Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

00:30 [Iblis Yang Mencuri Takdir Manusia]

Seoul, 16.30

Yoongi menghampiri Taehyung dan memaksa pemuda itu untuk berdiri. Setelah berhasil membuat Taehyung berdiri, Yoongi mencengkram kerah pakaian Taehyung menggunakan kedua tangannya. Memandang dengan tatapan marah dan berhasil membuat Taehyung takut.

Yoongi berucap dengan penuh penekanan, "siapa kau? Cepat katakan, Berengsek!"

"H-hyeong ..." Taehyung berujar lirih.

"Katakan padaku! Siapa kau? Kenapa kau datang pada kami? Apa yang kau inginkan? Cepat katakan!" Yoongi berteriak pada kalimat terakhir sembari mengguncang tubuh Taehyung.

"Yoongi Hyeong," suara Taehyung terdengar lebih keras dari sebelumnya dan membuat Yoongi kembali mencoba menahan amarah tanpa sebabnya.

"Apa? Apa yang ingin kau katakan?"

Suara Taehyung lantas terdengar gemetar, "kenapa ... kenapa Hyeong melakukan ini?"

"Apa yang kau lakukan pada mereka? Cepat katakan padaku sebelum aku membunuhmu di sini. Katakan!" Yoongi kembali membentak.

"Apa yang Hyeong bicarakan? Apa yang sudah aku lakukan?" Taehyung menggelengkan kepalanya dengan wajah yang tampak bingung dan pandangan yang tak fokus. "Apa yang sudah aku lakukan pada mereka? Apa ... aku tidak mengingatnya. Apa yang terjadi?"

Yoongi sempat terperangah ketika menyaksikan kebingungan Taehyung. Dan tangan yang mencengkram kerah pakaian Taehyung lantas gemetar tanpa sebab hingga batinnya tersentak ketika Taehyung kembali memandangnya. Netra tajam Yoongi melebar.

"Kau-"

"H-hyeong ..." suara Taehyung kembali lirih dan air mata keluar dari kedua sudut matanya.

"Kau ... bukan manusia."

"H-hyeong ..."

"Kau adalah iblis ... aku akan membunuhmu! Kau harus mati!"

Yoongi kembali meneriaki Taehyung sebelum memukul wajah pemuda itu dengan sangat keras. Tubuh Taehyung limbung ke samping hingga terjatuh ke lantai. Yoongi lantas datang dan menindih tubuh Taehyung lalu menghajar wajah pemuda itu dengan napas yang terdengar begitu berat.

"Matilah kau!"

Taehyung menangis dan mencoba melindungi wajahnya menggunakan kedua lengannya, meski wajahnya tak bisa terus terhindar dari kepalan tangan Yoongi.

"Hyeong ... hentikan, aku mohon ..." gumam Taehyung.

"Kau bukan manusia, kau tidak pantas memanggilku. Mati!"

Jungkook yang saat itu baru saja kembali lantas terkejut ketika mendengar teriakan Yoongi dari dalam ruang rawat. Jungkook segera membuka pintu, namun pintu tak bisa dibuka dan hal itu membuatnya sangat panik. Pemuda itu lantas mengetuk pintu dengan tak sabaran.

"Hyeong, ada apa? Kenapa pintunya dikunci? Hyeong ..." Jungkook tetap mengetuk pintu sembari mencoba membukanya.

"Yoongi Hyeong, Taehyung Hyeong ... apa yang sedang kalian lakukan? Cepat buka pintunya."

"Hyeong ..."

Batin Jungkook tersentak ketika ia mendengar teriakan putus asa dari Taehyung. Tak pikir panjang, Jungkook lantas mencoba untuk mendobrak pintu dan sempat beberapa kali menyakiti tubuh bagian sampingnya. Hingga dalam beberapa kali percobaan, pintu terbuka dengan kasar.

Jungkook segera masuk dan terkejut ketika melihat Yoongi tengah menghajar Taehyung.

"Hyeong!"

Jungkook segera menghampiri keduanya. Dengan sekuat tenaga Jungkook berusaha menyingkirkan Yoongi dari atas Taehyung. Dan setelah sempat memberontak hebat, pada akhirnya punggung Yoongi menabrak dinding dengan cukup keras ketika Jungkook mendorongnya terlalu kuat.

"Lepaskan aku!" Yoongi masih berusaha memberontak.

"Hyeong! Sadarlah!" Jungkook yang terpojok lantas tak sengaja membentak Yoongi di saat ia menjatuhkan satu lututnya dan menahan tubuh Yoongi.

Jungkook sekilas memandang Taehyung yang tetap berbaring dan tampak kesakitan karena wajahnya penuh dengan luka sebelum kembali memandang Yoongi.

"Apa yang Hyeong lakukan? Kenapa Hyeong memukuli Taehyung Hyeong?"

"Dia bukan manusia ... dia iblis!"

"Hyeong!"

Yoongi beralih mencengkram kerah kemeja Jungkook dan berucap dengan nada mengancam, "dengarkan baik-baik ... anak itu iblis! Dia yang sudah membunuh teman-teman kita. Dia bukan manusia, dia pasti akan segera membunuh kita."

"Apa yang Hyeong katakan? Dia adalah Taehyung Hyeong, kenapa Hyeong berbicara seperti itu?" Jungkook tampak putus asa.

Yoongi menggeleng. "Tidak, lihatlah dia baik-baik. Matanya ... dia bukan manusia, dia iblis!"

"Hyeong, apa yang terjadi padamu? Aku mohon jangan seperti ini. Hyeong melukai Taehyung Hyeong."

"Jeon Jungkook! Sadarlah-"

"Hyeong yang harus sadar!" Jungkook balas membentak dan kali ini ia lakukan secara sengaja. "Ada apa denganmu, Hyeong? Kenapa tiba-tiba seperti ini?"

"Kau tidak mengerti apa-apa. Aku melihatnya ... aku melihatnya sendiri."

"Apa yang kau lihat, Hyeong? Apa yang kau lihat?"

Tatapan gemetar Yoongi menatap tajam ke arah Taehyung yang juga tengah memandangnya. Yoongi lantas berucap, "dia ... bukan manusia. Kau harus percaya padaku."

"Hyeong lah yang bukan manusia," ucap Jungkook dengan nada bicara yang jauh lebih tenang dan membuat Yoongi tertegun.

"Percayalah padaku," balas Yoongi dengan suara yang tenang pula.

"Hyeong sangat aneh."

Perhatian keduanya lantas teralihkan oleh suara batuk Taehyung. Keduanya serempak menoleh dan saat itu Jungkook terkejut ketika melihat tangan Taehyung yang digunakan untuk menutup mulutnya tampak bersimbah darah.

"Hyeong!" Jungkook beralih mendekati Taehyung dan menahan bagian atas tubuh Taehyung.

"Hyeong ... kau baik-baik saja? Hyeong, dengarkan aku."

Jungkook segera memandang Yoongi dengan tatapan marah. "Sebaiknya Hyeong segera pergi dari sini."

Yoongi tak beranjak dan membuat Jungkook membentaknya, "keluar sekarang juga, Hyeong!"

Yoongi beranjak berdiri dan segera meninggalkan tempat itu. Sedangkan Jungkook segera memindahkan Taehyung ke ranjang dan memanggil perawat.







SKYFALL








Daegu, 16.40

Jooheon menyandarkan tubuhnya pada bagian depan badan mobil sembari sesekali memandang ke arah rumah ketika ia menunggu Changkyun keluar. Tak seperti biasanya, wajah Jooheon yang selalu terlihat bersemangat itu kini terlihat seperti orang yang tengah menanggung beban. Dan semua itu disebabkan oleh pemuda yang saat itu baru keluar dari rumahnya.

Tanpa membawa apapun selain sebuah arloji di tangannya, Changkyun mendekati Jooheon yang memandang dengan wajah yang sedikit mengernyit.

Jooheon lantas menegur, "ke mana tujuanmu?"

"Antarkan aku ke pantai."

"Masuklah."

Keduanya kemudian masuk ke mobil dan segera meninggalkan halaman rumah. Seperti janji Jooheon sebelumnya bahwa dia akan mengantarkan kepergian Changkyun, meski Jooheon tidak tahu ke mana Changkyun akan pergi. Dan itu berarti sudah waktunya bagi mereka untuk berpisah. Bagi Jooheon yang tinggal sebatangkara tentunya kepergian Changkyun telah membuatnya merasa sangat kehilangan. Namun ia tidak memiliki hak apapun untuk mencegah kepergian Changkyun.

Sebuah perjalanan yang penuh keheningan dimulai. Jooheon yang berusaha untuk tetap tenang meski sebenarnya hatinya ingin menahan kepergian Changkyun. Sedangkan saat ini pikiran Changkyun hanya tertuju pada satu tempat, tempat terlarang bernama Neverland.

Tak begitu jauh dari rumah, Jooheon lantas memutuskan untuk memulai pembicaraan yang mungkin akan terdengar sedikit canggung.

"Kau tidak ingin mengatakan sesuatu padaku?"

Changkyun lantas memandang Jooheon, terdiam sesaat ketika ia tak tahu harus mengatakan apa pada Jooheon.

"Kenapa kau tidak menjawab?" tegur Jooheon ketika Changkyun tak kunjung berbicara.

Changkyun mengembalikan pandangannya ke depan dan menyahut, "terima kasih."

"Alih-alih berterimakasih, kau seharusnya minta maaf padaku," kalimat yang terucap dengan santai itu lantas membimbing kembali pandangan Changkyun untuk memandang sang lawan bicara dengan tatapan bertanya.

Jooheon yang menyadari hal itu lantas sekilas memandang sebelum memberikan klarifikasi terhadap ucapannya, "karena kau memutuskan untuk pergi, aku akan benar-benar hidup sendirian. Tanpa sanak-saudara, tanpa seorang teman. Bahkan ketika aku sakit, aku hanya akan mendekam di kamar dan tidak akan ada satupun orang yang tahu akan keberadaanku."

"Hyeong masih memiliki bibi di dekat rumah."

Jooheon tersenyum tipis. "Aku tahu. Aku mengatakan hal itu bukan untuk menahanmu ... lakukan apa yang ingin kau lakukan selagi kau masih muda."

Pandangan Changkyun terjatuh, membiarkan penyesalan terlihat dalam sorot matanya. Mulutnya kemudian bergumam, "aku ... sejujurnya sudah menjalani masa mudaku dalam waktu yang panjang."

"Itu terdengar bagus. Saat kau berumur panjang, kau bisa menyesal lalu memperbaiki semuanya."

"Seandainya aku bisa," gumam Changkyun, membawa ingatannya kembali pada hari di mana ia menemukan jasad Jeon Wonwoo. Musuh yang harus ia lawan, teman yang harus ia lindungi.

Jiwa Changkyun semakin terluka setiap kali ia mengingat garis takdir keduanya yang begitu rumit. Dan luka itu semakin parah ketika setiap malam yang terjadi di Neverland terus berputar dalam ingatannya. Changkyun sangat menderita, dan mungkin itu juga berlaku bagi semua orang. Tak terkecuali Kim Taehyung.

"Berjanjilah satu hal padaku."

Changkyun kembali memandang Jooheon, begitupun dengan Jooheon yang kembali berbicara setelah mendapatkan perhatian Changkyun.

"Apapun yang akan kau lakukan dan di manapun tempat yang kau tuju, berjanjilah bahwa kau akan baik-baik saja."

Jooheon memandang Changkyun, menuntut sebuah jawaban yang tak kunjung datang dan membuat konsentrasinya terbagi.

"Itu sangat sederhana, kenapa kau diam saja?"

"Aku akan berusaha," jawab Changkyun sembari memalingkan wajahnya.

Sudut bibir Jooheon terangkat, diapun bergumam, "apa susahnya mengatakan 'iya'? Jika kau memiliki waktu senggang, kunjungilah aku."

"Aku tidak akan mengusahakannya," jawab Changkyun, namun hanya terucap oleh batinnya.

Selesai ditulis : 30.11.2020
Dipublikasikan : 01.12.2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro