Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

30. Waktu dan Tenggara



Guys siap2 yaaaa kalau baca part ini🤣🤣🤣, awas jangan marah marah yaaaa🤣🤣🤣

Happy reading

***

Bening hanya diam saja di hadapan Tenggara yang duduk di depannya, tigapuluh menit yang lalu Bening mengajak Tenggara bertemu di sebuah Kafe.

"Aku minta maaf," ucap Tenggara.

Bening tersentak, dia menatap Tenggara yang bahkan menatapnya dengan tatapan teduh.

"Kak hubungan kita sampai disini aja,"

Deg

Tenggara terkejut atas apa yang di katakan Bening barusan.

"Kenapa?" tanya Tenggara.

"Kita udah nggak cocok," jawab Bening.

Tenggara benar-benar terdiam.

"Kasih aku alasan kenapa hubungan kita harus selesai sekarang?" tanya Tenggara sekali lagi.

Bening menatap Tenggara.

"Bukannya kita udah saling nyakitin ya kak, selama ini aku bener-bener tertekan kak, aku punya banyak masalah di luar hubungan kita, dan kamu malah seenaknya bilang aku berubah kak," ucap Bening.

Tenggara tersenyum paksa.

"Kalau kamu punya masalah aku juga punya masalah Bening, kamu nggak tau apa yang selama ini aku rasain, bahkan setiap kali aku mau cerita kamu selalu nggak ada di samping aku, mungkin ini kesannya aku egois karena seakan aku adu nasib sama kamu, tapi kamu harus tau Bening kalau aku butuh kamu, tapi kamu? nggak peduli sama sekali," jelas Tenggara.

Bening menatap Tenggara, dia Mahan air matanya yang hampir keluar.

"Hubungan kita udah nggak sehat lagi kak, kita sama sama saling nyakitin, buat apa di pertahankan," parau Bening.

Tenggara lagi-lagi memaksakan senyuman di bibirnya.

"Kamu mau kita udahan?" tanya Tenggara.

Bening meneteskan air matanya bersamaan dengan itu dia mengangguk kepalanya.

"Kalau itu yang kamu mau, aku nggak bisa buat bilang enggak Bening," ucap Tenggara dengan berat hati.

Bening meremas kuat tangannya, dia mengambil tasnya dan berdiri dari tempatnya.

"Makasih kak dan aku minta maaf," ucap Bening lantas dia pergi begitu saja meninggalkan Tenggara.

••••

Seminggu telah berlalu semenjak hubungan Bening dan Tenggara berakhir.

"Gar lo nggak papa?" tanya Aldi kepada Tenggara, wajahnya tampak pucat.

"Gue cuma kurang tidur," jawab Tenggara.

"Lo nggak nyaman sama tempat tinggal baru lo?" tanya Aldi, beberapa hari ini memang Tenggara sudah berpindah tempat tinggal karena rumahnya sudah laku terjual, banyak pikiran yang menghantui Tenggara, uang hasil menjual rumah bahkan tidak cukup untuk mengatasi masalah perusahaan, bahkan sepertinya Tenggara akan kehilangan perusahaannya sekarang.

"Nggak gitu, gue cuma banyak pikiran, gue putus sama Bening,"

Aldi tersentak karena ucapan Tenggara.

"Kenapa tiba-tiba?" tanya Aldi bingung.

"Gue udah nyakitin dia selama ini," jawab Tenggara.

Aldi diam.

"Nggak, bahkan selama ini Bening nggak peduli sama lo Gar, lo tau itu," ujar Aldi.

"Jangan nyalahin Bening Al, emang disini gue yang salah," Jelas Tenggara.

Aldi rasanya tidak percaya dengan apa yang Tenggara ucapkan barusan.

"Selanjutnya lo mau gimana?" tanya Aldi.

"Liat aja nanti," ujar Tenggara.

Aldi menganggukkan kepalanya mengerti.

"Gue kayaknya harus pulang Gar," ucap Aldi.

"Okee, lo hati-hati," ujar Tenggara yang di angguki Aldi.

Sepeninggal Aldi Tenggara memilih membuka ponselnya, hal pertama yang dia lihat adalah foto Bening yang terpasang sebagai wallpaper, Tenggara menghela napasnya pelan, sudah tidak ada yang bisa dia lakukan sekarang.

Notifikasi panggilan tiba-tiba muncul dan ternyata itu dari Kaina, Tenggara segera mengangkat panggilan tersebut.

"Halo Na," ucap Tenggara.

"Bener rumah kamu udah di jual? Aku kaget waktu ART aku bilang Gar," ucap Kaina.

Tenggara tersenyum tipis.

"Iy Na itu bener, sekarang gue udah pindah rumah," jawab Tenggara.

"Di mana?" tanya Tenggara.

"Di kosan deket kampus,"

"Aku kesana ada yang mau aku bicarain," ujar Kaina.

Baru saja Tenggara akan berbicara panggilan Kaina sudah berakhir.

••••

"Gar kenapa sampai harus jual rumah?" tanya Kaina yang baru saja sampai beberapa menit yang lalu.

"Itu pilihan terkahir Na," jawab Tenggara seraya tersenyum tipis.

Kaina terdiam, dia memberanikan diri untuk memegang tangan Tenggara, tentu saja hal itu membuat Tenggara terkejut.

"Gara kamu nggak papa?" tanya Kaina.

Tenggara tersenyum, dia dengan paksa menganggukkan kepalanya.

"Kamu bohong," ucap Kaina, bahkan matanya sudah berkaca-kaca, hal itu tentu saja membuat Tenggara khawatir.

"Kaina gue nggak papa," ucap Tenggara mengusap tangan Kaina pelan, karena hal itu Kaina tidak kuasa menahan air matanya.

"Pasti berat banget ya," ucap Kaina dengan suara paraunya, Tenggara terdiam sejenak dia mendekat ke arah Kaina dan memeluk gadis itu.

"Memang berat, tapi gue bisa lewati ini Na, jangan khawatir," ucap Tenggara menepuk pelan punggung Kaina.

Kaina melepaskan pelukan Tenggara.

"Kalau butuh bantuan bilang ke gue ya," ucap Kaina, Tenggara tersenyum tipis.

"Makasih ya Na, udah khawatir sama gue," Tenggara berucap dengan sungguh-sungguh.

Kaina tersenyum tipis, lantas menganggukkan kepalanya.

Tidak lama kemudian Tenggara kedatangan tamu yaitu Haris sekretaris Papa Tenggara.

"Ada apa pak Haris?" tanya Tenggara.

"Mas saya sudah tidak bisa berbuat apa-apa untuk perusahaan, situasinya benar-benar kacau, uang yang kemarin hanya cukup untuk menutupi setengah kerugian, sedangkan kita benar-benar butuh dana yang besar," jelas Haris.

Tenggara terdiam.

"Maafkan saya mas, karena tidak bisa membantu banyak,"

Tenggara menatap Haris.

"Jangan minta maaf Pak Haris, selama ini Pak Haris kan sudah bantu saya, itu sudah sangat cukup Pak," jawab Tenggara.

Haris menghembuskan napasnya sangat pelan.

"Saya sebenarnya tidak ingin berbicara seperti ini mas, solusi yang saya punya saat ini hanya satu,"

Tenggara menatap Haris.

"Apa pak Haris?" tanya Tenggara.

"Menjual perusahaan, karena jika tidak kita akan kebingungan mencari uang untuk menutupi kerugian mas,"

Tenggara menghembuskan napasnya perlahan, sepertinya dia tidak bisa berbuat apa-apa sekarang.

"Pak Haris nanti saya hubungi tentang keputusan yang akan saya lakukan," ucap Tenggara pada akhirnya, Haris mengangguk mengerti tidak lama kemudian dia berpamitan pulang kepada Tenggara.

Kaina yang masih berada di sana, sedari tadi hanya diam, dia menatap Tenggara dari kejauhan, dan sangat amat jelas jika lelaki itu memikul beban yang sangat berat di pundaknya.

"Gara," panggil Kaina.

Tenggara menatap Kaina.

"Aku bisa bantu kamu," ujar Kaina pada akhirnya.

"Aku bisa minta tolong Papa buat ngasih dana ke perusahaan kamu,"

Tenggara menatap Kaina.

"Kaina aku nggak bisa terima bantuan seperti itu, ini bukan masalah sepele," jelas Tenggara.

"Aku tau Gar,"

"Jangan lakuin apa-apa ya Na, cukup gue aja yang ada di situasi ini," jelas Tenggara.

Kaina terdiam, dia menghembuskan napasnya sangat pelan, sudah dia duga Tenggara tidak akan menerima hal ini.

••••

Kaina memasuki rumahnya dengan tergesa-gesa.

"Ma Papa mana?" tanya Kaina kepada Mamanya.

"Kaina bikin kaget Mama aja kamu," jawab Mama Kaina.

"Maaf Ma, Papa dimana ya?" tanya Kaina lagi.

"Ada di atas, bentar lagi Papa mau berangkat ke Singapore," jelas Mama Kaina, dengan cepat Kaina langsung beranjak dari tempatnya dan naik ke atas menghampiri Papanya, hal itu membuat Mama Kaina bingung akan tingkah Kaina.

Kaina mengetuk pintu kamar orangtuanya.

"Papa Kaina masuk ya," ucap Kaina.

"Iya Na masuk aja," ucap Papa Kaina.

Kaina segera membuka pintu kamar, dan dia melihat papanya sudah siap dengan kopernya.

"Pah ada hal penting yang mau Kaina bicarakan,"

"Nanti aja di telfon gimana, papa takut ketinggalan pesawat sayang," ujar Papa Kaina dengan senyuman yang melekat pada bibirnya.

"Kata papa apapun yang Kaina minta Papa bakalan ngasih itu kan?" tanya Kaina.

Papa Kaina tersenyum.

"Iya apapun, kamu mau di bawain oleh-oleh apa dari Singapore?" tanya Papa Kaina, dengan cepat Kaina menggelengkan kepalanya.

"Papa tau perusahaan milik Om Erik kan?" tanya Kaina.

"Kenapa tiba-tiba bahas itu sayang, ada yang aneh sama kamu hari ini," ucap Papa Kaina.

"Papa tau gimana keadaan perusahaannya sekarang kan?" tanya Kaina lagi.

Papa Kaina mengernyitkan dahinya.

"Kaina bisa jelasin dulu ke Papa kenapa kamu tanya tentang hal ini?" tanya Papa Kaina.

Kaina menatap Papanya.

"Papa tau kondisinya bagiamana kan?" ulang Kaina.

Papa Kaina terdiam.

"Perusahaannya sedang dalam keadaan tidak baik, saham sedang turun drastis, dan selain itu terjadi penggelapan dana disana Kaina, itu terjadi semenjak Erik dan istrinya di penjara,"

"Sekarang papa yang tanya, kenapa kamu tanya hal seperti ini?" tanya Papa Kaina.

Kaina terdiam, dia menghembuskan napasnya perlahan, dia memberanikan diri untuk berucap kepada Papanya.

"Kaina minta tolong ke Papa untuk bantu perusahaan itu," Kaina berucap dengan cepat.

"Kaina Papa bingung dengan apa yang kamu maksud,"

Kaina menatap Papanya.

"Papa tau Tenggara kan? Dia orang Kaina suka selama ini, Kaina nggak bisa liat dia hancur secara perlahan Pa," Kaina tiba-tiba saja menangis.

Papa Kaina terkejut akan apa yang di ucapkan Kaina barusan.

"Tunggu Kaina, kamu suka dengan Tenggara?" tanya Papa Kaina.

Kaina menganggukkan kepalanya, air matanya masih terus mengalir, Papa Kaina menatap Kaina dia menghapus air mata Kaina perlahan.

"Jadi Kaina minta tolong ke Papa buat bantu masalah ini sayang?" tanya Papa Kaina, Kaina menganggukkan kepalanya.

"Kaina sayang, ini nggak semudah yang kamu pikirkan nak, di tambah lagi Papa nggak bisa jika harus berurusan dengan orang yang jelas-jelas sudah melakukan kejahatan,"

"Pah Kaina mohon, satu kali ini aja Pa," ujar Kaina dengan suara paraunya.

"Kaina maafin Papa ya, Papa nggak bisa bantu kali ini, selain itu Papa harus berangkat sekarang," ujar Papa Kaina kemudian mengecup pelan kening Kaina, Kaina diam air matanya terus saja mengalir, pikirannya selalu mengarah kepada Tenggara.

Bersambung...

Jadi gimana??? Emosi nggak kalian???

Yang emosi sini absen duluu🤣🤣🤣

Pengen ngomong apa kalian ke Bening???

Spam komen yaaaaa guysss

TERIMAKASIH SEMOGA HARI KALIAN MENYENANGKAN

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro