◎ 1 ◎
Chapter 1 ; First day
"Huft! "
Gadis bermata hijau dengan rambut hitam dikucir itu menghembuskan napas lega saat kotak terakhir dari acara pindahannya telah selesai diangkat dan masuk kedalam rumah yang kini jadi rumahnya dengan suaminya, Izumi Iori.
"KYA-"
"Koushiki-san. "
Harita menutup mulutnya dengan sebelah tangan ketika Iori dengan wajah serius menegurnya. Cengiran diberikan oleh Harita ketika Iori menggeleng pasrah dengan kotak yang masih dibawa dengan kedua tangan berdiri tepat dibelakangnya.
Ternyata kotak yang benar-benar terakhir dibawa oleh Iori.
"Maaf~"
Iori memberi anggukan pelan, meletakkan kotak yang dibawanya dilantai rumah. Mata senada rambut navy itu mengedar dalam senyap, meneliti setiap sudut ruangan. Sempurna, segalanya bersih dan sesuai dengan terakhir kali ia datang kemari dengan kakaknya saat mencari hunian.
Merasa ditatap, Iori menoleh kearah Harita. Kerutan seketika tercipta saat istrinya itu menatap penuh binar dan kilauan imajiner yang menyilaukan mata, Iori sedikit memberi jarak ketika Harita mulai berjalan mendekat kearahnya.
"A-apa? "
"Hehehe~"
Iori semakin menjauhkan diri, menghindari Harita yang semakin mendekat. Langkah demi langkah ia ambil terus menerus hingga sesuatu yaitu kardus membuatnya kehilangan keseimbangan dan hampir jatuh kebelakang.
Refleks Harita menarik tangan Iori, terlambat sedikit saja mungkin kepala pintar mantan murid SMA sempurna itu menghantam telak tembok rumah.
"Kamu ini... Hati-hati dengan langkahmu! "
Iori semakin memperdalam kerutan didahi, sedikit tak terima mendapat omelan dari seseorang yang membuatnya hampir saja terjatuh. Giliran ia yang menarik tangan Harita, membuat wanita berambut hitam itu menghantam telak dada manusia berwajah datar yang berdiri didepannya.
"Mampus. "
Harita tersenyum dengan gurat kekesalan juga hidung memerah, memandang pria didepannya yang tersenyum puas.
"Izu-kun sudah mulai jahil, ya? "
Mendengar pertanyaan Harita, Iori hanya mengangkat sebelah alis. Lalu menyusul kedua bahunya terangkat bersamaan, memilih menjawab dengan gestur.
Harita menghela napas, menjauhkan diri sedikit dari hadapan Iori lalu mengangkat kedua tangan sebatas dada. Jemarinya bergerak-gerak pelan, senyum kesalnya kini berganti dengan seringai penuh kedurjanaan duniawi.
"...Ka-kau mau apa?! "
Harita hanya terkikik bak antagonis paling jahat didunia, wanita itu semakin mempercepat gerakan jemarinya. Seakan ingin melakukan sesuatu yang buruk pada seseorang yang kini menjauhkan badan sambil berteriak panik.
"Jangan mendekat– Gyaaa!!! Geli!! "
Mendengar teriakan keluhan dari Iori, maka semakin ganas Harita mengelitiki badannya. Kiri dan kanan, atas dan bawah. Bahkan jika sampai suaminya berguling-guling dilantai pun tak apa, yang penting ia bisa puas mengelitikinya.
Buktinya kini mereka berdua asik berguling-guling dilantai tanpa memperdulikan kardus yang mereka buat berserakan isinya karena tertabrak badan mereka berdua.
"Gelitik! Gelitik! Aku sudah belajar teknik menggelitik yang ampuh dari kakak ipar, makan ini Izu-kun! "
"Gyaaaa!!! Cukup! Aku geli! "
Harita hanya terus tertawa riang, seakan teriakan Iori bak hiburan tersendiri untuknya. Wanita itu masih terus mengelitik lagi dan lagi. Hingga tangannya yang sibuk 'menyiksa' ditahan kuat, membuat Harita tersentak.
Iori menatapnya dengan tatapan tajam, dan Harita baru menyadari jika jarak mereka begitu dekat. Hembusan napas juga aroma khas dari Iori terasa nyata dalam indera Harita. Tangannya yang masih tahan bergerak pelan, berusaha melepaskan diri.
Pandangan laki-laki berambut navy itu mati-matian dijauhi oleh Harita, terlalu berbahaya untuk jantungnya.
"Ayo gelitik lagi jika berani, hm? "
Harita meneguk pelan ludahnya, tawa hambar ia suarakan dengan nada bergetar. Intimidasi dari Iori memang yang paling manjur membuatnya bungkam. Napas Harita semakin tersendat ketika, paras Iori semakin mendekat kearahnya. Menatap penuh tuntutan.
"Ki-kita barter saja! Jika Izu-kun mau melepaskan aku, besok pagi akan kubuatkan pancake! A-atau sesuatu yang bagus lainnya! "
"Tidak perlu, aku bukan anak kecil. "
Iori menyela cepat, mendengkus pelan dengan ekspresi kesal. Merasa jika ia seperti anak kecil yang dibujuk hanya bermodal makanan kecil. Tangan Harita yang masih berada digenggamannya dibawa pelan mendekat menuju mulutnya, jemari mungil wanita itu digigit ujungnya pelan. Seringai kecil terkembang dibibir laki-laki berambut navy yang masih menggigit jemari Harita.
"Memangnya aku akan mendapat hal bagus dari barter kita? "
Pintar. Sekarang Harita menjerit histeris sambil menampar wajah Iori yang sekarang berubah semakin tampan dipandangannya.
Tbc
______________________________________
/angkat bahu.
Enthor sudah berusaha semaksimal mungkin. Gws Iowri.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro