Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

7. Waktu dan Tenggara


Halooooo haloooo👋👋

Siapa nih yang udah nungguin aku update

Absen dulu dong guys😁😁😁

Happy reading

****

Tenggara baru saja membuka matanya setelah bangun tidur, dia menatap langit-langit kamar, tidak lama kemudian dia menatap jam dinding yang menunjukkan pukul lima pagi itu.

Tenggara menghela napasnya pelan dia merasa hari ini adalah hari sial bagi dirinya, karena Papa dan Mamanya mengadakan acara makan malam bersama rekan kerjanya dan dia harus turut serta, padahal yang kemarin saja Tenggara sengaja tidak hadir dan sekarang orangtuanya mengadakan acara makan malam kembali, bukankah itu sangat menyebalkan.

Tenggara tidak tertarik dengan hal seperti ini karena ujung-ujungnya pembicaraan orangtuanya tidak jauh dari kata perjodohan. Dari sekian banyaknya kandidat yang di kenalkan tidak ada satupun yang membuat Tenggara tertarik.

Tenggara akan mencari sendiri pasangannya, seseorang yang benar-benar dia cintai dengan tulus, bukan seseorang yang terpaksa harus dia cintai.

Helaan napas keluar dari mulut Tenggara, tidak lama kemudian dia mengubah posisinya menjadi duduk, lantas Tenggara beranjak dari tempat tidurnya dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badannya.

Beberapa menit berlalu Tenggara dia sudah selesai mandi, dan dia sudah rapi dengan pakaian santainya.

Tenggara mengambil ponselnya, dia tersenyum tipis saat menatap notifikasi dari Instagram, Bening mengikuti Instagramnya.

Setelah itu Tenggara memutuskan untuk keluar kamarnya, dia berjalan ke arah dapur dan mengambil air minum di kulkas.

"Tenggara,"

Tenggara menoleh menatap seseorang yang memanggilnya, dan ternyata mamanya yang masih menggunakan pakaian tidur.

"Pagi Ma," sapa Tenggara dengan nada yang cukup datar.

"Hmm pagi," jawab Mama Tenggara seraya mengambil air minum yang ada di meja makan.

"Nanti jangan lupa di restoran delima pukul delapan malam," ucap Mama Tenggara.

"Maaf aku ada urusan Ma," tolak Tenggara seraya beranjak dari tempatnya, tapi Mamanya menahan lengan Tenggara.

"Sekali ini saja, jika kamu cocok kita bisa lanjutkan, jika tidak terserah kamu," setelah mengucapkan hal itu Mama Tenggara beranjak dari tempatnya, sedangkan Tenggara dia menghela napasnya sangat pelan.

••••

Tenggara menatap layar komputer di depannya itu, tangannya sedari tadi lincah memegang mouse dan bermain di atas keyboard, tatapannya sangat fokus, saat ini Tenggara tengah mengedit video yang harus dia unggah di YouTube channel miliknya, sudah terhitung dua jam Tenggara duduk di depan komputer.

Tenggara meregangkan otot-ototnya, dia menatap jam sudah menunjukkan pukul dua siang, akhirnya pekerjaannya selesai juga, dan nanti malam jadwalnya untuk mengunggah video yang sudah selesai dia edit.

Tenggara memutar hasil video hasil editannya sampai selesai.

"Udah oke," gumam Tenggara, setelah itu Tenggara segera mematikan komputernya dan memutuskan untuk keluar mencari angin segar.

Tenggara membawa kunci motornya dan pergi ke garasi rumah untuk mengambil motor.

Tenggara menjalankan motornya meninggalkan pekarangan rumahnya, dan mencari Kafe untuk dia nongkrong, tiba-tiba saja dipikiran Tenggara terlintas Kafe tempat Bening kerja, entahlah Tenggara ingin melihat Bening, memang Tenggara sudah gila sepertinya, karena dari kemarin dipikirkannya selalu tertuju kepada Bening, bukan berarti Tenggara suka dengan Bening, belum ada hal seperti itu di hatinya hanya saja Tenggara merasa nyaman jika bersama Bening, karena sepertinya Bening cocok untuk menjadi teman ngobrol.

Sebenernya jarak Kafe dari rumahnya lumayan jauh, tapi Tenggara tidak masalah karena hal itu.

Setengah jam kemudian Tenggara sudah sampai di Kafe tempat Bening kerja, Tenggara memarkirkan motornya dan masuk ke dalam Kafe.

"Selamat datang kak, mau pesan ap...

"Apa?" sambungannya.

"Ketemu lagi," ucap Tenggara seraya tersenyum.

Bening memutar bola matanya malas saat melihat Tenggara.

"Jangan jutek-jutek, pelanggan adalah raja," ucap Tenggara menahan tawanya.

"Mau pesan apa kak?" tanya Bening seraya tersenyum tidak ikhlas.

"Gue mau cappucino satu, sama cheese cake," jawab Tenggara.

"Totalnya enam puluh ribu rupiah," ucap Bening.

Tenggara mengeluarkan dompetnya dan memberikan uang seratus ribu kepada Bening.

Bening mengambilkan kembaliannya kepada Tenggara.

"Silahkan di tunggu," ucap Bening seraya memberikan nomor bangku kepada Tenggara.

"Yang cepet ya gue haus," ucap Tenggara.

"Hmm," jawab Bening jutek.

Tenggara terkekeh pelan, dia lantas beranjak dari depan Bening.

Septi yang melihat itu langsung mendekat ke arah Bening.

"Bening bukannya itu yang nyanyi bareng lo, kok lo bisa akrab sih,"

"Gue satu kampus," jawab Bening.

"Kayaknya dia naksir lo deh" ucap Septi terkikik pelan.

"Ngawur, mana ada,"

"Ck ya bisa aja, btw ganteng banget, cocok kayaknya sama lo," ledek Septi lagi.

"Sep mending lo buatin pesenan dia deh, atau mau gue timpuk?" ancam Bening sedangkan Septi malah tertawa.

Sepertinya Bening sangat sebal karena ucapannya barusan.

••••

Sudah satu jam lamanya Tenggara berada di Kafe, sedari tadi dia hanya bermain ponsel, dan tentunya dia melihat Bening yang sangat sibuk dengan pekerjaannya itu.

Tenggara segera menghabiskan minumannya, dia sedikit bingung ketika tidak melihat Bening, Tenggara mengabaikan hal itu karena sepertinya Bening memang sibuk, dia segera membereskan barang-barangnya dan memutuskan untuk pulang.

Di depan Kafe Tenggara berhenti sebentar menatap langit yang sangat mendung, sepertinya hujan akan segera turun, Tenggara segera menuju ke motornya, baru saja dia akan menaiki motornya dia melihat Bening yang baru saja keluar Kafe.

Bening menatap Tenggara, tanpa sadar Bening menghela napasnya pelan, dia segera menuju motornya dan kebetulan sekali motornya berada di samping Tenggara.

Ponsel Tenggara tiba-tiba berbunyi, Tenggara menatap panggilan itu yang ternyata dari Caraka.

Tenggara segera mengangkat panggilan itu.

Sedangkan Bening dia tidak berminat untuk berbicara dengan Tenggara, dia segera mengambil motornya, dan saat mencoba menyalakan motornya Bening mengernyit ketika motornya tidak bisa dinyalakan, beberapa kali dia mencoba tapi tetap gagal.

Tenggara mengakhiri panggilan telepon dari Caraka, dia lantas menatap Bening.

"Motor lo kenapa?" tanya Tenggara.

Bening menatap Tenggara.

"Nggak bisa nyala," jawab Bening dengan raut khawatir.

"Sini coba," ucap Tenggara.

Bening menatap Tenggara, dia segera turun dari motor, Tenggara mencoba menyalakan kembali motor Bening dan memang tidak bisa.

"Kayaknya emang mogok," ucap Tenggara.

"Mau bareng gue?"

"Hah?!" Bening terkejut dengan ucapan Tenggara.

"Nggak kak gue bisa pesen ojek online," ucap Bening dengan cepat langsung mengeluarkan ponselnya, dan tiba-tiba ponselnya langsung mati.

"Mau hujan, bareng gue aja nggak masalah," ucap Tenggara yang melihat ponsel Bening mati.

Bening menatap Tenggara.

"Nggak kak makasih, gue bareng temen gue aja," jawab Bening cepat.

"Bening gue duluan!!" teriak seseorang dan menjalankan motornya.

"Septiiiii!! Gue barenggg!!" teriak Bening, tapi ternyata Septi tidak mendengar hal itu, seketika Tenggara langsung tertawa pelan.

"Kayaknya lo emang harus bareng sama gue,"

Bening menghela napasnya pelan, Bening tampak berpikir sebentar

"Ya udah oke,"

Tenggara tersenyum.

"Bentar gue titip motornya ke temen gue dulu,"

Tenggara menganggukkan kepalanya, sedangkan Bening segera masuk ke dalam Kafe untuk memberitahukan ke temannya.

Tidak lama kemudian Bening keluar dari Kafe dia menghampiri Tenggara yang sudah menaiki motornya.

Sebenernya Bening sangat ragu menaiki motor Tenggara.

"Bening kenapa berdiri terus buruan naik," ucap Tenggara seraya menatap Bening.

"Iya," jawab Bening singkat dan segera menaiki motor Tenggara.

"Udah," jawab Bening.

Tenggara menyalakan motornya dia segera menjalankannya meninggalkan Kafe, di perjalanan tidak ada pembicaraan apapun, Bening hanya memberi tahu alamat rumahnya kepada Tenggara.

"Pegangan gue mau ngebut," ucap Tenggara karena menatap langit yang sebentar lagi akan hujan itu.

"Hah apa?!" tanya Bening tidak mendengar ucapan Tenggara.

Tenggara tiba-tiba saja menarik tangan Bening dan melingkarkannya di pinggangnya, seketika Bening langsung terkejut.

"Gue mau ngebut, kalau lo nggak mau jatuh pegangan," ucap Tenggara.

Bening dengan cepat melepaskan tangannya dari pinggang Tenggara dan memegang pundak Tenggara.

Sedangkan Tenggara hampir saja tertawa, karena melihat ekspresi Bening dari spion yang sepertinya terkejut itu, Tenggara membiarkan Bening memegang pundaknya.

Sedangkan Bening diam-diam dia merasa gugup karena apa yang dilakukan Tenggara barusan, tetapi Bening juga diam-diam mengumpat kepada Tenggara karena menarik tangannya hingga membuat dirinya terkejut.

Tiba-tiba saja hujan turun begitu derasnya, karena hal itu Tenggara segera mencari tempat untuk meneduh, dan keduanya saat ini berada di depan toko yang sudah tutup itu.

"Berhenti dulu gue cuma bawa jas hujan satu," jawab Tenggara.

"Lo bisa pakek gue nggak usah," kata Bening seraya menatap Tenggara.

"Nggak usah, lagian lo bisa sakit kalau nggak pakai jas hujan," Tenggara berbicara tanpa menatap Bening.

Bening terdiam dia mengalihkan pandangannya menatap tetes-tetes air hujan yang membasahi bumi itu, tanpa sadar tangan Bening mengusap pelan lengannya, Tenggara yang kebetulan melihat itu melepaskan jaketnya.

"Lo bisa pakai jaket gue," ucap Tenggara seraya memberikan jaketnya kepada Bening.

"Eh nggak usah," tolak Bening.

"Lo bisa kedinginan,"

"Lo juga bisa kedinginan," Bening berucap seperti itu berharap Tenggara tidak memberikan jaketnya, Tapi ternyata salah karena Tenggara langsung memakaikan jaket itu di pundak Bening seraya berkata "Gue tahan dingin,"

Bening terdiam beberapa saat dan pada akhirnya dia mengucapkan terimakasih kepada Tenggara.

Setelah itu tidak ada pembicaraan lagi, yang terdengar hanyalah suara hujan yang turun membasahi bumi.

"Cowok yang beberapa hari lalu gue hajar, siapa lo?" tanya Tenggara tiba-tiba.

Bening menatap Tenggara "Mantan gue,"

"Bisa bisanya lo pacaran sama cowok brengsek," gumam Tenggara.

"Sebelumnya gue belum tau kelakuan dia," jawab Bening.

"Lo masih suka?" tanya Tenggara tiba-tiba.

"Enggak,"

"Baguslah, seandainya lo masih suka kayaknya lo harus di bawa kerumah sakit jiwa,"

Bening menatap Tenggara secepat kilat.

"Omongan lo emang ada benernya kak, tapi ngeselin banget,"

Tenggara tertawa pelan.

"Btw makasih karena selama ini lo udah nolongin gue diwaktu yang bener-bener tepat, meskipun kadang lo ngeselin, tapi gue bener-bener mau bilang makasih," ucap Bening.

Tenggara terdiam dia menatap Bening.

"Emang gue ngeselin?" tanya Tenggara.

"Banget," jawab Bening seraya memutar bola matanya malas.

"Hahahahah," Tenggara tertawa dengan lepas, sedangkan Bening diam-diam merasakan sesuatu yang aneh ketika menatap Tenggara yang sedang tertawa.

Bersambung

****

Salam

#Author.

Spam komen yukkk☺️☺️☺️, minimal tembus 200 deh 😆

Makasih ya guys udah baca

SEMOGA HARI KALIAN MENYENANGKAN

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro