6. Penjelasan
"Apa?"
Ini beneran deh? Jantung mana jantung? Masih berdetak, kan? Atau jangan-jangan aku lagi mimpi?
Kutabok diri sendiri. Aw! Masih sakit. Jadi ini beneran?
"Eh, Kak. Kok malah mukulin diri sendiri? Nanti nggak cantik lagi, lho. Nggak jadi istri Kak Raja, lho.
"Bukan gitu? Tapi ini serius?"
Kaisar mengangguk sambil matanya berkedip lucu.
Sumpah deh! Nggak percaya aku tuh. Seorang Nama, yang hanya lulusan SMP, yang cantik, imut, menggemaskan dan baik hati, yang bercita-cita nikah sama horang kaya meski cuma dalam mimpi, sekarang semua menjadi nyata!
Nek, cucumu ini kena durian runtuh, Nek. Sakit, tapi enak. Sakitnya pas nabok diri sendiri tadi, lho. Enaknya tahu kalau aku nggak lagi mimpi.
Aduh, bibirku jadi senyum-senyum terus kayak orang gila ini. Baru juga calon, gimana kalau udah jadi istrinya, ya?
Ngelakuin yang iya-iya bareng Mas Mantap—abis dia mantap segala-galanya sih, ya mukanya, ya duitnya, kalau sifatnya belum terlalu kelihatan, sih, tapi sepertinya dia orang yang baik, kok. Adudududuh! Jadi merah kan pipiku bayanginnya, panas nih panas. Aku tutupin pake tangan, nih.
Kayaknya tubuhku ini udah belingsatan kayak cacing sampai aku mendengar suara tawa kecil Kaisar.
Kubuka lagi mukaku, melihat Kaisar yang menahan tawa menggunakan tangannya.
Tetep kalem, Nama. Coba berpikir lebih tenang dulu, ini mencurigakan, lho. Ada apa gerangan seorang lelaki kaya mendadak menjadikanmu calon istri.
Iya sih aku tahu, kamu memang dodol. Tapi harus mikir juga kali ini.
"Aku nggak lagi dikerjain, kan?"
Kaisar menggeleng. "Mana berani aku ngerjain calon kakak ipar." Kakinya merangsek masuk ke kamar, duduk di kursi yang ada di sana. "Duduk sini dulu deh, Kak. Biar aku jelasin."
Dahiku masih mengerut, tapi akhirnya aku turuti permintaannya.
"Jadi sebenernya Kak Raja itu mau dijodohin sama wanita pilihan Mama Rieka. Sang ibu suri."
Nah, lho? Ini maksudnya apa lagi?
"Dia bukan mama kandung kita, btw. Nah, Kak Raja tentu tidak setuju, dia mau mengibarkan bendera perang melawan wanita itu."
Aku masih ndengerin Kaisar ngomong, nih. Mau menggunakan otakku untuk memproses ucapannya. Jangan jadi dodol dulu ya, Nama.
"Untuk itu kita butuh senjata untuk melawannya. So, Kak Raja milih kamu untuk jadi calon istrinya."
"Bentar, deh. Kenapa aku? Bukannya dia bisa milih cewek yang lebih cantik, maksudnya aku emang cantik, sih." Kibas rambut dulu, oy! Biar mantap. "Apalagi kalau udah dandan, kelar itu semua cewek-cewek, tapi kan kakakmu itu bisa dapet wanita manapun. Yang mempunyai strata sosial tinggi, wanita yang mempunyai karir cemerlang, bahkan artis sekalipun."
Kaisar menggerakkan jari telunjuknya ke kiri dan kanan bersamaan dengan gelengan kepala. "Nggak akan seru perang kita kalau bawa cewek kayak gitu. Kita butuh senjata yang bener-bener bikin Mama Rieka marah. Aduh, aku udah bayagin wajahnya nanti kalau tahu kamu jadi calon istri pilihan Kak Raja. Pasti lucu." Sekali lagi cowok itu menahan tawanya.
Tapi ... ini bener, deh. Maksudnya dia milih aku karena aku akan membuat sang ibu suri marah gitu? Karena anak tirinya lebih memilih cewek dari kalangan miskin dan bodoh? Kok sakit, sakitnya tuh di sini, di dalam hatiku, sakit tapi tak berdarah.
Jangan ikutan nyanyi, lagi patah hati nih. Potek hati aku.
Ya lagian kamu tuh ngarep apalagi sih, Nam? Ngarep dia mau nikah sama kamu karena beneran cinta? Ya mati aja ke laut dulu sono. Ngimpi ketinggian, sih.
"Oh iya, maaf. Kak Nama udah setuju dengan ide ini, kan?"
Dahiku mengerut dalam. Seenak udelnya baru tanya persetujuanku sekarang. Kenapa nggak dijelasin dari tadi sama si Raja sok berwibawa itu di bawah.
"Tenang aja, Kak. Pekerjaan ini akan jadi pekerjaan yang terbaik yang pernah kakak kerjakan. Dan bayarannya gede, lho. Kalau kakak setuju, kita akan langsung tanda tangan kontrak, biar Kak Nama bisa baca benefit yang bisa diambil nantinya."
Eeuumm, oke. Aku mulai paham. Jadi menjadi calon istri seorang Raja ini adalah sebuah pekerjaan, ya? Ada syarat dan ketentuan yang berlaku. Tidak melibatkan perasaan.
"Gimana, Kak?"
Aku juga punya harga diri kali. Meski dari kalangan orang miskin, harga diri seseorang juga tak lantas langsung nyungsep gitu, kan?
Aku harus memutuskan sesuatu yang akan berpengaruh besar dalam hidupku.
"Aku putusin ....."
~bersambung
Attention
- CERITA INI SUDAH PERNAH TAMAT DAN SEDANG DIREPOST ULANG SAMPAI SELESAI
- YANG TIDAK SABAR, BAB UTUH TERSEDIA DI KARYAKARSA primamutiara_ (Link ada di bio wattpad) HARGA MULAI RP. 2000 SAJA PERBABNYA
- TERSEDIA JUGA DALAM BENTUK NOVEL CETAK DENGAN BANYAK BONUS
Hayo .... nungguin, ya? 😂😂😂😂
Sabar ... besok insya Allah kita ketemu lagi.
Kalau lagi mood.
Kalau lagi nggak mager.
Kalau kalian, para pembaca tercinta, selalu rajin komen dan vote lapak ini.
Uwuwuwuwu.
Bye bye duyu yak.
Salam, Pim!
Pati, 17 Maret 2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro