◎ 5 ◎
Chapter 5 ; sick
"...jangan tertawa. "
Harita mati-matian menahan tawa ketika suara lemah Iori menegurnya. Jemari lentik miliknya meremas pelan handuk mungil yang sudah terendam air hangat sebelumnya. Menempelkan pelan didahi hangat Iori setelah melipatnya sedemikian rupa, termometer yang ia gunakan untuk mengukur suhu tubuh Iori berbunyi nyaring.
Manik hijau berkilaunya menatap seksama digit angka yang terlihat dialat mungil untuk mengukur suhu tubuh itu. Kepala berambut hitam dengan kucir mungil disebelah kanan itu terangguk pelan berulang kali.
"Selamat Izu-kun! Kau benar-benar terserang demam! "
Iori berdecih pelan mendengar suara ceria dari wanita yang duduk disamping ranjangnya. Membungkus badan tak nyamannya dalam selimut hangat yang dari beberapa jam yang dulu membungkus badannya.
Tawa pelan lepas dari Harita, tangannya mengelus perlahan lalu menepuk-nepuk kepala yang menyembul sedikit dari laki-laki yang kini menyandang posisi suami baginya.
"Kau menginginkan sesuatu? "
Pertanyaan Harita dibalas gelengan pelan, kepala Iori semakin masuk kedalam. Mencari kenyamanan untuk tubuh letihnya. Lucu saja setelah pergi berlibur ia jatuh sakit seperti ini. Mau menyalahkan wanita jahil yang menjadi istrinya namun sepertinya bukan itu jawaban dari penyebab ia sakit.
Mungkin saja dia saja yang kurang bisa menjaga kesehatan.
"Hm... Ingin pancake? "
"...orang sakit mana yang memakan pancake, uhuk! "
Harita kembali tertawa pelan, elusan masih ia berikan pada kepala Iori. Wanita itu bersenandung pelan, memenuhi ruangan kamar dengan alunan suara merdunya.
"Kalau begitu pancake bubur~"
"Jangan main... Main... "
Senyum tipis terbit dibibir Harita, kini orang yang paling dicintainya terlelap dalam mimpi. Senandung terus ia gaungkan, membawa laki-laki yang terbungkus selimut hangat itu semakin terbawa untaian irama pengantar tidur.
'•'
"...berapa lama aku tertidur? "
Iori bergumam pelan, kain handuk yang berada didahinya sudah kehilangan kehangatannya. Lembabnya juga hampir tak tersisa, perlahan kain handuk dimasukkan dalam wadah berisi air diatas nakas.
Jam menunjuk angka 8, langit diluar sana telah menggelap. Tanda bahwa sekarang sudah lumayan malam, Iori tak menyangka ia akan tertidur selama itu. Untung saja hari ini tak ada jadwal, sisa cutinya juga belum habis. Namun rencana untuk jalan-jalan hari ini harus terhenti karena demam mendadaknya.
Tatapannya tertuju pada wanita berambut hitam yang tertidur disampingnya, meringkuk seperti bayi. Beberapa kali dia melakukan gerakan, terdengar juga suara dengkuran pelan khas orang yang lelap tertidur.
"Kau lelah ternyata... "
Iori memainkan anak rambut wanita itu, menatap penuh kelembutan paras lelap wanita yang dikesehariannya selalu membuat kerusuhan, saat tertidur seperti ini memang terlihat lebih tenang dan cantik.
Tapi Iori lebih menyukai tingkah aktifnya ketika terbangun.
Minus sakit kepala akibat tingkah ajaibnya.
Gelengan pelan Iori lakukan, kembali ia merebahkan diri. Menyampingkan badan dengan tatapan tertuju pada Harita yang masih terlelap pulas. Entah dorongan darimana, tangannya telulur dan memeluk erat tubuh Harita. Wanita itu bergumam pelan, lalu menyamankan posisinya.
"Selamat beristirahat, Harita-san... "
Iori kembali menutup mata, bergabung dalam buaian mimpi indah dengan senyuman tipis terbit dibibirnya.
Pelan, manik hijau terbuka. Semburat merah muda muncul sedikit demi sedikit. Jantungnya mulai berdetak kencang, membuat napasnya sedikit sesak. Ditengah gemuruh suara jantungnya, wanita berkucir itu masih membisikkan kalimat singkat dengan terbata.
"...se-semoga cepat sembuh, Iori-kun...
Tbc
______________________________________
DI-DIKIT LAGIH, IHIK–
/bengek.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro