Teach
"Ukh... "
Erangan pelan dikeluarkan oleh gadis yang terbaring lemah diranjang. Kedua mata yang semula selalu tertutup kini mulai menunjukkan maniknya. Berkedip pelan lalu memejam barang sebentar agar kedua mata terbiasa dengan cahaya yang ada.
Kepala gadis itu mengadah, menatap keatas dengan pandangan sayu, tubuhnya masih terlalu lemah untuk bergerak lebih banyak. Terasa sakit dimana-mana, seakan ia tidur dalam waktu yang begitu lama.
"Rumah... Sakit... Kenapa... " gumamnya pelan.
Pintu ruang inap itu terbuka perlahan. Gadis itu dengan sangat perlahan dan lemah menoleh ke asal suara, maniknya menangkap sosok seorang laki-laki berkacamata dengan rambut hijau tengah melebarkan bola matanya. Dengan ekspresi khawatir dan tergesa ia berjalan tergopoh-gopoh menghampiri gadis yang terbaring diranjang.
"(Name), syukurlah kau sudah bangun! " ucapnya dengan nada bahagia dan terharu. Kedua tangan besarnya menggenggam tangan (Name) yang lebih mungil dengan erat.
(Name) hanya diam, masih memasang sorot sayu.
Laki-laki itu melepas barang sebentar kacamata yang dipakainya, mengusap pelan air mata yang akan menetes dari bola mata.
"Ahaha... Maaf, (Name)... Harusnya aku tertawa ketika kau bangun, tapi malah–"
Ucapan laki-laki itu terhenti, ia kembali melebarkan bola matanya ketika mendapat sentuhan tangan dingin (Name) dipipinya. Gadis itu masih menatap sayu, namun kini senyum tipis terbit dibibir keringnya. Laki-laki itu menggenggam erat tangan mungil (Name) yang bertengger dipipinya. Tetes demi tetes air mata mulai meluncur disusul isakan perlahan.
"Syukurlah... Terima kasih Tuhan... " gumam laki-laki itu.
(Name) menatap wajah laki-laki yang penuh air mata. Tangannya masih digenggam dengan erat olehnya. Terasa hangat, tak asing, tapi ia merasakan ia dan laki-laki itu tak sedekat ini. (Fullname) entah mengapa menyakini itu.
Satu pikiran terlintas dibenak gadis itu,
Siapa laki-laki ini?
Laki-laki itu berusaha mati-matian menghentikan tangisannya dengan beberapa kali mengusap air mata yang keluar menggunakan lengan pakaiannya. Senyum dikembangkan dibibirnya, menatap penuh kehangatan ke manik (Name)
"Aku senang kau kembali kepadaku (Name)... Terima kasih telah bangun dari tidur panjangmu... "
Kedua tangan laki-laki itu kembali menggenggam, kali ini kedua tangan (Name) terbungkus hangat dalam telapak tangan laki-laki berkacamata itu. (Name) menatap tangannya yang tergenggam erat, lalu mendongak menatap wajah laki-laki yang tersenyum lebar sambil menunjukkan sederet giginya yang tersusun rapi.
"Maaf... Siapa... "
Dua patah kata itu seketika meruntuhkan ekspresi lega dan bahagia pada laki-laki berkacamata itu. Sorot matanya yang terlihat cermelang kini sedikit meredup.
Entah mengapa, (Name) rasanya pernah menjadi alasan sorot mata indah lelaki itu meredup.
Entah kapan.
Dan (Name) menyesali memori yang hilang dari kepalanya.
Wanna teach me?
Nikaido Yamato x reader
"Maaf membuatmu kecewa... Yamato-san..."
(Name) saat ini tengah terduduk di ranjangnya. Menyender ke bantal empuk yang dipasang tegak di belakang tubuhnya. Menunduk dengan ekspresi sedih, kedua tangannya meremas selimut rumah sakit yang menutupi setengah badannya.
Terasa elusan pelan menyentuh kepalanya, Yamato tersenyum tipis.
"Tak apa, (Name). Yang terpenting sekarang kau sudah bangun, itu lebih dari cukup bagiku. "
(Name) mengangguk pelan, menikmati elusan yang dilakukan oleh Yamato dikepalanya. Yamato yang dalam posisi duduk di samping ranjang (Name) terkekeh pelan,
"(Name) menyukainya? "
Mendengar pertanyaan Yamato, (Name) berkedip-kedip kebingungan lalu mengangguk kembali dengan ekspresi polos. Yamato menyemburkan tawa, kini ia mengacak pelan rambut (hair color) yang terasa begitu lembut ditangannya.
"Kalau aku mengacak rambut seperti ini, biasanya kau akan menyikut perutku sambil mengomel. Mengeluarkan protes karena rambutmu menjadi acak-acakan karena ulahku. "
Yamato menjelaskan sambil tersenyum lebar, (Name) mendengarkan dalam diam. Sebar-bar itukah dia sebelum kehilangan ingatan?
"Anu... Yamato-san... Kau tidak marah ketika aku... Menyikut perutmu? "
Yamato menghentikan acakan tangannya pada rambut (Name). Kini ia dengan lembut merapikan anak rambut yang mencuat tak beraturan. Setelah rapi kembali, Yamato mengambil sejumput rambut (Name), membawanya kedepan bibir lalu mengecupnya perlahan.
"Mana bisa aku marah pada orang yang kucintai. "
(Name) membeku, ia meremas kembali selimut yang menutupi tubuhnya. Wajah Yamato yang masih memegang sejumput rambutnya dan rambutnya yang berada didepan bibir laki-laki berambut hijau itu membuat perasaan asing mulai muncul didadanya.
Sesak namun meletup-letup.
Bibir keringnya bergetar pelan, terpaku dengan tatapan dalam Yamato. Dengan sekuat tenaga (Name) memaksa tenggorokannya untuk mengeluarkan kalimat yang sangat ingin ia ucapkan.
"Anu... Entah mengapa... Aku ingin menampar wajahmu... Yamato-san. "
Tatapan dalam dan seakan terlihat 'menuntut' yang terpancar dari manik Yamato seketika menghilang. Ekspresi horor kini mendominasi paras Yamato yang memucat. Dengan cepat Yamato melepaskan genggam tangannya dari sejumput rambut (Name)
"(Na-name)... Kau tidak akan benar-benar menamparku, kan? "
(Name) menggeleng pelan dengan ekspresi polos,
"Tentu saja tidak, Yamato-san... Itu hanya... Keinginan singkatku... Kau tak perlu... Khawatir... "
Yamato menghembuskan napas lega,
"Syukurlah... Kukira kau benar-benar akan menamparku. Lebih baik kau menyikut keras perutku daripada menampar wajahku, (Name). "
(Name) memiringkan kepala, menatap Yamato yang kembali terkekeh geli.
"Diluar dugaan... Yamato-san ternyata... Masokis..."
"Geh?! "
(Name) terkikik geli melihat respon dari Yamato yang menurutnya menggelikan namun menggemaskan diwaktu yang bersamaan. Tak terasa sedikit air mata menganak diujung mata (Name) karena terlalu banyak mengeluarkan tawa.
Dada (Name) terasa hangat. Sangat hangat hanya karena canda tawa singkat antara ia dan Yamato.
Yamato mendengkus geli, mengulurkan tangan dan menghapus pelan air mata yang keluar dari ujung mata (Name).
"Aku akan menemui dokter sebentar. Kau istirahatlah lagi, (Name). "
(Name) mengiyakan dengan pelan, Yamato menjauhkan tangannya lalu berlalu. Tetdengar pintu ruang inap tertutup pelan, meninggalkan suasana hening. (Name) memandang keluar, cuaca hari ini cerah. Awan bertebaran menyelimuti tipis langit biru.
(Fullname) termenung, perasaan nostalgia tapi asing ia rasakan kembali.
'•'
"Nah, (Name). Ayo buka mulutmu, aaa~"
"Err... Yamato-san... Aku bisa sendiri. "
"Ayolah-ayolah! Tinggal buka mulutmu lalu kunyah saja, biar aku yang menyuapimu. "
(Name) membuka mulutnya dengan canggung, menerima satu suapan dari tangan Yamato. Ketika perempuan itu mengunyah makanan yang berada didalam mulutnya, Yamato mengulurkan tangan. Menghapus setitik sisa makanan dari ujung bibir (Name)
Mendapat perlakuan tiba-tiba, (Name) berkedip bingung. Kembali Yamato terkekeh melihat ekspresi polos yang ditunjukkan oleh (Name)
"Bagaimana perasaanmu sekarang, (Name)? "
"Baik... Tapi juga... Hampa dan kosong? "
Meletakkan perlahan mangkok berisi bubur dimeja, Yamato meraih pelan tangan (Name). Mengelus punggung tangan perempuan yang menunduk dengan tatapan sedih.
"Tak apa. Pelan-pelan saja, tak perlu terburu-buru. Aku yakin ingatanmu akan kembali. "
Sinar kesedihan dimanik (Name) sedikit terangkat, perempuan itu menatap Yamato dengan pandangan haru. (Name) tersenyum tipis, mengangguk pelan sambil membalas remasan pelan yang dilakukan oleh Yamato ditangannya.
"Sampai dirimu mendapat ingatanmu kembali... "
Yamato terdiam, (Name) menatap paras laki-laki berkacamata yang duduk disampingnya. Angin sore hari yang berhembus melewati mereka berdua yang saling menatap. Semilir angin menerbangkan anak rambut Yamato, tak lupa sinar mentari sore menerpa lembut paras laki-laki itu.
Menambah pesona seorang Nikaido Yamato dipandangan (Name)
"Aku akan tetap disampingmu! "
Ucapan sarat keyakinan dari Yamato rasanya menembus hati (Name) yang terasa hampa. (Name) melebarkan maniknya, terkunci dengan tatapan yakin dari Yamato yang menatapnya tanpa berkedip.
"Jadi bersiap saja karena aku akan mengajarimu segalanya, (Fullname)! "
Tbc
______________________________________
Huweee!!! Met habede yang telat banget mbak Dev 😭 Mayoru-nee
Maafkan adek onlenmu ini yang gak bisa memberikan hadiah tepat pada waktunya–
Seperti yang aku omongin di pc, karena suatu kondisi cerita ini jadi pending beberapa hari 😭
Syukurlah hadiah ini bisa di up walau super duper telat, hiks!
Terima kasih udah menunggu, dan yah aku memutuskan...
KISAH INI GAK BERHENTI DI ONESHOT AJA, MUHE!
Sebagai permintaan maaf karena telat nget banget upnya, cerita untuk hadiah mbak Dev aku panjangin–
Semoga mbak Dev suka dengan story yang kubawakan :3
Oh! Ada dua ekstra nantinya setelah story ini tamat! Walau gak berhubungan dengan story ini, tapi aku berharap mbak Dev dan bucin leader ainana yang mampir kemari bisa menikmati cerita yang kusajikan~
Sampai jumpa di next chap!
Bye-bye~
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro