Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

◎ Prolog ◎

Prolog ; Wedding

"Wah... Adikku gagah sekali..."

Laki-laki berambut jingga itu menatap kagum pemuda yang berdiri didepannya, beberapa kali tangannya menepuk pelan lengan dari pemuda itu dengan tatapan berbinar.

Pemuda yang dipuji 'gagah' itu tersenyum tipis, rambut navy miliknya ditata sedemikian rupa. Dirobak agar berbeda dari tampilan biasanya, jas biru tua menutup sempurna tubuhnya.

"Terima kasih Nii-san. Hari ini kau juga sangat gagah. "

Laki-laki jingga itu menggeleng keras, kedua tangannya berada dibahu adiknya. Mata senada rambut jingga tertatanya menatap yakin.

"Hari ini adalah hari penting dan bahagiamu. Jadi yang paling gagah disini adalah kau, Iori. "

Iori tertawa pelan, sebelah tangannya menutup bibirnya yang terbuka karena tawa yang ia hasilkan. Ia mengangguk pelan, mengiyakan dalam gestur agar berdebatan mereka tak semakin memajang.

Mitsuki tersenyum simpul, pelukan diberikannya pada Iori. Ia menepuk punggung adik semata wayangnya yang sebentar lagi dalam hitungan menit akan menjadi pasangan orang lain.

"Rasanya baru kemarin Onii-chan bermain dengan Iori kecil, sekarang Iori sudah akan menikah dengan seorang wanita pilihannya. Waktu memang cepat berlalu, ya? "

Iori balas memeluk erat Mitsuki yang berkata dengan suara bergetar, ia tahu jika kakaknya itu sedang meluapkan berbagai emosinya yang berkumpul didada.

"Sampai kapanpun aku tetap adik kecilmu, Nii-san. "

Iori menyenderkan kepalanya pada bahu mungil Mitsuki, berbisik pelan namun menenangkan. Memberi kenyamanan pada Mitsuki yang tengah diterpa perasaan haru.

Mitsuki menahan napasnya yang sesak, mati-matian ia tak menangis dan membuat adiknya semakin khawatir.

"Ah... Sudahlah! "

Mitsuki melepaskan pelukannya dari Iori dengan sekali sentakan, menarik napas dalam lalu menghembuskannya kasar berulang kali agar emosinya bisa kembali terkendali seperti semestinya.

"Jangan lupa mampir kerumah Onii-chan jika senggang, kau juga harus menbawa dia! "

Iori mengerutkan dahi, mengalihkan pandangan dengan ekspresi tak bisa dijelaskan. Ia menghindari tatapan menuntut dari Mitsuki yang semakin meremas bahunya.

"Iori... Kau berniat untuk tak membawa Harita-san berkunjung kerumah? "
"..."

Mitsuki menghela napas kembali, ia terheran-heran dengan adiknya yang seakan enggan untuk mengajak 'dia' untuk berkunjung kerumahnya.
Mungkin satu pertanyaan ini bisa menjawab rasa penasarannya ini.

"Iori. Kau malu bersama dengan–"
"BUKAN!!! "

Mitsuki berkedip-kedip dengan wajah bak orang terkena siraman rohani, anggukan pelan dilakukan oleh Mitsuki. Ini yang selalu terjadi ketika ia menanyakan pertanyaan yang sama kepada adiknya.

Pintarnya ia tak pernah kapok bertanya lagi dan lagi.

"Aku tahu. Dia memang gadis yang unik dengan caranya sendiri... Gws. "
"Ni-nii-san?! "

Iori tersentak dengan suara sedikit melengking, kakaknya itu memasang wajah datar dengan telapak tangan saling mengatup rapat didepan dada.
Rasanya Iori akan diterjang badai mengamuk yang akan mengacaukan–

"IZU-KUN!!! "

Iori menatap kosong pintu ruang tunggunya yang ditendang hingga lepas dari engselnya oleh orang yang paling dikenal. Orang itu melambai ceria dengan riasan yang membuatnya semakin mempesona.

Gaun pengantin putih yang dikenakannya terlihat indah menempel dibadan. Tiara mungil disematkan pada atas kepala berambut hitam legam yang kini disanggul apik.

Iori tarik kata mempesona dari orang itu karena tingkah bar-barnya.
Astaga. Iori akan menikahi wanita ini? Beberapa menit lagi? Benarkah?

"Ha-Harita-san! Anda tidak boleh menemui Iori-san dahulu! "
"Hee!! Ta-tapi aku ingin– Izu-kun!!! "

Iori melambaikan tangan dengan senyum lebar, menatap Harita yang diseret menjauh oleh penata rias pengantin. Walau wajahnya tersenyum namun dalam hati menangis ia keras. Menangisi tingkah 'ajaib' kekasihnya itu.

Hari ini sebenarnya ia sangat gugup, amat sangat gugup.

Tapi gugupnya sedikit mereda karena kedatangan 'ajaib' kekasihya itu.
Pengantin perempuan mana yang menendang hingga jebol pintu ruang tunggu pengantin pria?

Hanya kekasihnya itu. Pengantin bar-bar dengan segala keajaibannya.

"...Pfft. "

Iori menahan tawanya, ini baru hari ketika mereka akan melangsungkan pernikahan. Entah bagaimana kehidupan mereka setelah hari ini, ia sendiri tak sabar menjemput hari-hari penuh kerusuhan, lagipula Iori sudah terlatih untuk 'mengendalikan' orang lain agar tetap dijalurnya.

Contoh nyatanya adik dari center TRIGGER berambut merah berwajah imut itu.

Dering ponsel membuat lamunan Iori terhenti barang sebentar, dirogohnya benda pipih itu dari saku jas. Setelah ini ia harus mematikan nada dering ponselnya, bisa gawat jika tiba-tiba ponselnya berdering diacara nanti.

Kedua alis Iori terangkat serentak ketika melihat nama kontak yang terpampang dilayar.

Mitsuki yang sebelumnya mengelus dada agar jantungnya yang akan roboh karena tingkah calon adik iparnya tenang kini mendekatkan diri menuju layar ponsel Iori, penasaran dengan siapa orang yang menghubungi.

"..."

Keduanya terdiam, tak berniat membuka suara.

Sebelah bibir Mitsuki berkedut pelan, tangannya menyenggol lengan Iori. Memberi gestur untuk segera mengangkat telepon itu. Sudah terlalu lama berdering, tak baik juga jika terus dibiarkan.

Hembusan napas dikeluarkan Iori, tombol hijau ditekan perlahan kemudian ponsel didekatkan ketelinga berucap 'Halo' pelan. Menunggu jawaban dari seseorang dari seberang sana.

"Aku mencintaimu melebihi apapun, Izu-kun!!! Sampai jumpa ditempat pengikat janji suci kita, ufufu~"

Nada putus terdengar pelan ditelinga Iori yang masih memproses informasi yang baru masuk ke telinganya. Mulutnya yang terbuka ditutup dengan sebelah tangan, detak jantung mulai mengalun pelan namun intens.

Pemuda berambut navy itu menyungar poninya keatas, berusaha mengendalikan dari dari serangan tiba-tiba yang tak terduga dari kekasihnya. Wajahnya memanas, melirik kesal kearah layar ponsel yang kini telah gelap.

"Dasar... "

Iori sekali lagi dibuat tak habis pikir dengan tingkah ajaibnya. Selalu saja ada hal baru diluar nalar dilakukan olehnya, tapi itu yang membuatnya tertarik dan jatuh pada pesona ajaib nan aneh dari seorang Harita Koushiki.

"Iori... Kau salah tingkah dengan kelakukan anehnya? Gws. "
"?!"

Tbc
________________________________

....
/nangis dalem kerdus

Gini amat bikin acara nikahan buat oc sendiri...
/nyedot ingus.

Jan ngarep mereka anteng, Harita itu stress. Ingat. Stress.
/nangis sesegukan.

Ku up sekalian, biar tenang ditinggal berdebu ampe jatuh tempo.
/nyengir ala Any* anaknya Pak Senja.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro