksonnya satu kali untuk berpamitan pada kedua orangtua Joanna yang masih setia berdiri di teras rumah sambil melambaikan tangan mereka tanpa henti.

Mereka berdua tidak berbicara sama sekali. Joanna tidak sekalipun mengalihkan pandangannya dari pemandangan kota dari jendela mobil. Sedangkan Kelvin mengemudikan mobilnya dengan serius.

Tidak terasa jika mereka sudah tiba di tujuan, restoran yang menjadi pilihan Joanna yang memang diminta oleh Kelvin untuk mengurus kencan pertama mereka. Ia memilih restoran ini karena merupakan restoran yang baru saja buka di kota mereka dan kerap ditolak oleh Darren ketika Joanna mengajaknya untuk datang. Darren kurang menyukai makanan berat seperti steak yang merupakan hidangan utama dari restoran ini. Padahal, Joanna sangat menyukainya.

Joanna dan Kelvin duduk di meja khusus dua orang yang membuat mereka saling berhadapan. Joanna melirik Kelvin sekilas yang terlihat tengah sibuk mengamati menu yang ada di hadapannya. "Ada apa?" tanya Kelvin yang langsung membuat Joanna segera mengalihkan pandangan kembali pada buku menunya sendiri.

"Apa?" Joanna balik bertanya pada Kelvin dengan suara yang dibuat setenang mungkin. Ia menatap Kelvin yang juga tengah menatapnya.

"Kamu tadi melihatku," kata Kelvin langsung pada intinya. 

Perkataan Kelvin berhasil membuat Joanna tersipu malu. Bagaimana bisa Kelvin sangat to the point? Menyebalkan sekali.

"Tidak," bantah Joanna. Suaranya meninggi. Ia juga mengalihkan wajahnya ke arah lain hingga tidak sengaja melihat seorang pria yang mirip dengan Darren. Tapi untuk apa Darren ke sini jika pria itu terus menolak ajakannya?

Joanna terpaku cukup lama mengamati segala gerak-gerik pria itu yang pada akhirnya ia yakin adalah Darren. Kekasihnya itu terlihat tidak sendirian, melainkan bersama dengan seorang wanita yang tengah memunggunginya sehingga Joanna tidak bisa melihatnya dengan jelas.

Entah kenapa, sejak Joanna dan Darren membahas mengenai warisan dan permintaan kekasihnya itu agar dirinya mendekati Kelvin dengan uang. Pikiran mengenai perselingkuhan kerap membayangi Joanna. Ia paling menghindari orang ketiga yang merupakan lawan jenis mereka untuk ada dalam hubungan mereka. Sehingga, mendapati Darren berdua dengan Rhea yang biasanya tidak mengundang kecurigaan apa pun, perlahan naik ke permukaan.

"Ada apa?" tanya Kelvin sambil mengikuti arah pandang Joanna. "Orang yang kamu kenal?" lanjutnya lagi. Ia berulang kali mengamati Joanna dan arah pandang wanita itu secara bergantian hingga dirinya tiba pada satu kesimpulan bahwa Joanna mengenali kedua orang itu.

Raut Joanna yang terlihat ragu dan cemas di saat yang bersamaan meningkatkan keyakinan Kelvin akan kesimpulannya, namun ia memilih untuk tidak ikut campur. Mereka terlalu asing untuk ikut campur dalam urusan satu sama lain tanpa diminta.

Kelvin segera menyebutkan beberapa nama menu makanan pada pelayan yang tengah sibuk memasukkan pesanan Kelvin ke dalam data. "Giliranmu, aku sudah selesai memesan," katanya sambil menutup buku menu.

Joanna menyebutkan nama steak paling umum yang ia ketahui disusul dengan minuman yang juga paling aman yaitu air mineral. Ia tidak boleh melepaskan pandangannya barang sedetik pun dari Darren namun kekasihnya itu tetap menghilang dari jarak pandangnya. Tanpa ia sadari, ia menghembuskan napas kuat.

"Lebih baik kamu menghampiri mereka jika memang penasaran," saran Kelvin sambil mengeluarkan ponselnya dari saku jas yang tengah dikenakannya. 

"Tidak, aku tidak penasaran. Memangnya siapa yang kulihat?" tanya Joanna. Ia berusaha untuk tidak terpancing dengan perkataan Kelvin.

"Aku boleh menebaknya?" tanya Kelvin. Ia tersenyum ke arah Joanna seperti anak kecil yang senang setelah mendapatkan mainan baru.

"Coba saja," tantang Joanna. Ia tidak ingin kalah dari Kelvin. Entah kenapa sejak bertemu dengan Kelvin, ia selalu bertindak di luar kebiasaannya. Joanna juga selalu kelabakan untuk menyembunyikan perasaannya.

"Kekasihmu dengan wanita lain yang kamu kenal," tebak Kelvin tepat pada sasaran. Ia mendapati Joanna sempat tertegun sebelum kembali berpura-pura tenang. Menarik ternyata.

"Memang benar itu kekasihku dengan wanita lain yang aku kenal," ulang Joanna sama persis dengan perkataan Kelvin. "Dia asisten Darren yang juga kukenal baik! Jadi, hilangkan dugaan buruk dari pikiranmu itu."

Kelvin berusaha menahan senyumnya. Ia menatap Joanna prihatin, "Aku hanya berkata seperti itu, tidak menyampaikan dugaan apa pun. Sepertinya, yang harus menghilangkan dugaan buruk dari pikiran bukanlah aku melainkan kamu."

Joanna tertohok. Benar, dirinya yang mempunyai dugaan buruk tentang Darren, bukannya Kelvin. Seakan seperti ingin membuktikan dugaan buruknya itu, Darren muncul kembali dalam pandangannya bersama dengan Rhea. Mata Joanna juga bergetar kuat akibat melihat dengan jelas tangan Darren yang ada tengah merangkul Rhea erat. 

Kelvin kembali mengikuti arah pandang Joanna ketika melihat teman makannya itu mendadak berdiri dari kursi yang tengah didudukinya. Kelvin mengamati semuanya dengan saksama sebelum berjalan untuk berdiri tepat di belakang tubuh kecil Joanna. 

Ketika tatapan mereka bertemu dengan tatapan Darren dan Rhea, lelaki itu langsung melepaskan rangkulannya pada bahu Rhea kemudian tergagap memanggil Joanna, "Joanna. Kenapa kamu ada di sini?"

Joanna tidak menyangka akan dipanggil dengan namanya sendiri oleh Darren, tidak seperti biasanya. Ia menggigit bibir dalamnya kuat-kuat, berusaha untuk menjaga ekspresi dan perasaannya.

"Kamu ingin tahu perasaannya yang sesungguhnya untukmu?" bisik Kelvin pada telinga Joanna. Pandangannya masih terarah pada Darren dan Rhea yang berdiri di hadapan mereka bagaikan baru saja tertangkap basah. 

💰

kalian lebih gemes sama Darren atau Joanna hayo?

menurut kalian, Joanna itu kenapa sih?! Apa ada yang pernah di posisi Joanna sebelumnya?

Semoga gak pernah, ya !

💰

Oh iya, apa kalian sudah baca ceritaku yang judulnya Forever Him? (Spin-off dari One Last Knot yaitu kisah Edward dan Bianca)

Karyaku ini sudah bisa dibaca di karya karsaku @lyanchan. PROLOGnya gratis hihihi <3 jadi, kalau tertarik, bisa baca chapter selanjutnya. Atau mau baca One Last Knot dulu juga bisa, masih ada di Wattpad lengkap.

Sinopsis:

Bianca Martha mengira jika kisah percintaannya dengan Ethan Kosim yang terjalin sejak sekolah menengah pertama hingga mereka memutuskan untuk menikah dua puluh tahun kemudian, akan menjadi kisah percintaan paling mulus yang pernah diketahuinya. Namun, siapa sangka, ketika dirinya dan Ethan tengah mempersiapkan pesta pernikahan mereka... ia malah mendapati kenyataan jika Ethan berselingkuh. Ditambah lagi dengan fakta mengejutkan yang baru diketahui Bianca empat tahun setelahnya.

Cuplikan chapter 8:

Edward mengambil alih tas tangan Bianca kemudian membawanya sambil melanjutkan langkah kaki mereka. "Rumahmu ada di mana? Apa kamu sering diminta untuk pulang sendiri tanpa dijemput?"

"Tidak, siapa bilang aku diminta pulang sendiri?" Bianca tersenyum lebar pada Edward yang kebingungan. "Aku yang minta tidak dijemput. Aku ingin pulang denganmu."

Terima kasih ❤️

💰

Oh iya, selagi menunggu cerita ini update, kalian bisa baca ceritaku yang sudah tamat:
* One Last Knot (kolaborasi dengan ) tentang Michelle yang bekerja sebagai wedding planner tapi malah gak sengaja batalin pernikahan kliennya.
* A Night Before You (kolaborasi dengan tentang Eugene yang menghabiskan malam tahun baru dengan atasannya. Malam itu juga Eugene tahu jika atasannya adalah seorang duda beranak satu, status yang selama ini dihindari Eugene untuk dipertimbangkan menjadi pasangan hidupnya.
* Weddings' Smuggler tentang penulis yang menyusup ke dalam pernikahan orang asing untuk mencari ide, tapi malah berakhir menjadi pengantin wanita.

Terima kasih ❤️

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro