Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

EPISODE KEDUA: TEMPAT TINGGALKU DIPENUHI GADIS-GADIS ANEH

Kami pun menuruni tangga yang besar ini. Sesampainya di bawah, dapat kulihat Shina sedang berdiri menungguku.

"Maaf aku lama," ucapku kepada Shina.

"Ah, tidak apa-apa... Oh, Kaori, kau sudah berkenalan dengan keluarga baru kita?"

"Sudah, Shina. Namanya Piker," balas Kaori.

Shina mendekatkan kepalanya ke telingaku. "Apakah di tubuhmu ada yang terluka?" bisiknya.

"Tidak. Tapi tadi aku hampir mati."

"Kau sangat beruntung sekali, awalnya aku merencanakan untuk memperkenalkan Kaori saat terakhir, mengingat penghuni sebelumnya tidak jadi tinggal karena berkenalan dengan dia sebelum mentandatangani kontrak. Tapi karena kau sudah mentandatangani, jadi mau tak mau kau harus tetap di sini."

"Oh iya, memangnya apa isi kontrak itu?"

"Ano... Bukannya aku mengganggu pembicaraan kalian, tapi aku tidak terlalu suka diabaikan," ujar Kaori sambil memegang gagang pisau dengan kedua tangannya di bawah dagu, mata pisaunya diarahkan ke bawah, kepalanya menunduk, dengan suara kecil.

Sekarang aku mengerti, kenapa penghuni yang dibicarakan Shina itu tidak jadi tinggal di sini. Mau dilihat dari mana pun, sikap Kaori itu terlihat mengerikan. Walau aku tahu niatnya bukanlah untuk menakuti dan bahkan melakukan itu tanpa sengaja, tapi tetap saja terlihat menakutkan!

"Ma-Maaf, Kaori... Baiklah, tolong antarkan aku."

Kami bertiga pun pergi keluar apartemen atau tepatnya bagiku mansion. Pertama-tama, kami berkeliling di halaman depan. Terlihat sungguh luas, dengan sedikit tanaman. Selanjutnya, kami memutar ke belakang. Halaman belakangnya lebih luas dibanding dengan halaman depan dan lebih banyak tumbuhan dengan hamparan rumput yang luas. Halaman ini dikelilingi oleh dinding besi besar, jadi mungkin orang luar tidak akan bisa melihat. Lalu ada sebuah rumah kaca yang cukup besar berdiri hampir menempel dengan dinding yang dipojok. Sekarang kami sedang di depan pintunya.

"Mau masuk?" tawar Shina.

"Boleh," jawabku.

Pintu dibuka, sebuah pandangan penuh makhluk hijau yang menyejukkan pun disuguhkan di sini. Banyak sekali tanaman-tanaman yang asing bagiku dan ada seorang gadis berpakaian kain rajut berwarna hijau dengan pundaknya yang terlihat, celana abu selutut, rambut coklat panjang sebagian terikat, sepatu putih seatas mata kaki, berkulit putih, mungkin berdada kecil, dan wajahnya seperti seorang tuan putri. Gadis itu sedang menyiram tanaman pot kecil. Dia menyadari kedatangan kami, lalu dia berdiri.

"Selamat pagi, Shina, Kaori..." sapanya terhenti setelah melihat ke arahku. "Kau pasti penghuni baru yang baru-baru ini dibicarakan Mama?" tanyanya dengan nada sopan.

"I-Iya, namaku Pitcher Parker, salam kenal."

"Salam kenal, namaku Ushio, semoga kita bisa akrab." Dia menundukkan badannya dengan anggun. "Kalau ada masalah, jangan malu-malu untuk minta bantuan."

"Baik, semoga kita bisa akrab, Ushio."

"Baiklah, Ushio. Kami mau melanjutkan berkelilingnya, maaf mengganggu," ucap Shina.

"Baik, hati-hati."

Kami pun keluar dari rumah kaca itu. Tiba-tiba, Shina mendekatiku dan membisikkan sesuatu.

"Hati-hati dengannya," bisik Shina dengan nada serius.

"Memangnya dia kenapa?" bingungku.

"Dia itu perempuan yang paling mesum di antara semua perempuan."

"Hah?" bingungku yang semakin bertambah.

"Lihat wajah Kaori."

Aku mengikuti perkatannya dan membalikan kepalaku ke samping. Terlihat wajah Kaori pucat dengan kedua tangan bergetar menggenggam pisaunya, seperti yang kedinginan. Kalau saja aku adalah orang lain yang baru saja melihat Kaori dan tidak terlalu mengenalnya, pasti mengira Kaori sedang mengucapkan kutukan dengan aura mengancam. Tapi, karena aku cukup kenal dengannya. Aku bisa memastikan dia sedang ketakutan.

"Dulu, saat Kaori kebetulan tidak membawa pisaunya, di kamarnya, Ushio masuk dan menelanjanginya, lalu 'memainkan' badannya," jelas Shina masih membisik.

"Benarkah?" responku tidak percaya.

Ah, ternyata memang benar kata Bu Chika. Shina ini orangnya jujur sekali. Saking jujurnya, tanpa ditanya pun langsung memberitahuku hal itu tanpa memberikan kode-kode agar tidak terlalu to the point. Aku benar-benar harus hati-hati kalau membicarakan rahasia dengannya.

"Benar, aku tidak berbohong! Pokoknya, hati-hati dengannya."

"Baiklah, terima kasih atas peringatannya," tanggapku. "Kaori, apa kau baik-baik saja?" tanyaku sambil melihat ke arahnya.

"Ti-Tidak terlalu baik," balas Kaori yang masih gemetar dengan ekpresi ketakutan.

Selanjutnya kami berada di dalam mansion, di ruangan belakang. Terlihat di sini ada dua pintu lebar, ada tirai kecil menggantung di kedua pintu itu, berwarna biru dan merah. Yang merah bertuliskan 'perempuan' dengan warna biru dan yang biru bertuliskan 'pria' dengan warna merah.

"Ini adalah kamar mandi, tempat kau mandi adalah yang bertuliskan 'pria'," ucap Kaori.

"Pantas saja tadi di toilet tidak ada shower."

"Ayo kita masuk."

Kami masuk ke pintu kamar mandi 'pria'. Di dalam, banyak loker-loker yang berjajaran, seperti tempat pemandian air panas yang pernah aku lihat di brosur bandara. Selanjutnya kami membuka pintu geser kaca yang penuh embun.

"Wawwwww!" kagumku.

Pemandian ini penuh uap dan luas dengan beberapa shower menempel di dinding samping kaca, beserta beberapa botol sabun atau shampo. Benar-benar terlihat seperti pemandian air panas umum.

"Ini kamar mandinya?!" lanjutku terkagum tidak percaya.

"Iya. Bagus, kan?" jawab Kaori terdengar kembali ceria, seolah ketakutan tadi tidak pernah terjadi.

"Iya, ini benar-benar bagus dan besar!" tanggapku agar Kaori tidak diabaikan sehingga kembali murung.

"Baiklah, kita pergi ke tempat selanjutnya," ujar Shina.

***

Setelah beberapa saat kami jalan-jalan, kami memutuskan kembali ke ruang depan untuk istirahat. Aku benar-benar dibuat terkejut oleh tempat ini. Apa benar ini apartemen murah?

"Apakah ada tempat lain lagi yang ingin kau ketahui?" tanya Shina.

"Kurasa sudah cukup," jawabku.

Di tengah pembicaraan kami, tiba-tiba terdengar pintu terbuka.

"Aku pulang!" ucap seseorang dengan nada bersemangat.

Dapat dilihat, seorang gadis yang pernah kulihat di taman bermain sebelumnya memasuki ruangan. Tentu saja itu membuatku sedikit terkejut.

"Selamat datang, Nogami," sambut Shina.

"Oh, Kaori, Shina, dan... Dia siapa?"

"Ah, perkenalkan, namaku Pitcher Parker, saya penghuni baru di sini."

Tiba-tiba dia berlari ke arahku dan berhenti setelah berdiri di depanku. Wajahnya tiba-tiba digerakkan agar semakin mendekati wajahku dengan ekpresi terlihat senang. Selanjutnya, dia melihat sekeliling tubuhku. Aku hanya diam saja dengan perasaan gugup.

"Salam kenal, aku Nogami," ujar gadis di depanku setelah cukup puas mengamatiku dan mendekatkan wajahnya kembali. "Umurmu berapa?! Kau berasal dari kota mana?! Apakah kau suka anak-anak?!" tanyanya dengan semangat.

"U-Umurku enam belas tahun. Aku bukan berasal dari kota Jepang, tapi negara Indonesia. Tergantung dengan anak-anak itu, kalau mereka sulit diatur, maka aku tidak suka."

Dia menjauhkan wajahnya dengan wajah tersenyum. "Begitu, ya. Jadi kau lebih tua dariku, kalau begitu, bolehkah aku memanggilmu Pi... Piler-nii?"

"Namaku Pitcher, mungkin lebih enak kalau kau memanggilku Piker saja."

Lalu dia tersenyum manis. "Semoga kita bisa akrab, Piker-nii!"

"I-Iya, semoga kita bisa akrab. Mohon bantuannya untuk ke depannya, Nogami."

"Hm!" respon Nogami penuh keceriaan.

"Nogami, sebaiknya kau mandi dulu, tubuhmu terlihat kotor," ucap Bu Chika yang sedang turun dari tangga.

"Baik, Mama!" jawab Nogami dengan kedua tangan yang dibentangkan ke samping.

Kemudian, dia berteriak 'NGUNGGGG!' menuju kamar mandi yang besar itu. Mudahnya, dia mempragakan pesawat terbang yang sedang terbang. Benar-benar seperti anak kecil yang ceria.

"Bagaimana berkelilingnya? Apakah kau bisa mengingat tempat-tempat di sini?" tanya Bu Chika kepadaku.

"Cukup menyenangkan, Bu Chika. Tidak terlalu ingat, sih, tapi aku akan mencoba untuk membiasakan diri."

"Bagus kalau begitu. Lalu, apakah kau sudah bertemu dengan semua penghuni apartemen ini?"

"Belum, Mama. Dia baru bertemu dengan Nogami dan Ushio," jawab Kaori.

"Memangnya ada berapa penghuni di sini?"

"Hmm... Ada Yumi, Eru, dan Misa. Semuanya ada delapan orang," jawab Shina.

"Semuanya perempuan?"

"Iya."

"Memangnya tidak ada penghuni laki-laki?"

"Tidak, kau satu-satunya laki-laki di sini. Bahkan laki-laki pertama yang menghuni apartemen ini."

"Be-Begitu, ya..."

"Tolong jaga rumah, aku mau keluar dulu," ucap Bu Chika.

"Baik, hati-hati di jalan," ucap Shina.

Bu Chika pun pergi dengan payung renda yang serasi dengan baju gothic-nya.

"Oh, iya. Maaf, Piker. Aku harus ke kamar dulu. Ada pekerjaan yang harus diselesaikan," ujar Shina.

"Baik, terima kasih atas bantuannya, Shina."

Shina pun pergi dengan melambaikan tangannya.

"Piker, aku juga harus kembali ke kamar," ujar Kaori.

"Baik, terima kasih atas bantuannya juga, Kaori."

Kaori pun pergi ke kamarnya.

"Baiklah, aku juga sepertinya akan kembali ke kamar."

Aku pun menaiki tangga, melewati beberapa pintu kamar, dan merasakan ada yang mengawasiku di antara pintu itu. Kali ini aku menghiraukannya karena sedang lelah.

Sekarang aku sudah ada di dalam kamar, berdiri kebingungan karena melihat ada seorang gadis kecil bergaun abu-abu dengan rok yang pendek, berambut ungu sebahu, berdada kecil, berkulit putih, ada buku kecil yang menempel di tali di lehernya, dan dia sedang tertidur di ranjangku.

"Apakah aku mendapatkan sebuah bonus?" gumamku bingung melihat gadis kecil itu.

Lalu terdengar suara ketukan di pintu, aku menghampiri pintu dan membukanya.

"Apakah Piker-nii melihat Yumi?" Ternyata itu adalah Nogami.

"K-Ke-Kenapa kau tidak menggunakan baju?!" Aku langsung menutup mataku karena Nogami hanya diselimut handuk.

"Memangnya kenapa? Aku kan menggunakan handuk?" tanya Nogami bingung.

"Ta-Ta-Tapi, kau telanjang!"

"Tidak apa-apa, yang penting tubuhku tertutupi. Apakah Piker-nii lihat Yumi?" tanyanya lagi.

"Yumi?" tanyaku dengan mataku masih tertutup.

"Iya... Oh iya, Piker-nii kan baru di sini, maaf... Dia gadis kecil berambut ungu pendek."

"Apakah gadis itu yang bernama Yumi?" Aku membalik dan menunjuk gadis yang tertidur di ranjangku.

"Ahhh, benarrr! Yumiiii!"

Berkat teriakkan itu atau alasan lain, aku membuka mata dan melihat dia berlari menghampiri Yumi. Kemudian, langsung kututup mataku lagi setelah menyadari aku melihat hal yang indah namun berbahaya.

"Yumi, ayo bangun! Ini bukan kamarmu."

"Ah... Aku di mana?"

"Kau ada di kamar Piker-nii."

"Piker-nii? Siapa Piker-nii?"

"Dia penghuni baru."

"Apakah pria yang sedang berdiri itu adalah Piker-nii?"

"Iya, dia Piker-nii."

"Ma-Maaf atas kelancanganku, Piker-nii."

"Ti-Tidak apa-apa," jawabku yang masih menutup mata.

"Ayo kita mandi bareng, Yumi."

"Baik."

"Piker-nii, maaf menganggumu, ya."

"Ti-Tidak apa-apa."

Suara langkah pun kudengar, melewati sampingku. Lalu tak lama kemudian terdengar pintu terbuka dan tertutup. Berselang beberapa lama, aku pun memutuskan membuka mata. Selanjutnya, aku menghela napas lega karena berhasil menahan nafsuku.

Di saat suasana di kamarku hening, tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu. Sontak saja aku terkejut dan melihat ke arah pintu.

"Piker, apakah kau ada di dalam?"

Tanpa menjawab, aku menghampiri pintu dan membukanya. Setelah dibuka, dapat dilihat seorang gadis berwajah seperti tuan putri berdiri di depanku.

"Oh, Ushio. Ada apa?"

"Bisakah aku meminta bantuan?"

"Bantuan apa?"

"Tolong ambilkan pupuk yang aku pesan di toko ini," ujar Ushio sambil menyodorkan sebuah kertas bertuliskan nama toko. "Apakah kau mau?"

"Boleh, tapi masalahnya, aku tidak tahu di mana toko ini."

"Tenang saja, aku juga meminta bantuan Misa."

Lalu datang seorang gadis berpakaian kaos berwarna kuning, rok biru selutut, berambut kuning dikuncir, berkulit putih, mata hijau, berdada besar, dan memegang sebuah tablet. Kemudian dia berdiri di samping Ushio.

"Perkenalkan, dia Misa dan kakaknya, Eru."

"Kakaknya? Di mana?"

Gadis bernama Misa itu mengangkat tablet itu ke arahku, lalu tiba-tiba menyala dan muncullah gadis 2D berpakaian seperti idol-idol berwarna biru dengan rok pendek, rambut coklat panjang, mata coklat, berdada kecil, dan terlihat sangat cantik seperti karakter anime.

"Perkenalkan, namaku Eru~!" ucap gadis animasi itu dengan nada semangat dan terdengar indah.

"Jadi, itu kakaknya?" tanyaku.

"Iya," jawab Ushio. "Tolong, ya, Piker."

Ushio pun pergi meninggalkanku, setelah menundukkan kepala untuk memberikan hormat.

"Kau yang bernama Piker?" tanya Eru.

"I-Iya, tepatnya Pitcher Parker, salam kenal."

"Ternyata kau pria yang baik juga, kupikir kau pria mesum yang sudah melihat celana dalam Kaori dan tubuh Nogami."

"Eh?! Kau tahu dari mana?"

"Kau lihat ke atas, sudut langitnya."

Aku mengikuti perkataanya. Baru kusadari, ternyata ada beberapa CCTV yang terpasang. Bahkan ada cukup banyak.

"CCTV itu terhubung denganku, sehingga apa yang terlihat oleh CCTV sama dengan apa yang kulihat. Dengan kata lain CCTV adalah mataku."

"Woww... keren! Kau seorang programmer, Misa?"

Misa hanya menundukkan kepala, tanpa memberikan jawaban melalui kata-kata atau isyarat kepala.

"Maafkan adikku, ya," ujar Eru. "Dia orangnya sangat pemalu kepada laki-laki. Karena dia punya masalah dengan laki-laki."

"Be-Begitu, ya..."

"Kalau begitu, ayo kita pergi untuk mengambil pupuknya!"

Dengan ini, aku sudahbertemu semua penghuni apartemen ini. Dan semuanya memiliki keunikanmasing-masing. Apakah aku bisa bertahan, ya?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro