Ovivar: Observasi Rasa, Identifikasi Variabel
OVIVAR
Starred by:
—Jungwon & Keya—
[Trakea & Juragan Tawon]
"Guanin sama Sitosin itu setia karena ikatan nitrogen-nya sama-sama tiga, Keya. Mereka udah klop banget, makanya mereka enggak mau selingkuh sama Adenin maupun Timin." Lagi, pagi di akhir pekan Jungwon habiskan untuk mengajari Keya materi sekolah. Bundanya Keya yang minta. Katanya, biar Keya enggak banyak main enggak jelas di hari libur dan bisa belajar dari Jungwon yang selalu punya nilai bagus, terutama di biologi. Jelas saja Jungwon mengiakan dengan berdalih bahwa ia juga hendak menerapkan Faynment Method. Halah. Juragan Tawon yang satu itu emang tahu banget caranya cari muka depan calon mertua ... uhuk! Salah. Maksudnya, pencitraan di depan tetangga.
Iya. Jungwon harus stop halu-halu. Memang, sulit diakui bahwa bocil macam Keya sudah resmi berpacaran dengan Jake, tetapi apa boleh dikata? Jungwon mah enggak lebih dari tawon yang berisik aja di hidup Keya.
"Next, ada nukleosida. Nukleosida itu nukleotida yang enggak punya fosfat." Setelah berupaya jadi tutor yang profesional, Jungwon pun menyadari ada yang salah dengan Keya. Tadi Keya ribut sekali mengeluh ini-itu, pengin cepat selesai ... kenapa tiba-tiba senyap nan damai begini? Diliriknya anak perempuan yang kini malah menatap ponsel dengan muka suram. Jungwon berdeham singkat. "Oi, Trakea. Ingat kesepakatan kontrak belajar kita terkait penggunaan pon ...."
Tunggu. Suara Jungwon tercekat di ujung lidah begitu sudut matanya mengidentifikasi foto yang tengah Keya amati lekat-lekat. Itu, kan, foto Jake yang lagi sama Astrid! Keya dapat bukti perselingkuhan Jake dari mana? Ada yang ngasih tahu? Sial ... padahal Jungwon sudah berusaha sebisa mungkin untuk menghindarkan Keya dari kenyataan itu.
Berusaha mengalihkan perhatian Keya, Jungwon langsung mencomot topik favorit Keya. "Key, Keya, mau mi ayam Mang Dod, enggak? Biasanya lo udah laper jam segini."
"Won, gue sama Astrid tuh bener-bener kayak trakea sama trakeid, ya? Tahu sendirilah gimana penampakannya. Trakea gede-pendek, trakeid ramping-tinggi. Jake enggak perlu mikir dua kali buat lebih milih Astrid daripada gue."
Buset. Jungwon kena mental, tak menyangka bahwa panggilan kesayangan darinya untuk Keya itu malah dijadikan bahan overthinking. "Tapi lo melupakan keistimewaan trakea dibandingkan trakeid, Keya. Trakea lebih efisien dalam memfasilitasi transportasi air, punya lempeng perforasi yang enggak dimiliki trakeid, dan yang terpenting, trakea spesial, hanya dimiliki oleh tumbuhan angiospermae." Jungwon serius. "Kalo elo mikir negatif terus ... you just limited yourself. Gue tahu lo bolot maksimal, tapi gue enggak mau standar rendahan itu make you lost your world. Even kalo dunia lo sampah, at least ada dua orang yang tetap menghargainya mati-matian. Dua orang itu namanya Trakea dan Juragan Tawon."
Kalau saja situasinya lebih baik, mungkin Keya udah ngakak gara-gara dengar Jungwon mengeluarkan kalimat-kalimat yang sok gentle.
Bodo amatlah soal gengsi. Jungwon ngomong lagi. "Gue tahu lo banyak minus, Keya, tapi gue enggak tahu, kenapa hidup gue seolah-olah terus aja berorientasi di elo. Gue enggak mau peduli lagi soal lo, tapi susah banget rasanya. Setahu gue, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap organisme itu ada faktor fisika kayak gravitasi dan tekanan udara, faktor kimia kayak pH dan kadar garam, juga faktor biologi kayak daur hidup dan reproduksi. Nah, lo ini termasuk ke dalam faktor apa, Keya? Kenapa punya pengaruh segede itu di kehidupan gue?"
Jujur. Keya pribadi enggak ngerti kenapa arah pembicaraannya bisa ke sini. Meski gitu, Keya tetap menatap balik netra hitam gelap Jungwon yang masih meneruskan khutbahnya sambil menggenggam bahu Keya.
"Lo tahu? Observasi sering menggunakan alat bantu seperi mikroskop, penggaris, lup, dan neraca. Biar apa coba?"
Keya mengerjap. Sumpah ... di saat kayak gini, Keya masih harus mikir?! Untunglah lelaki di hadapannya langsung menjawab pertanyaannya sendiri.
"Biar hasil observasinya bisa disampaikan secara kuantitatif, enggak bersifat subjektif. Tapi pas gue mengobservasi rasa-rasa ini ... ternyata enggak ada satu alat ukur pun yang bisa mendeteksi skala maupun angka konkretnya. Kacau. Kesimpulan gue, rasa itu memang selalu bersifat subjektif, Keya. Ya ... masih ada metode organoleptik, sih, alias uji indra. Tapi buat dikonversikan menjadi angka, itu perlu penilaian beberapa orang, baru bisa dirata-ratakan nilainya. Tapi, kan, rasa ini cuma gue yang bisa rasain. Ujung-ujungnya tetep subjektif juga. Kalaupun rasa ini bersifat objektif, jelaslah gue bakalan lebih milih Jennie BlackPink daripada lo. Udah mah burik, mageran, jarang mandi ... enggak ada bagus-bagusnya."
Kalau saja Jungwon membiarkan kalimat penistaan itu menjadi ending dari ocehan panjangnya ... Keya pastikan anak itu lebam-lebam habis ini.
Jungwon buru-buru menambahkan, "Tapi karena rasa ini subjektif, jadi, ya ... enggak jelas aja gitu. Lo, ya, lo. Bukan yang lain." Baru sadar sesuatu, Jungwon cepat-cepat melepas genggamannya di bahu Keya, lalu mengusap wajah dengan gusar. "Ah, sori. Ini bukan waktu yang tepat. Maaf kalau gue belum sempat memperhitungkan situasi buat ...."
"Won." Suara Keya yang mengudara setelah sekian lama terdiam pun membuat Jungwon gemetar enggak jelas, tremor maksimal karena tidak bisa membayangkan reaksi macam apa yang akan Keya tunjukkan. Keduanya cengo, saling tatap macam orang linglung, tak terbiasa dengan situasi macam ini. Keya memberanikan diri angkat suara. "Gue hargai banget simpati lo, Won ... tapi besok lagi, enggak usah sambil ngangkat-ngangkat tangan, ya. Ketek lo bau masem soalnya."
Bangsul! Udah capek ceramah baik-baik, malah di-roasting. Jungwon ngamuk. "Ey! Bau masem yang lo cemoohin itu punya pH yang bisa menekan pertumbuhan mikroorganisme bahkan membunuh bakteri, tahu! Sini, lo. Betumbuk kita!"
Ea, aku ga jadi pake topik yang sempet dibahas di bab sebelumnya karena keburu lupa daaan males ah matematika mulu, WKWKW. Btw, part ini aneh gak siiee??? Bucin banget, takut! Tapi yaaa kalo butuh cerita komedi pake pendekatan biologi, boleh bangettt mampir di lapak Trakea & Juragan Tawon (ini ceritanya friendzone, versi barbar dari Binary Asteroid). Selain itu, aku punya satu cerita lagi yang pake pendekatan biologi, judulnya Mikroba VS Makrofag, komedi juga, tapi lebih sedih dannnn cukup deep main idea-nya (menurutku). Yang itu baru meluncur di KaryaKarsa, gatau kapan publish di Wattpad, ehe. Dah ah, part ini panjang banget. See u!>.<
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro