Teach 2
"Satu... Dua... Satu... dua... "
(Name) saat ini sedang berdiri berpegangan pada besi yang membentang dilorong bagian pemulihan. Karena komanya yang hampir dua bulan, menyebabkan sendi-sendi dan ototnya menjadi kaku dan sulit digerakkan.
Jadi sekarang ia bersama seorang perawat sedang latihan berjalan. Sang perawat dengan telaten menuntun dan membantu langkah demi langkah (Name) agar segera pulih sepenuhnya.
"Baiklah. Kita cukupkan hari ini saja, (Name)-san. Sepertinya kondisi anda semakin membaik! "
Sambil membantu (Name) untuk duduk dikursi tunggu yang tersedia, perawat itu tersenyum lebar. Mengeluarkan kelegaannya dalam bentuk tarikan bibir karena kemajuan pemulihan (Name) yang pesat. (Name) membalas senyuman perawat itu, duduk perlahan dan melemaskan kakinya.
"Iya... Aku berharap... Aku cepat pulih... "
Perawat itu mengangguk semangat, ikut duduk disamping (Name). Mengepalkan kedua telapak tangannya lalu menggoyangkannya berulang kali. (Name) terkikik geli, menutup sebagian mulutnya yang terbuka dengan punggung tangan. Sejak ia bangun dan menjalani tahap pemulihan, perawat ini yang selalu menemaninya.
(Name) jadi tidak kesepian karenanya.
Tawa geli (Name) terhenti sejenak, tidak kesepian, ya?
Bohong jika ia berkata ia tidak kesepian, ada sesuatu yang selalu ada tapi kini tak ada disampingnya. Gadis itu menarik napas berat, ia tak boleh egois. Pasti ia punya urusan yang tak bisa ditinggalkan.
Kata hiburan itu terucap sebagai penenang bagi (Name). Tapi rasa kesepian ini tidak bisa ia tampik begitu saja, jujur dari dalam lubuk hatinya... (Name) merindukan kehadiran Yamato.
Dan ia ingin laki-laki berambut hijau itu hadir disampingnya.
"(Name)! "
(Name) menoleh cepat, maniknya melebar dengan pancaran binar bahagia. Ia mengenali suara yang memanggil namanya. Ini suara laki-laki yang setia disampingnya sejak ia bangun.
Yamato berlari dengan memeluk tas kain. Tersenyum lebar dengan rambut berkibar karena cepatnya ia berlari, (Name) spontan berdiri. Gadis itu sedikit oleng dari pijakannya, untungnya perawat yang ada disampingnya sigap memegang sebelah tangannya.
(Name) memgumamkan terima kasih sambil tertawa canggung.
"Hah... (Name)... Aku datang... Hah... "
Yamato bernapas putus-putus, terengah dengan sedikit keringat membasahi dahinya. Kedua tangannya menumpu pada lutut, merendahkan tubuh sambil berusaha memperbaiki jalan napasnya.
"Maaf aku baru datang sekarang, kau tak kesepian, kan? "
"Iya! Aku kesepian! "
Yamato melebarkan maniknya, terdiam dengan teriakan tiba-tiba dari (Name), jawaban yang sama sekali tak ia prediksi akan keluar dari gadis berambut (hair color) itu. Yamato menggaruk canggung belakang lehernya, mengalihkan pandangannya dari (Name) yang menatap tanpa terputus.
"...lain kali aku tak akan pergi terlalu lama. Maaf... "
(Name) menggenggam erat tangan Yamato yang tergantung di samping badan. Tersenyum lebar sampai seluruh maniknya tenggelam dalam kelopak matanya. Mengeluarkan seluruh luapan rasa senangnya dalam sebuah senyuman.
Yamato menatap paras (Name) yang tersenyum lebar dengan dada bergemuruh, mati-matian ia menahan kedua lengannya untuk tak merengkuh perempuan yang ada dihadapannya.
Terlalu manis dan imut, batinnya yang sedang berusaha menenangkan diri sendiri.
"Tak apa... Aku senang Yamato-san... Datang... Ehehe... "
Yamato menahan napasnya.
Ah. Ia sudah tidak tahan lagi
Kini (Name) yang menahan napas, matanya melebar. Ia sangat terkejut dengan tindakan tiba-tiba yang dilakukan oleh Yamato, rengkuhan erat yang seketika membuat dirinya merasakan perasaan meletup-letup hangat didada.
"...Shhh... Kenapa kau manis sekali... "
Panas. Itu yang dirasakan oleh (Name) ketika bisikan lirih dan dalam terdengar disamping telinganya. Tangannya meremas baju yang dipakai oleh Yamato, melampiaskan rasa bergemuruh didadanya yang semakin terasa nyata.
Hingga sebuah dehaman membuat Yamato tersentak dan melepas perlahan rengkuhannya pada (Name). Ia menggaruk canggung bagian belakang lehernya, semburat merah muda terlihat dipipi sebelah kanannya.
Keadaan (Name) tak jauh berbeda, perempuan itu memainkan baju rumah sakitnya canggung, pipi putihnya penuh dengan warna merah muda.
"Maaf mengganggu kemesraan anda sekalian, tapi (Name)-san harus segera masuk keruang inap. Dan anda Yamato-san... "
Yamato tersentak kaget, perawat itu menatap tajam dirinya seakan ingin memakannya mentah-mentah. Dengan raut wajah gugup, ia tertawa canggung. Perawat itu masih menatap tajam, kedua tangannya memegang pundak (Name).
"Kuhukum anda untuk tidak bertemu dengan (Name)-san seharian karena berlarian dikoridor rumah sakit. "
"Geh?! "
Perawat itu melengos sambil menuntun (Name) untuk berjalan. (Name) menoleh kearah Yamato dengan wajah seakan kehilangan sesuatu yang sangat berharga baginya, perawat itu terkikik geli. Ia berbisik pelan ditelinga (Name) yang masih menatap Yamato yang berdiri diam dengan wajah syok.
"Tenang saja, (Name)-san. Aku tidak setega itu memisahkan sepasang kekasih manis seperti kalian~"
(Fullname) kembali menahan napas dengan wajah memerah sempurna. Ia tahu jika mungkin saja ia dan Yamato bukan sepasang kekasih tapi entah mengapa ia tak menapik perasaan senang ketika ada orang yang salah paham dengan hubungan mereka.
Mungkin... Lain kali ia akan menanyakan perihal ini kepada Yamato.
'•'
"Selamat pagi, (Name)! "
(Name) yang sedang merapikan perlengkapan pribadinya selama dirumah sakit tersenyum lebar ketika Yamato datang dari balik pintu ruang inapnya. Segera perempuan itu berlari mendekat, menyambut kedatangan Yamato yang berdiri setelah menutup rapat daun pintu.
"Bagaimana keadaanmu sekarang? "
"Baik! Apalagi setelah bertemu dengan Yamato-san! "
Yamato terkekeh, tangannya mengacak pelan rambut (Name). Merasa gemas dengan perempuan berambut (hair color) itu.
"Kau ini. Bisa saja. "
Ucapan Yamato hanya dibalas cengiran lebar oleh (Name). Yamato melirik belakang tubuh (Name) dengan pandangan penasaran, dua alisnya terangkat. Laki-laki itu menawarkan bantuan untuk merapikan keperluan (Name), (Name) menolak dengan sopan. Ia berkata jika seluruh barang bawaannya sudah tertata rapi.
Yamato tersenyum maklum, ia berjalan menuju ranjang yang diatasnya terdapat tas berisi bawaan (Name).
"Kalau begitu aku akan membantumu membawakan tas ini, (Name). "
Yamato menunjukkan cengiran lebarnya, menampilkan sederet gigi rapi yang terawat. (Name) hanya mengangguk dengan senyum tipis, menyetujui tawaran batuan dari Yamato. Laki-laki itu berjalan menuju pintu, membuka sedikit lalu mengedikkan dagu dengan senyum tipis. Mengisyaratkan (Name) untuk lewat dahulu.
(Name) berjalan mendekati Yamato dengan mulut berbisik pelan,
"Jadi... Kita ini apa? "
'•'
"Seharian ini mari kita bersenang-senang sebagai perayaan kau sehat kembali! "
(Name) berkedip-kedip dengan wajah kebingungan. Ia yang sedang memasak sarapan dikejutkan oleh suara bel apartemennya yang berdenting, bertanya-tanya dalam hati siapa gerangan yang bertamu. Dan sekarang kebingungannya terjawab oleh kehadiran Yamato yang berdiri tegak didepannya.
"Yamato-san mengajakku bersenang-senang? "
Yamato mengangguk yakin, ia menarik tangan (Name) untuk keluar dari unit apartemennya. (Name) berteriak kaget karena tarikan tiba-tiba dari Yamato, laki-laki itu masih memasang cengiran sebelum ia mengendus sesuatu yang berbau hangus dari dalam unit apartemen (Name).
"(Name)... Kau menggoreng sesuatu? "
(Name) yang masih dalam keadaan linglung menatap Yamato, setelah berjalan beberapa detik kedua manik (Name) melebar dan dengan cepat ia berlari kedalam sambil berteriak panik. Yamato tanpa permisi masuk kedalam unit (Name) sambil tertawa terbahak-bahak, tak merasa bersalah karena secara tak langsung menjadi penyebab hangusnya masakan (Name)
'•'
"A-ayolah (Name)... Aku sudah minta maaf... Jangan marah, ya? "
(Name) membuang muka, bersedekap dengan ekspresi menahan kekesalan. Perempuan itu membenturkan ujung kakinya yang berbalut sepatu slop pada lantai cafe yang mereka singgahi setelah (Name) dengan entah darimana sumber kemarahannya yang meledak-ledak menyeret Yamato ke cafe terdekat dari apartemennya.
"Bayarkan sarapan kita, titik. "
"Ba-baik... "
(Name) menghembuskan napas, masih menatap kesal Yamato.
"Jangan kau harap dengan ini saja, kemarahanku reda! "
Yamato dengan wajah syok menatap tak percaya (Name) yang mengerutkan dahi dan menyatukan dua alisnya. Laki-laki itu melirik sajian yang tertata rapi diatas meja, yang dipesan (Name) bukan sesuatu yang murah. Sangat mahal malahan.
"Setelah ini kau harus membawaku ke–"
Yamato melebarkan mata, mengangga lebar dengan dramatis,
"Hah?! "
Tbc
_________________________
/nongol dari dalem kerdus
Halo... Ehehe~
Mohon maaf lahir batin untuk yang baca story ini~
/nyengir kudha, balik masuk kedalam kerdus, berguling menjauh.
BETEWE KALIAN MANIS, DESU!!! KYAAAA!!! ADOH–
/teriakan yang terdengar menjauh, nabrak tembok.
Shhh... Untuk mbak Dev dipersilahkan mau kemana bersama ayank Yamato–
Akan Enthor realisasikan...
/ngusep jidat yang kejedot.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro