Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

9. Waktu dan Tenggara

Happy reading.

****

Tenggara mengambil sebuah buku yang terletak di rak perpustakaan, beberapa menit yang lalu dia baru saja tiba di perpustakaan, setelah mengambil buku yang akan dia baca, Tenggara duduk di salah satu kursi, dan membaca buku itu dengan tenang, tiba-tiba saja seseorang duduk di depan Tenggara.

Tenggara mendongakkan wajahnya, menatap siapa orang itu.

"Pagi," sapanya.

Tenggara tersenyum tipis melihat siapa yang menyapanya.

"Tumben banget nyapa gue duluan," ucap Tenggara.

"Terserah gue lah," ucapnya lagi, hal itu membuat Tenggara tertawa kecil.

"Bening," panggil Tenggara, ya gadis itu adalah Bening.

"Kenapa?" tanya Bening balik.

"Pulang kuliah mau ikut gue?" tanya Tenggara.

"Hah kemana?" tanya Bening seraya mengeluarkan iPad dalam tasnya.

"Jawab dulu mau apa enggak?"

"Gue nggak bisa, sepulang kuliah gue harus kerja, lo tau sendiri kak gue harus kerja," jawab Bening.

Benar juga kata Bening, Tenggara lupa jika Bening memang harus kerja.

"Mau kemana emang?" Bening penasaran Tenggara akan mengajaknya kemana.

"Ada tempat makan baru deket kampus, gue butuh temen," jawab Tenggara.

Bening tampak berpikir.

"Kalau nggak lama gue bisa," ucap Bening, Tenggara seketika langsung tersenyum karena Bening tiba-tiba menyetujui ajakannya.

"Oke nanti gue tunggu di depan gerbang kampus," ucap Tenggara.

Bening menganggukkan kepalanya, tidak lama kemudian Bening fokus pada Ipad-nya, sedangkan Tenggara dia menatap kegiatan Bening yang fokus dengan Ipad-nya itu.

"Desain baju lo bagus."

Bening mendongakkan kepalanya.

"Nggak juga," jawab Bening.

"Di mata gue bagus," saut Tenggara.

"Kalau gitu terimakasih atas pujiannya bapak Tenggara," ucap Bening.

Tenggara tersenyum sangat tipis.

"Kenapa lo milih jurusan Fashion Design?" tanya Tenggara.

"Karena gue suka."

"Sekedar suka?" tanya Tenggara lagi.

"Gue udah cinta banget sama jurusan gue, dan suatu hari nanti gue berharap bisa jadi designer dan tentunya gue bisa punya butik sendiri," Bening bercerita akan keinginannya.

"Gue tunggu," Tenggara berucap seraya tersenyum tipis.

Entah kenapa Bening tiba-tiba tersenyum karena ucapan Tenggara barusan.

"Tenggara," panggil seseorang mengalihkan pandangan Tenggara dan Bening.

"Gue mau ngobrol bentar sama Tenggara, lo bisa minggir nggak," ucapnya menatap Bening, Bening sebenarnya sedikit terkejut dengan gadis itu yang menatapnya seolah tidak suka.

"Oke," jawab Bening seraya berdiri dari tempatnya, tapi tiba-tiba Tenggara mencekal lengan Bening.

"Sorry tapi gue nggak kenal lo," ucap Tenggara datar.

Gadis itu tampak terdiam, tidak lama kemudian dia tersenyum sangat tipis dan berkata.

"Gue Valen yang tadi malem, kalau lo lupa gue ingetin, gue orang yang dijodohin sama lo."

Tenggara tidak menggubris ucapan gadis itu, sedangkan Bening dia tentu saja merasa canggung.

"Kak lepasin tangan gue, gue mau cabut, dan gue nggak mau ikut campur urusan lo," bisik Bening.

"Diem disini kata gue."

"Hah," bingung Bening.

Valen menatap Bening tidak suka.

"Kak lo nggak liat tatapannya kayak macan," bisik Bening lagi.

"Emang dia macan lo baru tau."

Bening menahan gelak tawanya karena ucapan Tenggara barusan.

"Ehm," Valen berdehem.

"Gue nggak akan ganggu, silahkan lo berdua ngobrol," ucap Bening dengan cepat melepaskan tangan Tenggara dan langsung membawa barangnya, dan kabur dari hadapan Tenggara secepat kilat, sedangkan Tenggara menghela napasnya pelan, tatapannya beralih menatap gadis di depannya.

"Tenggara sepertinya kita harus lebih kenal satu sama lain," ucapnya seraya duduk di hadapan Tenggara.

"Sorry tapi gue nggak tertarik," jawab Tenggara datar.

Valen tersenyum.

"Mau nggak mau kita harus akrab karena kita sebentar lagi akan terikat."

Tenggara mengetuk pelan meja di depannya.

"Gue udah nolak perjodohan ini dari awal."

Valen menghela napasnya pelan.

"Coba aja buat nolak, karena gue yakin perjodohan ini akan terjadi," Valen berucap dengan begitu yakinnya.

"Terserah lo," jawab Tenggara seraya beranjak dari tempatnya meninggalkan Valen begitu saja, Valen tersenyum.

"Menarik," gumam Valen.

••••

Sepulang kuliah.

Tenggara saat ini tengah berada di depan gerbang kampus, ya saat ini dia menunggu Bening, tidak lama kemudian seseorang memanggilnya.

"Kak," ucapnya, itu adalah Bening.

"Udah lama nunggu?" tanya Bening.

"Gue baru keluar," jawab Tenggara, sedangkan Bening menganggukkan kepalanya.

"Buruan naik."

"Nggak deh jalan aja, cuma beberapa meter kan dari sini," tolak Bening.

Tenggara menatap Bening.

"Naik Bening gue lagi nggak nerima penolakan sekarang," ucap Tenggara.

Bening menghela napasnya pelan, pada akhirnya dia segera naik ke motor Tenggara, dan kalian tau banyak anak kampus yang membicarakan keduanya.

"Bukannya itu si pelakor ngapain sama Tenggara."

"Kecentilan banget."

"Tukang caper."

"Tenggara mana mau sama dia."

"Kak buruan jalan kuping gue lagi panas," ucap Bening yang sudah mendengar ucapan para gadis disekitarnya.

Tenggara menatap Bening.

"Anggep aja angin lewat," ucap Tenggara, setelah itu Tenggara segera menjalankan motornya meninggalkan kampus.

Hanya butuh waktu lima menit untuk Tenggara sampai di restoran, keduanya segera masuk ke dalam restoran dan memesan menu masing-masing.

Lantas Tenggara dan Bening menunggu pesanannya di meja yang sudah disediakan.

"Kak lo nggak masalah temenan sama gue?" Bening bertanya tiba-tiba.

"Kenapa emang?" tanya Tenggara.

"Ya barusan lo denger kan, anak-anak kampus bicarain gue."

"Itu pilihan gue Bening, gue bebas milih siapapun yang jadi temen gue," Tenggara menjawab seraya menatap Bening.

"Jangan di dengerin, karena omongan mereka nggak bener," ucap Tenggara seraya mengacak rambut Bening pelan.

Bening terdiam karena perlakuan Tenggara barusan.

"Kak rambut gue berantakan," protes Bening.

"Cuma rambut yang berantakan, asalkan jangan hati lo yang berantakan," Tenggara berbicara dengan entengnya.

Bening lagi-lagi memasang wajah kesalnya kepada Tenggara.

"Tadi di perpustakaan gue bilang jangan pergi malah pergi," ujar Tenggara.

"Kak cewek lo udah mau marah sama gue, lo liat sendiri kan, dan sialnya sekarang gue ada disini sama lo berdua doang, kalau cewek lo mikir aneh-aneh gimana, gue nggak mau ya kena semprot," Bening mengucapkannya secepat kilat.

"Dia bukan cewek gue," jelas Tenggara.

"Gue emang dijodohin sama dia, tapi gue nolak mentah-mentah," cerita Tenggara.

"Beneran dijodohin?" tanya Bening penasaran.

"Iyaa perjodohan bisnis," jelas Tenggara lagi.

"Kegiatan orang kaya emang beneran beda," ucap Bening sedikit terheran.

"Lo nggak nanya alasan gue nolak perjodohan?" tanya Tenggara.

"Emang gue harus nanya?" Bening bertanya balik.

Tenggara tertawa pelan.

"Nggak juga."

"Kenapa nolak?" tanya Bening pada akhirnya, hal itu malah membuat Tenggara tertawa kecil.

"Dia bukan tipe gue."

"Padahal yang tadi cantik."

"Cantik wajahnya kan? Belum tentu hatinya," ujar Tenggara.

"Gue udah sering dijodohin kayak gini Bening, bahkan udah keberapa kali gue udah lupa, selama ini gue nolak mentah-mentah permintaan orangtua gue, karena mereka terlalu egois,"

"Kak tapi ada kalanya mereka juga mau yang terbaik buat kakak, nggak selamanya yang mereka lakuin itu salah," ucap Bening sangat hati-hati.

Tenggara tersenyum menatap Bening.

"Gue tau."

Bersambung

****

Salam

#Author

Jangan lupa vote dan komentarnya guys☺️☺️☺️

Angkat tangan dong yang udah baca Waktu dan Tenggara versi AU di Instagram @ceritaeldelafimeta

Makasih yaaaa sudah membaca😍😍😍

Spam next disini yaaaaa

SEMOGA HARI KALIAN MENYENANGKAN

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro