Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

4. Waktu dan Tenggara

Hai haii haiii☺️☺️

Masih semangat buat baca chapter selanjutnya kan guys??

Kalau masih semangat yukkk langsung baca sajaaa🥰

Happy reading....

***

Tenggara baru saja tiba di rumah setelah pulang latihan bersama anak Aspire, saat ini dia tengah memarkirkan mobilnya di garasi, lantas Tenggara berjalan memasuki rumah.

"Den Tenggara, kemana aja sih Den tiga hari nggak pulang-pulang, Bapak sama Ibuk marah-marah terus, Bibi jadi khawatir sama Den Tenggara nggak ada kabar," ucap Bi Retno saat melihat Tenggara memasuki rumah.

Tenggara tersenyum kepada Bi Retno, dia menyalami tangan Bi Retno.

"Tenggara ada urusan Bi makannya nggak pulang," jawab Tenggara.

"Lain kali jangan nggak pulang gitu kalau ngga ngabarin Ya Den," ucap Bi Retno.

"Iya Bi lain kali Tenggara bilang dulu sama Bibi," ucap Tenggara seraya terkekeh pelan, Bi Retno itu sudah bekerja di rumah ini sejak Tenggara masih berumur empat tahun, karena itu Tenggara sangat akrab dengan Bi Retno dan sudah menganggapnya seperti keluarganya sendiri.

"Ya sudah sekarang istirahat dulu, bibi siapkan makan," ucap Bi Retno, Tenggara menganggukkan kepalanya.

"Bi Papa sama Mama kemana?" Tanya Tenggara.

"Bapak lagi ke Surabaya, kalau Ibu dari tadi pagi sudah keluar katanya arisan sama temennya," jelas Bi Retno.

Tenggara menganggukkan kepalanya mengerti, dia segera pamit kepada Bi Retno dan menuju ke kamarnya.

Mood Tenggara sepertinya sangat baik, karena mendengar kedua orangtuanya sedang keluar, setidaknya Tenggara tidak merasa risih karena pertengkaran orangtuanya, dan juga omelan-omelan yang mereka tujukan kepada dirinya.

Tenggara memilih membersihkan badannya.

••••

Selesai membersihkan badannya, Tenggara langsung berganti dengan pakaian santai, Tenggara mengambil ponselnya dan membawanya keluar kamar, karena Bi Retno sudah menyiapkannya makan.

Saat menuruni tangga, Tenggara menghentikan langkahnya, karena dia melihat Mamanya yang tengah berada di meja makan, karena hal itu Tenggara memutuskan untuk naik kembali, tapi langkahnya terhenti karena ucapan Mamanya.

"Tenggara sini kamu," ucap Mama Tenggara.

Tenggara membalikkan badannya lantas menatap mamanya.

"Tenggara masih ada urusan Ma," jawab Tenggara benar-benar cuek.

"Mama bilang ke sini," ucap Mama Tenggara memperjelas.

Tenggara menghela napasnya kasar dia melanjutkan langkahnya untuk menuju meja makan, dan duduk di depan Mamanya.

"Makan dulu nanti Mama mau bicara sama kamu," ucap Mama Tenggara seraya menyodorkan piring yang berisi makanan.

"Tenggara nggak laper Ma, bicara aja langsung bisa kan," ucap Tenggara seraya menggeser makanan itu.

Mama Tenggara menatap Tenggara.

"Makan Tenggara, Mama tadi beli makanan ini di luar," ucap Mama Tenggara.

Tenggara menatap sepiring nasi itu yang sudah di ambilkan oleh Mamanya, tiba-tiba saja Tenggara terkekeh pelan.

"Bahkan Mama sendiri lupa kalau aku alergi udang, udah jelaskan kalau selama ini Mama terlalu egois, bahkan hal kecil kayak gini aja lupa, atau emang nggak tau Ma," sindir Tenggara, karena Tenggara memang memiliki alergi terhadap udang.

Mama Tenggara terdiam.

"Bi Retno ganti makanan Tenggara dengan masakan Bibi saja," ucap Mama Tenggara.

"Baik buk," ucap Bi Retno mengambil piring Tenggara.

"Tenggara kamu tau kan selama ini Mama sibuk, jadi Mama nggak sempet buat mikirin hal seperti ini, jadi wajar kalau Mama nggak tau," ucap Mama Tenggara.

Tenggara menatap Mamanya.

" Aku udah nggak kaget Ma kalau Mama selalu mementingkan diri Mama sendiri, Mama pikir aku bahagia gitu meskipun Mama sama Papa kaya raya, buat apa Ma punya segalanya tapi nggak ada kasih sayang di keluarga ini," ucap Tenggara dalam satu kali tarikan.

"Susah jadi orangtua Tenggara, nggak seperti apa yang kamu bayangkan, jadi kamu jangan bilang sembarangan," ucap Mama Tenggara menekankan setiap inci katanya.

"Terserah Mama,Mama nggak akan pernah ngerti," ucap Tenggara memilih beranjak dari tempat duduknya, dan memilih kembali ke kamarnya.

••••

Di kediaman Bening.

"Bunda Ayah Bening pulang," ucap Bening seraya memasuki rumah sederhana dengan cat tembok yang hampir mengelupas itu, beberapa genteng sudah terlihat sangat usang karena sudah termakan waktu itu, dan jangan lupakan pintu yang sedikit susah untuk dibuka itu.

"Bunda di dapur Bening," ucap sang Bunda menyahuti.

Bening segera menuju dapur.

"Bun aku tadi beli kue, enak banget," ucap Bening seraya menyalami tangan Bundanya.

"Enaknya kayak apa sih, kok kayaknya suka banget," ucap Bunda Bening seraya tersenyum.

"Biasa aja si Bun sebenarnya," ucap Bening membuat Bundanya tertawa.

"Oh ya Ayah mana Bun?" tanya Bening.

"Ayah kamu masih di bengkel," jawab Bunda Bening yang di angguki Bening.

Bening memang terlahir dari keluarga sederhana, Ayahnya hanyalah seorang karyawan bengkel, sedangkan Bundanya hanya ibu rumah tangga biasa, Bening bisa kuliah di kampus swasta itu karena biayanya di tanggung oleh adik Bunda Bening yang sudah menganggap Bening sebagai anaknya sendiri, karena itu Bening bisa kuliah, tetapi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari Bening juga bekerja di sebuah Kafe, Bening selalu berusaha yang terbaik untuk pendidikannya, dia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini, Bening berharap suatu hari nanti dia bisa menjadi seorang designer.

••••

Bening saat ini tengah mempersiapkan makan bersama Bundanya, karena sebentar lagi Ayahnya akan pulang dari kerja.

"Bening bentar lagi kamu berangkat kerja ya?" tanya Bunda Bening.

"Iya Bun, setengah jam lagi," jawab Bening.

"Waahh masak apa tuh, Ayah sudah lapar sekali ini," ucap seseorang baru saja memasuki rumah.

"Ayah," ucap Bening seraya tersenyum menatap Ayahnya, sedangkan Bunda Bening hanya tersenyum tipis.

"Ayah tangannya kotor, mandi dulu sana," ucap Bunda Bening saat Ayah Bening mengambil gorengan yang berada di atas meja.

Hal itu membuat Bening tertawa.

"Bunda kamu galak banget," ucap Ayah Bening seraya tertawa.

Begitu juga dengan Bening.

Ponsel Bening tiba-tiba berbunyi, karena hal itu Bening menghentikan kegiatannya dan melihat notifikasi itu, ternyata Bos di Kafe tempat dia bekerja yang menghubungi.

Kak Winda: Bening kamu berangkat sekarang bisa nggak? Karena Kafe lagi kekurangan staff nih, nanti aku kasih tambahan gaji.

Bening: Iya kak, aku siap-siap dulu.

"Siapa Bening?" tanya Bunda Bening.

"Bun Yah Bening nggak bisa makan dirumah dulu, ini disuruh berangkat ke Kafe sekarang," ucap Bening.

"Yaudah kalau gitu, sana siap-siap," ucap Bunda Bening yang di angguki Bening.

"Nanti jangan lupa makan," ucap Ayah Bening.

"Iya Ayah," jawab Bening.

Bening segera pergi ke kamarnya, dia mengganti pakaiannya, lantas segera mengambil tas dan dompetnya, setelah itu Bening segera bersiap-siap berangkat.

"Bun Yah, Bening berangkat," ucap Bening menyalami tangan Ayah dan Bundanya bergantian.

"Hati-hati ya," ucap Ayah Bening.

"Jangan ngebut," ucap Bunda Bening.

"Siapp," setelah itu Bening segera beranjak dari tempatnya.

Bening mengambil motornya dan mengendarainya meninggalkan rumah

Sepuluh menit kemudian.

Bening sudah sampai di Kafe tempatnya bekerja, dia segera masuk Kafe, dan memang disana sangat banyak pelanggan.

Bening langsung masuk ketempat ganti dan mengganti pakaiannya, setelah itu Bening langsung bergabung dengan temannya.

"Gila kuwalahan gue, untung lo dateng," ucap Septi teman Bening.

"Hmm barusan Kak Winda chat gue suruh kesini," ucap Bening.

Bening segera menjalankan pekerjaannya, dia segera membuat pesanan beberapa orang yang sudah mengantri itu.

Dan rasanya benar-benar seperti dikejar oleh sesuatu, karena Bening harus cepat-cepat membuatkan pesanan, karena jika tidak pasti ada saja yang komplain.

••••

Bening terduduk begitu lemasnya bersama Septi setelah pelanggan sudah mulai longgar.

"Bener-bener kerja rodi kita," ucap Septi.

"Nih minum," ucap Farhan, memberikan dua botol air mineral dingin kepada Septi dan Bening.

"Makasih Han," ucap Bening begitu juga dengan Septi.

"Masih lama ya pulangnya, gue encok banget rasanya," ucap Septi.

"Kurang tiga jam," ucap Bening, hal itu membuat Septi menghela napasnya pelan, sedangkan Farhan dia malah tersenyum tipis.

"Mumpung masih sepi enakin aja lo berdua istirahat," ucap Farhan.

Bening berdiri begitu juga dengan Septi.

"Takut banget gue, ada cctv tuh," ucap Bening.

"Nah emang galak bener bos kita yang cowok beda sama Kak Winda yang sabar banget mana sering ngasih bonus," ucap Septi.

"Dilarang ghibah man teman," ucap Edo yang baru saja datang.

"Tapi bener kan Do apa kata gue," ucap Septi.

"Seratus persen bener," ucap Edo seraya tertawa.

"Bening kata Kak Wina lo disuruh gantiin orang yang mau nyanyi di Kafe ini, orangnya ga bisa Dateng," ucap Farhan yang baru saja melihat pesan dari ponselnya.

"Hah sekarang?" tanya Bening.

"Taun depan," jawab Farhan.

"Ya sekarang Bening," ucap Farhan.

Bening berdecak pelan, dia segera melepas apron yang sedang dia pakai.

"Artis kita nih," ucap Septi.

"Kiw kiw," ucap Edo.

"Jamet lo semua," ucap Bening seraya tertawa.

Bening melangkahkan kakinya ke panggung kecil yang ada di dalam Kafe.

Bening mengambil microfond.

"Halo selamat malam semuanya,"

"Malammmm," sapa pengunjung Kafe ramai.

"Oke jadi alasan gue berdiri disini, mau nyanyi sebuah lagu, kayaknya gue butuh partner buat nyanyi, ada yang mau?" tanya Bening.

Tidak jauh dari tempat Bening berdiri, ada seseorang lelaki yang tengah duduk sendiri, dia adalah Tenggara, Tenggara sedari tadi memang sudah berada di Kafe ini dan dia baru tau jika gadis yang dia pinjami jaket kemarin bekerja di sini, entah kenapa Tenggara tiba-tiba penasaran, tanpa menunggu waktu lama Tenggara mengangkat tangannya, sontak semua orang yang ada di sana bersorak sangat antusias.

Dan Bening? Tatapannya langsung tertuju ke arah Tenggara.

Tenggara berdiri dari tempatnya dan segera beranjak ke depan.

Para penonton sudah banyak yang bersorak, karena beberapa dari mereka ada yang tau siapa itu Tenggara.

Tenggara mengambil microfond yang ada di depannya.

"Hai semua gue Tenggara,"ucap Tenggara langsung membuat para pengunjung heboh.

"Hari ini gue nemenin...." ucap Tenggara menatap Bening.

"Bening," jawab Bening.

"Nemenin Bening buat nyanyi, jadi enaknya kita nyanyi lagu apa malam hari ini?" ucap Tenggara seraya menatap Bening.

"Melukis Senja Budi Doremi," ucap Bening, entah kenapa dia tiba-tiba gugup, tidak biasanya dia seperti ini.

"Oke jadi lagu malam hari ini Melukis Senja, Budi Doremi," ucap Tenggara lagi-lagi membuat sorak penonton terdengar.

"Mau sambil pakai gitar?" tanya Tenggara kepada Bening.

"Boleh," jawab Bening, Tenggara menganggukkan kepalanya dia mengambil Gitar yang tidak jauh dari tempatnya dan segera duduk di kursi begitu juga dengan Bening.

Sontak semua yang ada disana bersorak sangat heboh, ketika suara petikan gitar mulai terdengar.

Tenggara menyanyikan bagian pertamanya

Aku mengerti perjalanan hidup yang kini kau lalui

Ku berharap meski berat kau tak merasa sendiri

Kau telah berjuang menaklukan hari-hari mu yang tak mudah

Biar ku menemanimu membasuh lelah mu..

Izinkan ku lukis senja......

Mengukir namamu di sana

Mendengar kamu bercerita

Menangis tertawa

Biar ku lukis malam

Bawa kamu bintang-bintang

Tuk temanimu yang terluka

Hingga kau bahagia

Tenggara menatap Bening sambil terus memetik gitarnya, dan sekarang Bening mulai bernyanyi.

Aku disini walau letih coba lagi jangan berhenti

Ku berharap meski berat kau tak merasa sendiri

Kau telah berjuang menaklukan hari-hari mu yang tak indah

Biar ku menemanimu membasuh lelah mu

Keduanya saling bersautan membuat semua penonton seakan terbius dengan suara mereka.

Izinkan ku lukis senja.....

Mengukir namamu di sana

Mendengar kamu bercerita

Menangis tertawa.....

Biar ku lukis malam....

Bawa kamu bintang-bintang

Tuk temanimu yang terluka

Hingga kau bahagia hah.......

Izinkan ku lukis senja

Mengukir namamu di sana

Mendengar kamu bercerita

Menangis tertawa

Biar ku lukis malam

Bawa kamu bintang-bintang

Tuk temanimu yang terluka

Hingga kau bahagia....

Tuk temanimu yang terluka

Hingga kau bahagia.....

Setelah lagu selesai semua orang langsung bertepuk tangan dengan meriahnya, sedangkan Bening dan Tenggara seakan terbius dengan tatapan satu sama lain.

"Suara lo indah, sama seperti orangnya," ucap Tenggara.

Bersambung

****

Salam

#Author

OMG GUYS WAKTU NULIS PART MEREKA NYANYI BERDUA AKU SENYUM-SENYUM SENDIRI 😭😭

JADI PENGEN KANTONGIN TENGGARA DEH😌😌😌

JADI MENURUT KALIAN GIMANA PART INI?😍😍😍😍

SPAM NAMA TENGGARA SAMA BENING DI KOLOM KOMENTAR YAAAA

MAKASIH SUDAH MEMBACA

SEMOGA HARIMU MENYENANGKAN

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro