Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

◎ 3 ◎

Chapter 3 ; jealous

"Hm..."

Harita menatap penuh guratan keseriusan layar ponsel miliknya, mata hijaunya menyempit. Hampir seperti memincing. Bolak-balik ia menggeser perlahan layar benda pintar itu.

"Apa yang sedang kau lakukan? "

Segera dengan kecepatan tinggi, Harita menelungkupkan layar ponselnya keatas meja, berbalik badan menuju sumber suara dengan senyum dipaksakan. Tangannya terangkat untuk mengaruk pelan pipi sebelah kanannya.

"Bukan apa-apa, Izu-kun. Ehehe~"

Iori memicingkan mata, mendekatkan diri menuju ponsel Harita sambil mengulurkan tangan. Bermaksud untuk mengambil ponsel milik Harita, ia penasaran sesuatu apa yang membuat Harita beberapa hari ini sibuk menatap tanpa henti layar ponselnya.

"Kubilang bukan apa-apa! Jangan sentuh! "

Iori menjauhkan tangannya dengan tatapan terkejut, baru pertama kali ini wanita didepannya menaikkan nada bicaranya. Terlebih wajah yang biasanya penuh dengan keceriaan atau kejahilan berganti menjadi penuh amarah juga emosi. Panas terasa nyata akibat tamparan yang ia rasakan dipunggung tangannya.

"..."

Harita terdiam, ia menyadari jika nada bicaranya naik beberapa tingkah dari biasanya, rasa tak enak segera memenuhi dada. Terlebih tatapan sendu Iori semakin menambah rasa tak enaknya.
Lidahnya terasa kelu, tatapannya kini ia tundukkan. Tak sanggup menatap laki-laki yang berdiri diam disampingnya. Tangan yang baru saja ia layangkan pada punggung tangan Iori diremas pelan.

"...ada yang harus kuurus dahulu, makanannya sudah kusiapkan. Izu-kun makan saja dahulu. "

Kalimat itu yang diucapkan Harita yang bangkit berdiri lalu menutup pintu rumah, meninggalkan Iori dalam seribu tanya dan pikiran buruk.

"...dia... Tidak memakai cincinnya. "

Lesu terasa dibadan, dengan lemas Iori mendudukkan diri dikursi makan. Menatap sajian masakan yang sudah disiapkan oleh Harita.

"...ini bukan seperti yang aku pikirkan, kan? "

'•'

"...hm..."

Dari balik semak-semak terlihat rambut berwarna navy sedang mengintai, manik senada warna rambut tertutup bingkai kacamata. Masker putih juga menutupi hampir sebagian parasnya dari pandangan orang-orang. Dalam diam ia terus menatap satu titik, seorang wanita berambut hitam yang sedang menatap ponsel sambil terduduk dikursi taman.

"Apa yang sedang kau lakukan? "
"Sst! Diamlah! Aku sedang–"

Iori menghentikan ucapannya, dengan wajah terkejut ia menoleh cepat kesamping kanan. Pandangannya bertemu dengan manik tajam mirip kucing berwarna merah muda.

"Oh? Kau sedang mengintai istrimu? Dia sedang berseling–"

Secepat mungkin Iori menutup mulut yang sedang mengunyah donat dengan asiknya itu, desisan pelan sekali lagi terdengar. Mencegah orang disampingnya itu kembali membuka suara. Yang ditutup mulutnya hanya memasang wajah datar, maniknya tidak mengambarkan ekspresi apapun.

"Woah... Harita sedang menemui siapa? "
"?!"

Iori hampir berteriak, ia tak menyadari jika ada seseorang lagi muncul disampingnya. Orang itu menatap balik wajah terkejut Iori, mengacungkan dua jemari membentuk salam peace sambil tersenyum lebar.

"Halo, Iori! Kebetulan aku dan Kujou sedang berjalan bersama, lalu tak sengaja Kujou  melihatmu sedang bersembunyi disini dengan aura 'suami terkianati' . Jadi kami mampir saja kemari~ "

Iori mendelikkan mata, kembali arah pandangannya menuju orang yang dimaksud oleh seseorang yang berada disamping kirinya.

"Sejak kapan Kujou-san dekat dengan kakakku? "

Mendengar nada tak bersahabat juga tajam dari Iori, Tenn hanya memutar kelopak mata. Menunjuk tangan Iori yang masih menutup mulutnya mengunakan tangan. Dengan ekspresi enggan, akhirnya laki-laki navy itu melepaskan tangannya dari depan mulut Tenn.

"Jika kau ingin melabrak istrimu yang sedang berselingkuh, cari tempat yang lebih tertutup untuk bersembunyi. Payah sekali. "
"..."

Senyum penuh kekesalan segera dipasang Iori, beberapa urat kemarahan menyembuk tipis didahinya. Tangannya gatal ingin menampar mulut laki-laki berambut merah muda yang kini sibuk mengunyah donat dari dalam kotak yang dibawa disebelah tangan.

Ingin rasanya Iori menjejalkan isi kotak donat itu kedalam mulut bermoral seorang Kujou Tenn.

"Istriku lebih setia juga anggun, tidak centil seperti istrimu. Humph. "
"...Kujou-san... "

Tenn masih mengunyah enteng, seakan tak peduli laki-laki berambut navy disampingnya sedang menahan amarah. Kunyahan dalam mulutnya semakin dipercepat, sekali lagi ia menggigit perlahan donatnya.

"Sudah centil, dia juga tidak punya malu–"

Kerah baju Tenn yang sedang mengunyah donat terangkat dalam sekali sentakan, senyum dari laki-laki berambut merah muda itu terkembang. Hampir seperti menyeringai, kepalanya sedikit dimiringkan kekiri. Menatap remeh wajah menahan amarah Iori.

"Jangan kau rendahkan dia dihadapanku! Atau kau akan tahu akibatnya! "
"Apa akibatnya, Izu-kun? "

Hawa tegang nan berat disekitar mereka seketika rubuh, berganti suasana canggung dan aneh.
Mitsuki menjerit keras hingga terjungkal kebelakang, Tenn menoleh dengan raut tanpa rasa bersalah. Sedangkan Iori, laki-laki itu berkeringat dingin dengan posisi tangan masih menarik kerah baju Tenn.

"Apa yang kalian lakukan disini? "
"..."

Ketiganya saling mengalihkan pandangannya, bungkam tanpa ingin menjawab pertanyaan wanita berambut hitam yang berjongkok bersama mereka. Mitsuki mendongak-dongakkan dagu pada Tenn, seakan memberi sinyal tentang sesuatu.

Helaan napas pelan dikeluarkan oleh Tenn, pandangan datarnya kini menuju Harita yang memandang mereka bertiga dengan ekspresi bingung.

"Jadi Koushiki-san, bagaimana kenalanku? Dia bisa memperbaikinya, kan? "
"E-eh! Ku-san jangan buka kartuku! Kau sudah berjanji agar tidak membocorkannya! "

Iori memicingkan mata sekali lagi, melirik Tenn dan Harita bergantian. Kecurigaan tergambar jelas digurat wajah yang biasanya memasang ekspresi tenang itu.

"Tenang, Iori. Kujou tidak akan oleng dengan Harita, mana mau ia dengan makhluk bar-bar itu. Iya kan, Kujou?? Nah! Sekarang kami pamit dulu, kalian silahkan lanjutkan pembicaraan kalian~ "

Mitsuki dengan tenaga gotot nya mengangkat Tenn seperti karung beras, membawa pergi laki-laki berambut merah itu sambil melambai riang. Yang dibawa hanya kembali melanjutkan memakan donat, seperti tidak terpengaruh dengan posisi absurd nya.

"Jadi begini... Beberapa hari yang lalu cincinku patah–"
"Patah?! "

Harita dengan wajah miris mengangguk perlahan, kembali melanjutkan ucapannya dengan pandangan menunduk.

"Karena patah, aku menyimpannya. Kebetulan Ku-san kenal dengan orang yang bisa memperbaikinya... Jadi beberapa hari ini aku... Dan baru saja aku menemui orang itu untuk mengambil cincinya... Lihat! Cincinnya sudah diperbaiki lagi! "

Harita menunjukkan jari manisnya yang tersemat cincin mungil pernikahannya. Kembali pandangannya turun, kedua tangan saling tertaut.

"Maaf..."

Beberapa detik terlewati, namun Harita tidak mendengar suara apapun dari seseorang yang sedang ia ajak berbicara. Pandangannya menangkap jika seseorang yang sedang ia ajak bicara kini berjongkok sambil menyembunyikan wajah. Wanita itu ikut berjongkok, mengetuk pelan kepala navy yang telinganya memerah padam.

"...kau membuatku berpikir yang tidak-tidak... Dasar... "

Gumaman pelan darinya membuat Harita mengembangkan senyum tipis, jemarinya telulur. Mengelus rambut lembut nan halus suaminya dengan penuh kasih sayang, kini tak hanya tangan yang mendekat. Wajah Harita ikut mendekat menuju kepala bermahkota rambut segelap malam itu, mengecupnya pelan.

"Ehehe~"
"Hehe kepalamu... "
"Maaf~ Izu-kun tadi sangat keren~ Aku cinta Izu-kun~"
"...berisik. "

Tbc
______________________________________

Apakah ini bisa disebut konflik? Keknya iya keknya enggak; -;

Betewe...

JUMINTEN TONJOK SI KUYOU DONG HARUSNYA– SEHAT TAU–
AYOK TONJOK!

Iowri : ...
/tonjok Author.

...AVVV!!! AKU DITONJOK! TONJOK LAGIH DONG! AV AV AV!
EH gusti. Waras. Cuma dikejar dl aja jangan keilangan kewarasan :'))

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro