Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

00:26

    00:01, Daegu.

    Tengah malam menyambut, memberikan kegelapan yang sempurna bagi jiwa yang berkelana. Satu jiwa memilih tinggal di ambang kegelapan yang tengah berusaha merengkuh jiwanya. Di ruang kamar yang minim penerangan itu, Im Changkyun terduduk di lantai tepat di bawah jendela dengan gorden tipis yang menutup akses luar untuk mengintip apa yang berada di dalam ruangan tersebut.

    Seperti yang telah berlalu. Pemuda itu menolak untuk bermimpi dan memilih terjaga di sepanjang malam hingga tertidur kala fajar mulai menyingsing. Tak seperti biasanya yang hanya berdiam diri dengan tatapan kosong. Kali ini perhatian pemuda itu tertuju pada sebuah Arloji mati yang berada di tangannya.

    Sebuah Arloji klasik yang cukup menarik jika saja jarum pada Arloji itu bergerak. Tangan kanannya terangkat dan turut memegang Arloji tersebut, perlahan ia menekan jari telunjuknya, bermaksud membuat Arloji di tangannya hidup. Namun semua berada di luar dugaannya.

   Jendela kamar yang sebelumnya terkunci tiba-tiba terbuka dengan kasar di susul oleh angin yang berhembus kasar dan sempat menerbangkan gorden tipis tersebut. Namun di mana pemuda yang tadi terduduk di bawah jendela?

    Pemuda itu menghilang, menghilang tanpa jejak tepat saat ia menghidupkan Arloji di tangannya. Membawa keheningan menyergap malam yang dingin kala itu.

    00:03, Incheon.

    Seungcheol terduduk seorang diri di dalam Gereja. Memandang sebuah Arloji di tangannya yang membawa ingatannya kembali pada pertemuannya dengan orang asing yang mengaku datang dari Neverland. Seungcheol di landa kebingungan, bahkan ketika ia hanya berdiam diri untuk mencari jawaban yang ia inginkan, tak ada apapun yang bisa ia dapatkan dari ingatannya yang kosong.

    Mati suri dalam satu bulan sekali, tentunya itu adalah hal yang konyol. Perhatiannya kemudian tertuju pada jarum kecil pada Arloji tersebut yang sama sekali tak bergerak. Perlahan tangan kirinya terangkat dan berniat untuk menghidupkan Arloji tersebut. Namun tepat saat ia menekan bagian tepi Arloji di tangannya, angin tiba-tiba berhembus kasar dan menghilangkan sosoknya.

    Seungcheol jatuh berlutut dengan kedua tangan yang mencengkram kepalanya. Hawa dingin itu menyergap tubuhnya hingga rasa sakit di kepalanya yang perlahan mereda membimbingnya untuk mengangkat wajahnya. Menatap ke sekeliling yang kemudian membawa keterkejutan di wajahnya ketika ia berada di ruang terbuka yang sangat asing.

    Dengan menahan sisa rasa sakit yang masih berada di kepalanya, dia berusaha berdiri dan kembali memandang ke sekeliling dengan wajah mengernyit. Tak jauh dari tempatnya, terdapat dua orang pemuda yang tidak lain adalah Changkyun dan Hanbin.

    Sama seperti Seungcheol. Mereka berdua ada di sana setelah mencoba menghidupkan Arloji yang di berikan oleh orang yang sama dalam waktu berbeda, namun apa yang mereka rasakan saat ini merupakan hal yang sama. Rasa sakit yang sama dari luka yang sama pula.

    Gerimis yang membasahi jalanan aspal perlahan membasi tubuh mereka. Changkyun yang lebih dulu berhasil menguasai rasa sakit di kepalanya lantas beranjak berdiri dan memandang ke sekeliling sebelum menemukan keberadaan Seungcheol dan Hanbin, di susul oleh Hanbin kemudian hingga pada akhirnya mereka kembali di pertemukan dalam keadaan yang berbeda.

    Tanpa identitas, tanpa saling mengenal ketika ingatan itu masih tersegel di dalam jiwa mereka. Di tempat yang tidak terlalu jauh dari tempat mereka, Hyungwon berdiri dengan sebuah payung hitam yang berada di tangan kanannya. Tatapan teduhnya tak lepas dari ketiga pemuda yang sama sekali tak berkutik dari tempat mereka.

    Tangan kanan kiri Hyungwon sedikit terangkat hanya agar ia bisa melihat Arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Ekor matanya menajam, bergerak ke kiri dan saat itu sosok Minhyuk keluar dari balik punggungnya. Sang Raja dari takhta yang abadi telah meninggalkan Neverland untuk melihat saudara-saudaranya. Menolehkan kepalanya, pandangan Minhyuk menemukan tiga pemuda yang tak asing lagi baginya.

    Hanya tiga? Pertanyaan itu menyeruak di sudut hati Minhyuk ketika hanya ada tiga adiknya yang ia lihat saat ini. Ia hendak melangkah mendekati para saudaranya, namun saat itu suara tenang Hyungwon menghentikan pergerakannya.

    "Berhenti di tempatmu, Tuan."

    Minhyuk memandang. "Apa yang sedang kau rencanakan?"

    "Biarkan takdir, berjalan semestinya."

    Tepat setelah Hyungwon selesai berbicara, saat itu juga Minhyuk menghilang dari sisinya dan menyisakan hembusan angin kasar dalam beberapa detik. Hyungwon lantas berjalan mendekati ketiga pemuda itu dan menarik perhatian dari ketiganya.

    Tampak keterkejutan di wajah masing-masing hingga langkah sang penjelajah waktu itu terhenti di tengah-tengah ketiganya. Tanpa aba-aba, ketiganya mendekati Hyungwon guna mendapatkan penjelasan akan apa yang terjadi saat ini.

    "Berhenti di tempat kalian," suara tenang Hyungwon di perdengarkan dan seketika langkah ketiga pemuda itu terhenti dalam jarak dua meter.

    "Siapa kau sebenarnya?" pertanyaan itu serempak keluar dari mulut Seungcheol dan Hanbin, tidak dengan Changkyun yang memang belum mengetahui apapun tentang tempat bernama Neverland.

    "Lihatlah orang-orang yang kalian temui malam ini ... tidakkah kalian saling mengenal?"

    Ketiganya saling bertukar pandang, dan 'Tidak' adalah jawaban yang terlihat di wajah mereka. Hyungwon memutar kakinya dan berhadapan langsung dengan Seungcheol.

    "Dengarkan aku baik-baik, aku hanya akan mengatakannya satu kali ... Lucifer, sudah bangkit ... waktunya bagi kalian untuk kembali ke Neverland ..."

    Semua menatap tak mengerti, namun tak memungkiri bahwa tempat yang di sebutkan oleh Hyungwon sebelumnya terdengar tak asing bagi mereka.

    "Apa yang sebenarnya kau inginkan?" suara tegas dan menuntut itu keluar dari mulut Changkyun yang berada di balik punggung Hyungwon.

    "Pilihan ada di tangan kalian, kembali atau membiarkan dia mati kali ini ... kukembalikan ingatan itu pada kalian, sampai jumpa di Neverland."

    Angin kasar berhembus dengan singkat. Menjatuhkan payung yang sebelumnya berada di tangan Hyungwon ke aspal ketika sosok misterius itu tiba-tiba lenyap dari pandangan ketiganya.

    Semua terjadi begitu cepat tanpa mereka bisa menyadari keadaan di sekitar mereka dan bahkan mereka tidak sadar bahwa gerimis itu telah benar-benar membasahi tubuh mereka. Seungcheol segera menjatuhkan pandangannya pada Arloji di tangannya. Tanpa pikir panjang, ia kembali menghidupkan Arloji di tangannya dan lenyap setelahnya.

    Hanbin mengerjap tak percaya, namun setelahnya ia melakukan hal yang sama seperti Seungcheol lalu menghilang dari pandangan Changkyun.

    "Neverland ..." gumam Changkyun. "Siapa aku?"

    Tangan kirinya terangkat, memandang Arloji yang tetap tak berfungsi meski sebelumnya ia sudah menyalakannya. Ibu jarinya bergerak ke bagian samping Arloji dan kembali menghidupkannya hingga di detik selanjutnya sosoknya lenyap dari tempat itu.

    Dalam waktu yang hampir bersamaan, ketiga pemuda itu di kembalikan ke tempat masing-masing dengan rasa sakit yang harus mereka tanggung kemudian. Meringkuk, kesakitan hingga menangis tanpa suara ketika puzzle memori mereka kembali tersusun dalam ingatan kosong mereka. Menyiksa mereka dengan rasa sakit yang perlahan kembali ketika ingatan akan insiden malam berdarah di Tanah Suci Neverland kembali mengisi ingatan mereka.

    Setiap darah yang mengering malam itu, setiap air mata yang membeku di udara, setiap rasa sakit yang menghampiri ketika ajal menjemput, setiap detik, setiap kenangan. Hingga semua berakhir pada sosok mengerikan yang mereka lihat sebelum pandangan mereka menggelap malam itu.

    Mereka kembali menangis, menangis ketika jiwa mereka mengingat semua hal tentang Neverland.

    "Kim Taehyung ..."

    Satu teriakan yang sarat akan amarah keluar dari mulut Seungcheol dan mengakhiri malam itu ketika raga mereka yang tak lagi mampu menahan rasa sakit yang kemudian merenggut kesadaran mereka.

    Mungkinkah ini akhir bagi Lucifer, atau justru Kim Taehyung?

Selesai di tulis : 29.04.2020
Di publikasikan : 01.05.2020




    

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro