Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

15. Waktu dan Tenggara



Happy reading

****

Tenggara memasuki tempat latihan Aspire, dan disana sudah ada beberapa anak Aspire yang berkumpul.

"Nih gue beliin," ujar Tenggara memberikan beberapa kantong cemilan kepada anak Aspire.

"Ada yang lagi seneng kayaknya," Kajev berucap, karena sejak Tenggara masuk ruangan dia mendapati Tenggara dengan ekspresi gembira.

"Bau baunya lagi kasmaran," saut Javas.

Tenggara malah tertawa pelan.

"Salah semua, gue baru dapet warisan," ujar Tenggara.

Javas dan Kajev langsung tertawa karena ucapan Tenggara, karena mereka tau Tenggara hanya bercanda akan ucapannya.

"Anak-anak dimana?" tanya Tenggara, karena disana hanya ada Kajev dan Javas.

"Ada di atas tuh," saut Javas, Tenggara manggut-manggut mengerti.

Tidak lama kemudian Caraka datang.

"Bang ngomong-ngomong kenapa lo suruh kumpul?" tanya Tenggara.

Caraka duduk di samping Javas.

"Kostum manggung udah jadi, cuma mastiin aja ada yang kurang apa enggak," jawab Caraka.

"Wi Wei apa nih," Reijiro datang seraya menatap beberapa makanan yang ada di meja.

"Tenggara baru dapet warisan," saut Javas di sela-sela mengunyah makanannya.

Reijiro tampak bingung tapi dia mengabaikan hal itu dan memilih untuk memakan makanan yang di beli Tenggara dengan tenang.

"Sering-sering bang bawa kayak gini, biar usus gue seneng," celutuk Reijiro.

Tenggara mengacungkan jempolnya.

"Setelah ini ke studio atas yaa, cobain kostum masing-masing," suruh Caraka yang di angguki anak-anak.

Beberapa saat kemudian mereka menyudahi kegiatannya dan menuruti perkataan Caraka untuk mencoba pakaian yang akan mereka pakai manggung.

"Gue suka modelnya, emang Janitra yang terbaik," ujar Semesta membicarakan Janitra stylish Aspire.

"Hmm gue juga suka," saut Biru.

"Jadi gimana ada yang kurang apa enggak? Kalau ada gue bilang ke Janitra biar cepet dibenerin?" tanya Caraka memastikan.

"Punya gue udah pas, tapi gue nggak nyaman di bagian leher terlalu ketat bang," ujar Tenggara.

"Oke nanti bisa di revisi, jadi cuma Tenggara aja yang mau di revisi nih?" tanya Caraka memastikan.

"Punya gue udah oke," ujar Javas.

Caraka menganggukkan kepalanya mengerti, setelah itu Caraka mengakhiri pertemuan anak Aspire.

••••

Di lain tempat.

Bening dan Alika saat ini tengah berada di pusat perbelanjaan membeli kado untuk Mama Alika.

"Bening menurut lo ini bagus nggak?" tanya Alika menyodorkan sebuah tas.

"Hmm bagus," saut Bening.

Alika meletakkan tas itu di tempatnya.

"Dari tadi semua lo bilang bagus atau enggak lo manggut-manggut doang, Bening gue tau pikiran lo sekarang lagi nggak ada di sini," Alika menatap Bening dengan tatapan kesal.

"Lo mikirin apa?" tanya Alika.

Bening menatap Alika, dia menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Gue nggak mikirin apa-apa Alika," elak Bening.

Alika menyipitkan matanya, di seolah-olah berkata Bening telah berbohong kepada dirinya.

"Sebenernya gue,"

"Apa?" tanya Alika karena Bening menggantung perkataannya.

"Lo jangan kaget," Bening mewanti-wanti Alika.

"Apa emang?" tanya Alika penasaran.

"Tadi Tenggara bilang suka ke gue,"

"APAA!!!!!"

"Alikaaaa!!" kesal Bening dengan cepat menutup mulut Alika, teriakannya benar-benar nyaring di seluruh ruangan bahkan beberapa pelanggan yang berada satu ruangan dengan mereka, melirik mereka.

Alika dengan cepat melepaskan tangan Bening yang ada di mulutnya.

"Kak Tenggara suka lo? Gue nggak salah denger?" tanya Alika dengan tatapan masih terkejut.

"Tadi di bilang gitu sebelum lo dateng ngajakin gue pergi," cicit Bening.

"Terus terus lo jawab apa?!" tanya Alika begitu semangat.

"Gue diem aja, ya habisnya tiba-tiba gue deg degan," ujar Bening.

Alika langsung tertawa karena ucapan Bening.

"Oke sekarang gue mau tanya sama lo, lo suka sama Tenggara?" tanya Alika.

Bening berpikir sejenak.

"Bisa iya bisa enggak," ujar Bening.

Alika memukul pelan lengan Bening.

"Gimana sih yang pasti dong," ujar Alika.

"Gue takutnya cuma nyaman sama dia Al, bukan suka," saut Bening lagi.

"Saran gue lo harus mastiin perasaan lo mulai dari sekarang," saran Alika.

Bening sejujurnya tidak yakin dengan perasaan dirinya terhadap Tenggara, tapi di lain sisi Bening merasakan sesuatu yang berbeda jika bersama dengan Tenggara.

••••

Setelah tadi mengantarkan Alika Bening sekarang berada di Kafe tempat dia bekerja, hari ini Bening mendapatkan shift sore.

"Tumben banget kafe sepi," ujar Septi yang memang satu shift dengan Bening.

"Di luar kan hujan Sep, makannya sepi," saut Bening.

Tringg

Tiba-tiba pintu Kafe terbuka, ada pelanggan yang baru saja masuk, Septi dan Bening menatap pintu masuk, tapi seketika Bening langsung memelotkan matanya dan reflek dia langsung berjongkok dan bersembunyi.

"Lo ngapain?" tanya Septi bingung.

"Sep kalau ada yang tanya gue kerja apa enggak, jawab enggak ya," ujar Bening.

"Hah emang kenapa?" tanya Septi.

"Udah bilang aja," jawab Bening.

Septi menganggukkan kepalanya.

"Selamat datang Kak, mau pesan apa?" tanya Septi.

"Cappucino aja satu," jawabnya.

Sedangkan Bening diam-diam menunggu dengan raut wajah yang resah.

"Cuma sendiri mbak? Bening nggak kerja?" tanyanya.

"Oh Bening ya,"

"Bening ada anaknya lagi ngumpet, katanya kalau ada orang yang nanya dia kerja apa enggak, jawab aja enggak,"

"Septiii!!!" Bening seketika berdiri dan menatap Septi kesal sedang Septi malah nyengir tanpa dosa.

Tapi seketika Bening menatap seseorang yang juga menatapnya, dia adalah Tenggara, sangat jelas jika Tenggara menahan tawanya.

"Bening lo ngumpet dari gue?" tanya Tenggara.

"E-enggak lah kak, ngapain juga gue ngumpet," elak Bening.

"Soal yang tadi jangan terlalu dipikirkan," ucap Tenggara seraya tersenyum tipis, sedangkan Bening pipinya langsung memerah.

"Sep gue kebelakang dulu," pamit Bening dengan cepat beranjak dari tempatnya meninggalkan Tenggara yang tersenyum sangat tipis.

Bening seketika langsung menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Bisa gila gue lama-lama kalau liat Tenggara," ujar Bening.

"Bening woy bantuin gue ada pelanggan nih!" teriak Septi.

Bening dengan cepat menetralkan ekspresinya, dia segera menghampiri Septi, dan diam-diam Bening bernapas sangat lega karena sudah tidak ada Tenggara di meja pemesanan.

Hal pertama yang Bening lakukan adalah mencari keberadaan Tenggara, dan ternyata Tenggara berada di salah satu meja dengan laptop di hadapannya, Bening tentu saja menghela napasnya kembali dengan sangat lega setidaknya Tenggara tengah fokus terhadap sesuatu, sungguh Bening tidak siap jika bertatapan kembali dengan mata Tenggara.

Bening segera melayani pelanggan dan mencoba fokus kepada pekerjaannya, meskipun sebenarnya dia sangat tidak fokus, sedangkan Tenggara diam-diam menatap Bening.

"Ternyata dia ngehindar dari gue," ujar Tenggara seraya tertawa pelan.

••••

Bening mengetuk-ngetuk meja di depannya, sedari tadi hujan tidak reda-reda hal itu membuat dirinya resah karena Tenggara tidak kunjung beranjak dari Kafe.

Ingin rasanya Bening berteriak kepada Tenggara dan menyuruhnya pergi karena itu tidak aman untuk jantungnya.

Bening menghela napasnya pelan, dia memilih untuk memainkan handphonenya saja dari pada kepikiran oleh Tenggara.

Beberapa saat kemudian.

"Nih dari cowok tadi katanya buat lo," ujar Septi tiba-tiba, Bening mendongakkan kepalanya menatap Septi dan tatapannya beralih ke barang yang di bawa Septi.

Bening mengambil barang itu dari Septi, tidak lama kemudian Bening mengedarkan pandangannya menatap kursi yang di tempati Tenggara yang sudah kosong.

Dengan cepat Bening membuka note kecil yang dilipat itu dan ternyata ada tulisan di dalamnya.

Jangan ngehindar dari gue Bening, ngomong-ngomong lo lucu kalau salting hahaha

Bening seketika langsung meremas note yang diberikan Tenggara.

"Cuma dia yang bisa bikin gue gila," kesal Bening seraya menahan debaran yang ada dalam hatinya.

••••

Tenggara telah sampai di rumah, dan saat memasuki rumah pemandangan tidak menyenangkan telah terjadi.

"Erik! Asal kamu tau aku udah muak sama hubungan kita!" teriak Raya Mama Tenggara.

"Kamu pikir aku nggak muak hah!! Kamu itu cuma mementingkan karir kamu sendiri!!" Erik berucap dengan nada yang benar-benar keras.

"Kita berdua sama Erik, aku egois begitu juga dengan diri kamu!!" Raya tidak terima dengan ucapan Erik barusan.

Tenggara yang melihat itu menghela napasnya sangat pelan, dia berjalan melewati keduanya seolah tidak mendengarkan apa-apa, tapi sebelum itu Tenggara berucap.

"Jangan berisik Ma Pa Tenggara pusing liat orang ribut," ujar Tenggara dengan begitu santainya.

"Tenggara!!!" sentak Erik.

"Tenggara lebih baik kamu diam jangan ikut campur urusan Mama sama Papa!" Raya menatap Tenggara dengan begitu tajamnya.

"Dari pada Mama sama Papa berantem lebih baik introspeksi diri masing-masing, itu lebih baik, siapa tau kalian sadar," ujar Tenggara dan beranjak dari tempatnya.

"Kamu lihat Raya Tenggara seperti itu karena kamu tidak becus untuk mendidiknya!!"

"Diam kamu Erik!!"

Sedangkan Tenggara menutup pintu kamarnya dengan begitu kencangnya, seketika dia menyesal pulang ke rumah dan harus mendapati pemandangan yang membuatnya muak.

Sebenernya Tenggara sudah biasa dengan pemandangan seperti itu, tapi tetap saja Tenggara sering kali merasa kesal dengan apa yang terjadi pada keluarganya ini.

Dari dulu hubungan orangtua Tenggara sangat amat tidak harmonis, dan Tenggara benar-benar tidak bisa mengingat kapan terakhir kali dia tersenyum saat bersama kedua orangtuanya itu, keduanya sangat egois, dan prinsip keluarga Tenggara adalah bisnis nomor satu yang lainnya seakan-akan tidak penting.

Mungkin banyak orang berkata jika Tenggara sangat beruntung berasal dari keluarga kaya raya, mereka mengatakan semua itu karena tidak tau keadaan sebenarnya dalam keluarga Tenggara serusak apa.

Rumah yang seharusnya menjadi tempat berteduh, malah menjadi tempat yang sangat Tenggara hindari.

Tenggara sudah cukup dewasa untuk menerima keadaan yang terjadi pada dirinya saat ini.

Tapi jika boleh meminta Tenggara berharap keluarganya bisa menjadi keluarga yang bahagia, meskipun itu seolah tidak mungkin, tapi harapan itu masih ada pada benak Tenggara.

Jika itu tidak terjadi Tenggara akan baik-baik saja meskipun kenyataannya dia mencoba untuk baik-baik saja, jika sekarang dia tidak merasakan kebahagiaan dalam suatu keluarga, suatu hari nanti dia akan membuat keluarga kecilnya sendiri yang penuh dengan kebahagiaan.

Tenggara akan menantikan momen itu dalam hidupnya.

Bersambung

***

Salam

#Author

Wahhhh udah lumayan banyak juga chapternya☺️☺️

Jangan lupa follow Instagram @matteo.tenggara

@ceritaeldelafimeta

AU TENGGARA JUGA UPDATE TERUS LHO GUYS DI INSTAGRAM JADI JANGAN KETINGGALAN YAAA🖤🖤🖤

SEMOHA HARI KALIAN MENYENANGKAN

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro