◎ Epilog ◎
Epilog ; Nickname
"Mengapa Harita-san masih memanggil Iori dengan marganya? "
Pertanyaan beberapa hari yang lalu dari center berwajah riang dengan badan el men itu membuat Harita tidak habis-habis menguras sari-sari kepintaran otaknya.
Sekarang ia masih dalam usaha memeras isi otak. Mengerutkan dahi sedalam yang ia bisa, kedua tangannya tertaut didepan bibir. Ekspresinya kini benar-benar serius, hingga pekerjaan didepan matanya ia biarkan begitu saja. Kasihan sekali meja makan yang dibiarkan bersih sebagian.
"...benar ucapannya Ri-kun... Mengapa dia masih memanggilku dengan marga... "
"Mudah. Kau juga masih memanggilku dengan marga, Koushiki-san. "
Harita menatap penuh keseriusan Iori yang berdiri tak jauh darinya, sebelah tangannya terlihat sedang memegang mug dengan asap mengepul tipis. Rambut malamnya teracak sedikit, sepertinya ia baru saja selesai mandi. Terbukti dari tetes air yang masih tersisa diujung rambutnya.
"Kalau begitu panggil aku menggunakan nama kecilku. Sekarang. "
Iori menyeruput isi mug perlahan, menikmati aroma teh yang masih menguarkan kehangatan menenangkan. Tanpa mengabulkan permintaan atau mungkin paksaan Harita, Iori melimpir pergi. Menutup pintu kamar dengan suara pelan.
"...memangnya sesusah itu memanggil menggunakan nama kecil?! "
'•'
"...apa yang kau lakukan disitu? "
Iori merasakan jika jantungnya hampir lepas dari tempatnya tergantung. Sesuatu yang membuatnya terkejut bukan main hanya berjongkok, menatap serius. Dia lalu mendekat menuju Iori masih dengan posisi berjongkok.
"He-hei! "
Harita menghentikan tingkah absurdnya, mendongak sambil menarik-narik celana yang dipakai Iori.
"Ayo. Panggil aku menggunakan nama kecilku. "
Iori menutup mulutnya dengan punggung tangan, masalahnya kini Harita menatapnya memelas lengkap dengan manik mata dibulat-bulatkan sok imut. Sialnya tatapan dan wajah Harita memang imut dimatanya saat ini.
"Ti-tidak! "
Harita mengembungkan kedua pipinya, kembali menarik-narik celana. Kini kepalanya miring kekananan, semakin membulatkan naik hijau beningnya.
"Aku mohon, Iori-kun... "
Iori tersedak ludahnya sendiri, serangan bertubi-tubi dari Harita terlalu banyak untuk jiwa lemah hal imutnya. Lama-lama ia akan mencapai batasnya.
Iori harus lebih kuat!
"Ti-tidak akan! Sudah kubilang aku tidak akan memanggilmu begitu, Koushiki-san! "
Kedua alis Harita menyatu, mulutnya kini menurun sedikit. Wajahnya menggambarkan ekspresi sedih yang ketara, tarikan dicelana Iori kini berganti remasan.
"Mengapa? Iori-kun tidak sayang kepadaku? "
"Tentu saja aku-"
Harita menggoyangkan kaki Iori,
"Aku sudah memanggilmu dengan nama kecil, ayo panggil aku dengan nama kecil juga... "
Iori menghela napas lelah, tulang hidungnya dipijit perlahan. Ia melirik kebawah, menuju paras Harita yang masih memelas bak anak kucing terbuang oleh majikannya karena terlalu rusuh.
"...Ba-baiklah... "
"Aku sayang Io-kyun!!! "
Iori tergagap mendapat pelukan tiba-tiba dari Harita, wanita itu tertawa riang sambil memeluk erat laki-laki berambut gelap berponi belah itu.
"Jadi! Jadi! Ayo coba panggil aku! "
Iori mengalihkan pandangannya, terlalu canggung menatap langsung manik hijau yang tengah berbinar tepat didepannya itu. Jarak mereka juga terlalu dekat, Iori pun mengambil sedikit jarak.
"Ha-Hari... "
Harita mengangguk antusias,
"Ya ya ya! Sedikit lagi! "
Iori memasang raut frustrasi, rasanya susah sekali mengucapkan nama kecil dari wanita yang masih asik memeluknya. Kelopak matanya tertutup pelan, menghembuskan napas lalu menarik napas. Ia mengulanginya beberapa kali.
Warna gelap malam kini kembali terbuka, menatap penuh keseriusan manik hijau yang semakin terlihat berkilau. Warna hijau yang paling indah diantara warna hijau lainnya.
"Harita-san! "
Napas Harita terhenti sepersekian detik, rasa bahagia terkumpul dan meletup-letup bergantian dalam relung dadanya. Wajah berseri dan juga semburat merah muda ia sembunyikan dalam lipatan leher Iori, mengusak perlahan berusaha meredakan detak jantung tak karuannya.
"Ehehe... Aku tak salah berguru dengan Ri-kun... "
"Te-ternyata kalian-? "
Harita menjauhkan wajah dari lekukan leher Iori, satu kecupan ringan bak kupu-kupu yang hinggap dibunga mampir secepat kilat dipipi Iori. Yang dikecup membeku, menatap dengan manik bergetar dan wajah memerah padam.
"Ehehe~ Iori-kun~"
"...be-berisik, Ha-harita-san... Esok hari akan kuberi perhitungan dengan Nanase-san... "
Fin
______________________________________
Dah dah dah tamat, turu turu-
Tepar akuh 😭💔
Sudah kudugong bakal gak nutut waktunya, mengcapek banget 😭🙏
Otsu yang tepat waktu!!! Admin tapi gak bisa tepat waktu, nangis banget sumpah 😭😭😭
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro