Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

2. Waktu dan Tenggara


Haiii gimana kabar kalian? Baik kan?

Sudah ketagihan membaca cerita ini belum guys?

Kayaknya nggak usah panjang-panjang deh aku ngomongnya hahahhhh, langsung baca aja yaaa semogaa suka

Happy reading..

***

Tenggara baru saja tiba dirumah pukul sepuluh malam, dia langsung memarkirkan mobilnya di garasi rumah lantas segera berjalan masuk. Saat tiba di ruang tamu, Erik papa Tenggara yang akan masuk kamar menghentikan langkahnya, kemudian Erik berjalan dan menghampiri Tenggara.

Plakk

Satu tamparan lolos di pipi Tenggara, bukannya memasang ekspresi kesakitan Tenggara hanya memasang ekspresi biasa saja.

"Dari mana aja kamu Tenggara! Mama kamu tadi sudah bilang kan kalau kamu harus pulang lebih awal untuk membahas perjodohan kamu! Ini pertemuan penting!"

Tenggara menatap Erik.

"Penting buat Papa tapi nggak penting buat Tenggara," ucap Tenggara dengan ekspresi datarnya.

"Bisa nggak sih kamu seperti anak lain yang nurut dengan orangtua!!" ucap Erik lantang.

Tenggara terkekeh pelan.

"Papa bisa nggak jadi orangtua yang nggak egois?"

"Tenggara!!!" Murka Erik, Tenggara memilih beranjak dari tempatnya begitu saja meninggalkan Erik yang sudah naik pitam itu, Tenggara memilih menuju kamarnya.

Di kamar, Tenggara langsung menonjok samsak yang terletak di dalam kamarnya, dia melampiaskam kekesalannya dengan meninju samsak itu berulang kali.

Beberapa saat kemudian Tenggara menghentikan aksinya, karena ponselnya berdering, Tenggara mengambil ponselnya lantas dia mengangkat panggilan telfon itu.

"Kenapa?" tanya Tenggara.

"Gue ada di tempat biasanya, lo mau kesini nggak?" tanya seseorang di balik telfon itu.

"Limabelas menit gue kesana," jawab Tenggara.

"Oke gue tunggu," ucapnya lantas segera mematikan telfon.

Tenggara meletakkan ponselnya, dia lantas berjalan ke arah lemari dan mengganti pakaiannya dengan kaos oblong berwarna hitam, setelah itu Tenggara mengambil kunci motor

Tenggara berjalan keluar kamar, lantas mengambil motornya yang terletak di garasi, Tenggara mengendari motornya meninggalkan rumahnya.

Di jalan, Tenggara menaiki motornya dengan kecepatan penuh, karena jujur saja pikirannya saat ini sedang sedikit kacau balau karena orangtuanya. Suara bising motor dijalanan malam hari ini sedikit membuat dirinya merasa tenang.

••••

Tenggara memarkirkan motornya di depan warung makan lesehan pinggir jalan, tempat yang selalu dia kunjungi setiap malam minggu bersama Aldi.

Saat Tenggara melepaskan helmnya seseorang berucap tidak jauh dari tempatnya, dia adalah Aldi.

"Delapan menit sepuluh detik, lo naik motor apa naik jet," ucapnya menyindir Tenggara, karena tiba dengan cepat di tempat.

"Gue bisa lebih cepet, tapi nyawa gue amat sangat berharga buat calon bini gue di masa depan," ucap Tenggara seraya berjalan ke arah Aldi dan menyomot satu tusuk sate yang ada di meja.

"Dateng-dateng langsung makan aja ya lu," ucap Aldi.

Tenggara membuang tusuk sate itu di tempat sampah.

"Tuh baca tulisannya apa TEMPAT MAKAN, berarti ya buat makan, kalau buat boker beda lagi ceritanya," ucap Tenggara, sedang Aldi dia sibuk komat-kamit mengatai Tenggara yang super menyebalkan.

"Pak Ucup pecel lele satu," ucap Tenggara.

"Pakek lele nggak?" tanya Pak Ucup yang memang suka bercanda itu.

"Sekalian nggak usah pekek nasi pak, piring aja udah kenyang ntar saya makan" ucap Tenggara membuat Pak Ucup tertawa.

"Bibir lo kenapa? Gue tebak habis perang sama Bokap lo," ucap Aldi.

"Nanya-nanya sendiri jawab-jawab sendiri nggak jelas lo," ucap Tenggara.

"Tapi bener kan tebakan gue?" tanya Aldi.

"Ya seperti biasa jadi tidak perlu anda perjelas, bokap saya memang seperti macan," ucap Tenggara membuat Aldi tertawa.

"Drama apalagi?" tanya Aldi.

"Nanya mulu lo kayak dora," ucap Tenggara.

"Gila lu ye, pengen gue tampol juga lama lama muka elu!" ucap Aldi sudah sangat emosi dengan Tenggara.

"Nih pesanannya, ada nasi ada piring ada lelenya juga paket komplit," ucap Pak Ucup.

"Pak Ucup bilangin nih anak tiri Pak Ucup ngeselin banget jadi orang," ucap Aldi.

"Sejak kapan gue jadi anak tiri Pak Ucup," ucap Tenggara.

"Duh gapapa mas kalau ngeselin nanti tinggal di lempar aja sama meja, saya ikhlas," ucap Pak Ucup dengan tawa khasnya, begitu juga dengan Aldi yang malah ikut tertawa.

"Ya sudah mangga di makan, saya mau kebelakang dulu," pamit Pak Ucup.

"Makasih pak," jawab Tenggara.

Sepeninggal Pak Ucup Tenggara memilih memakan makanannya, tapi sebelum itu dia berucap.

"Gue mau di jodohin lagi, tadi gue sengaja nggak dateng di acara makan malem, makannya bokap gue kdrt ke gue," ucap Tenggara.

"Seharusnya lo kdrt balik, bego sih elunya," ucap Aldi.

"Serah deh serah lo Al gue laper awas aja kalau lo bicara," ucap Tenggara sedangkan Aldi tertawa saja, dia membiarkan Tenggara menikmati sepiring pecel lele itu dengan tenang dan damai.

••••

Jam menunjukkan pukul dua belas malam, Tenggara dan juga Aldi sudah bersiap untuk pulang, tapi ada pemandangan yang menarik di sekitar mereka, seorang gadis yang bertengkar dengan lelaki tidak jauh dari tempatnya.

"Bukannya itu Bening ya Ga?" tanya Aldi.

"Ya mana gue tau siapa Bening," jawab Tenggara seraya menaiki motornya.

"Cewek yang lo pinjemin jaket, tuh liat," ucap Aldi menunjuk ke arah sebrang jalan, karena ucapan Aldi Tenggara sedikit penasaran akan hal itu.

Dan memang benar tidak jauh dari sana ada Bening yang sedang adu cekcok dengan sang pacar.

"Gila lo ya! Selama ini nipu gue!" Ucap Bening menunjuk Rio.

"Sayang aku kan udah minta maaf apa salahnya buat maafin aku," ucap Rio seraya memegang bahu Bening tapi dengan cepat Bening menepis tangan Rio.

"Bangsat banget sih lo jadi cowok!" ucap Bening lagi.

"Kita putus!" ucap Bening beranjak dari tempatnya.

Tapi baru saja Bening berjalan Rio memegang tangan Bening dengan kuat.

"Bening gue udah sabar ya ngadepin lo, tapi lo malah semena-mena sama gue sekarang," ucap Rio menekan lengan Bening.

"Lo kayaknya butuh kaca, mau gue beliin?!" tanya Bening.

"Cowok sialan lepasin gue!" ucap Bening berusaha melepaskan tangan Rio.

Rio tersenyum, dia melepaskan tangan Bening, tapi tiba-tiba.

Kraakkk

Baju Bening di tarik oleh Rio hingga sobek dan memperlihatkan kulit mulusnya.

Tenggara dan Aldi saling tatap tapan.

"Tolongin anjing anak orang!" ucap Tenggara ingin turun dari motornya begitu juga dengan Aldi tapi tiba-tiba langkah keduanya terhenti.

Bugh

"Anjingg lo Riooo!!! Bangsat lo mau aneh-aneh sama gue !!! Teriak Bening seraya menonjok hidung Rio hingga lelaki itu tersungkur di jalan.

Bening menarik kerah baju Rio.

Bugh

Satu pukulan melayang lagi ke wajah Rio.

"Buat cowok tolol kayal lo!" ucap Bening setelah itu berjalan meninggalkan Rio yang memgumpat karena hidungnya mengeluarkan darah.

Tenggara dan Aldi seketika terdiam seribu bahasa karena melihat apa yang di lakukan Bening barusan.

"Ga kayaknya barusan gue liat samson hajar anak orang," ucap Aldi cengo.

"Lo juga liat kan?" tanya Aldi.

Tenggara menatap Aldi, tidak lama kemudian Tenggara menoyor lengan Aldi.

"Samson-samson mbahmu!" ucap Tenggara.

"Gue mau cabut," ucap Tenggara kemudian menyalakan motornya dan pergi meninggalkan Aldi di tempat.

"Sialan emang Tenggara," dumel Aldi juga ikut menyalakan motornya dan beranjak meninggalakan tempatnya.

Saat diperjalanan tiba-tiba Tenggara tersenyum sangat tipis di balik helm full face nya, karena kejadian beberapa menit yang lalu.

"Dasar cewek gila," ucap Tenggara.

••••

Tenggara baru saja sampai di depan rumahnya, lebih tepatnya di depan gerbang, Tenggara turun untuk membuka gerbang, tapi yang terjadi gerbang tidak bisa dibuka karena sudah di kunci.

"Den Tenggara, kenapa baru pulang sekarang den?" Pak Ihsan dibalik gerbang, Pak Ihsan adalah tukang bersih-bersih di rumah Tenggara.

"Iya pak ada urusan tadi," jawab Tenggara seraya tersenyum.

"Pak bisa bukain gerbangnya kan?" Tanya Tenggara.

"Den maaf banget, malam ini den Tenggara nggak dibolehin masuk rumah, tadi saya dipesenin Pak Erik nggak boleh dibukain gerbangnya, kalau saya bukain nanti saya dipecat den" ucap Pak Ihsan merasa tidak enak.

Tenggara terdiam sebentar.

"Oh yaudah pak kalau gitu," ucap Tenggara.

"Terus den Tenggara mau kemana sekarang?" tanya Pak Ihsan.

"Gampang pak nanti bisa di atur," jawab Tenggara seraya menaiki motornya kembali.

"Kalau gitu hati-hati ya den, maafin bapak," ucap Pak Ihsan lagi.

"Iya nggak apa-apa pak, saya pergi dulu," pamit Tenggara, Pak Ihsan mengamggukkan kepalanya setelha itu Tenggara menjalankan motornya meninggalkan rumah.

Sebenarnya Tenggara bingung saat ini akan kemana, tapi kemudiam terlintas di otaknya dia akan kemana, tempat latihan Aspire sepertinya itu tempat yang cocok untuk dia bermalam.

Di perjalanan tiba-tiba saja motor Tenggara berhenti.

"Lah jangan bilang motor gue mogok," ucap Tenggara, Tenggara mencoba menyalakan kembali motornya tapi nihol tidak bisa menyala sama sekali.

"Tong tong lu kenapa sih ah, kurang belaian nih pasti," ucap Tenggara seraya memukil spion motornya.

"Nyusahin banget lo," ucap Tenggara kemudian turun dari motornya dan mendorongnya di sepanjang jalan, berharap ada bengkel yang masih buka di malam hari ini.

"Gue tiba-tiba merinding, jangan sampai ada kuntilanak genit sama gue," ucap Tenggara lagi.

Tenggara menengok samping kanan kiri, sangat sepi, dengan cepat Tenggara mendorong motornya dengan sekuat tenaga, karena jujur saja dia merinding saat ini.

Hingga beberapa saat kemudian Tenggara bisa bernapas lega karena dia berhasil melewati tempat sepi tadi, Tenggara terus mendorong motornya hingga beberapa saat kemudian dia menemukan sebuah bengkel yang masih buka.

"Kenapa mas motornya?" tanya sang pemilil bengkel.

"Mogok bang, bisa benerin cepet nggak bang?" tanya Tenggara.

"Wah ngak bisa mastiin saya mas, saya harus cek dulu," ucapnya.

"Yaudah bang cek aja dulu," ucap Tenggara.

Pemilik bengkel itu mengangguk, dia segera membawa motor Tenggara masuk dam mengecek motornya.

"Duh ini sih lama mas soalnya harus bongkar mesin dulu," ucapnya.

"Kalau saya tinggal disini gimana pak, aman?" tanya Tenggara.

"Aman mas," jawabnya.

"Yaudah kalau gitu besok pagi saya ambil," ucap Tenggara.

"Siappp mas, kalau gitu bisa mas tinggal aja, saya mau tutup soalnya." jawabnya.

Setelah itu Tenggara segera beranjak dari tempatnya, sebelum itu Tenggara membuka ponselnya dan akan memesan ojek online tapi yang terjadi ponselnya malah mati.

"Kayaknya emang malem ini gue sial banget," ucap Tenggara, Tenggara berniat meminjam ponsel pemilik bengkel tadi tapi yang dia lihat sekarang bengkelnya sudah tutup.

"Emang gue beneran sial," ucap Tenggara seraya berjalan dan meninggalkan bengkel itu.

Di tengah malam seperti ini Tenggara harus berjalan seorang diri, di tambah sedikit gerimis membuatnya lagi-lagi sangat merinding.

"Yang bener aja gue harus olahraga malem-malem gini," dumel Tenggara.

Beberapa saat kemudian

Tenggara seketika bernapas lega saat melihat gedung berlantai dua itu di depannya, itu adalah tempat latihan Aspire dengam cepat Tenggara segera masuk ke dalam, sesampainya di dalam Tenggara langsung melemparkan badannya di sofa.

"Akhirnya gue bisa ngadem," ucap Tenggara seraya menikmati AC di ruangan latihan Aspire.

Setelah itu Tenggara memilih tidur begitu saja, karena badannya sudah pegal-pegal dan sepertinya Tenggara mengalami encok karena harus berjalan sejauh dua kilometer.

••••

Pagi harinya.

Seseorang baru saja tiba di tempat latihan Aspire, dia adalah Javas.

Javas segera masuk kedalam tempat latihan, dia mencari barangnya yang tertinggal kemarin saat latihan.

Tiba-tiba seseorang terganggu karena aktivitas Javas.

"Ck brisik banget,"

"Anjing!Gue kira setan! Ngapain lo disini pagi-pagi?!!" teriak Javas terkejut saat melihat Tenggara yang tertidur di sofa.

"Biasa aja Anjing!" ucap Tenggara seraya mengubah posisinya menjadi duduk.

"Lo ngapain disini pagi-pagi?" Tanya Tenggara kepada Javas.

"Barang gue ketinggalan disini, kalau lo?" Tanya Javas.

"Gue diusir dari rumah," jawab Tenggara.

Javas terdiam, sedetik kemudian Javas tertawa terpingkal-pingkal memegangi perutnya.

"Arghi Matteo Tenggara diusir dari rumah?!!Buahahahahhhhh!!" ucap Javas di sela-sela tawanya.

"Emang lo definisi temen kampret, orang susah malah diketawain," dumel Tenggara.

Javas masih tertawa kencang.

"Nih buat ongkos bertahan hidup," ucap Javas mengeluarkan uang dua ribu dan menaruhnya di tangan Tenggara.

Setelah itu Javas langsung pergi begitu saja dengan gelak tawanya meninggalkan ruangan latihan.

Tenggara menatap selembar uang dua ribu rupiah yang diberikan Javas barusan lantas memegang dengan dua jarinya.

"Emang Javas minta di gebukin kayaknya," ucap Tenggara.

Bersambung

***

Salam

#Author.

Makasih yaaaaaaa sudah membaca.

Spam emoticon lovee dongg

Ketika next untuk lanjut

Jangan lupa follow instagram

@matteo.tenggara

@eldelafimeta.personal

@ceritaeldelafimeta

@bentangbelia

"SEMOGA HARI KALIAN MENYENANGKAN"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro