Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

00:20 [KEBANGKITAN LEE MINHYUK]

    Incheon, 20:35.

    Keempat pemuda itu bergegas meninggalkan Incheon, menyusuri jalanan yang tidak terlalu padat di bawah langit gelap malam yang kembali merengkuh. Namjoon sesekali melirik Taehyung, merasa sedikit tidak nyaman ketika pemuda itu hanya berdiam diri sejak meninggalkan Gereja tadi.

    "Kau baik-baik saja?"

    "Ya."

    Dahi Namjoon mengernyit, merasa aneh dengan suara Taehyung yang terdengar lebih tegas dari cara berbicaranya sebelumnya.

    "Kenapa kau diam saja sejak tadi?"

    "Berpikir."

    Namjoon makin heran, ini tidak seperti ia sedang berbicara dengan Taehyung. Suara yang terdengar lebih tegas tanpa menunjukkan sedikitpun keraguan, itu bukanlah gaya bicara Kim Taehyung yang ia kenal.

    "Apa yang di lakukan Seokjin Hyeong di sana?" namun meski begitu, Namjoon tetap melontarkan sebuah pertanyaan. Berusaha memahami apa yang terjadi pada Taehyung saat ini.

    "Bajingan itu, dia ingin membunuhku."

    Batin Namjoon tersentak, dengan segera ia menjatuhkan pandangannya pada Taehyung. Dia berharap bahwa telinganya bermasalah saat Taehyung bicara sebelumnya.

    Kembali pada jalanan di hadapannya. Namjoon kembali melontarkan pertanyaan, "apa yang sedang kau bicarakan?"

    Taehyung diam, membuat Namjoon menunggu respon darinya. Namun setelah tak kunjung mendapatkan respon, Namjoon kembali memandang pemuda itu yang menyandarkan kepalanya dengan kedua mata yang terpejam.

    "Kau tidur?" berusaha memastikan dan tetap tak ada respon. Tanpa mengalihkan pandangannya pada jalanan di hadapannya, Namjoon mengulurkan tangannya untuk meraba kening Taehyung.

    Dia tersentak tepat saat permukaan tangannya menyentuh kening Taehyung di mana suhu tubuh Taehyung yang terasa begitu dingin. Dengan segera Namjoon menambah kecepatan laju mobilnya, berinisiatif membawa Taehyung ke klinik terdekat yang bisa ia jangkau dari tempatnya.

    Di sisi lain, kesunyian tampak menyelimuti kedua saudara tertua di saat Yoongi tak berniat memulai pembicaraan sejak meninggalkan Gereja hingga perhatian Yoongi teralihkan oleh mobil Namjoon yang menyalip dengan kecepatan tinggi.

    "Dia sudah sinting!" satu gumaman yang berhasil menarik perhatian Seokjin.

    "Ada apa?"

    "Namjoon."

    Seokjin mengarahkan pandangannya ke depan dan di sana, samar-samar ia melihat mobilnya yang di kemudikan oleh Namjoon sebelumnya.

    "Kenapa dia buru-buru sekali? Berikan peringatan padanya. Itu terlalu berbahaya."

    Tak menjawab. Yoongi lantas menaikkan kecepatan untuk mengejar mobil Namjoon yang sudah melesat jauh dan jalanan yang kosong membuatnya dengan cepat menyusul Namjoon. Di jarak beberapa meter, Yoongi membunyikan klakson untuk memperingatkan Namjoon. Namun tak ada respon balik yang ia terima dari Namjoon. Mobil yang di kendarai pemuda itu justru semakin melesat jauh.

    "Sial! Apa maksud dari anak itu?" satu umpatan lolos ketika secara tak sadar rahangnya telah mengeras.

    "Aku akan menghubunginya." ucap Seokjin dan entah kenapa ia merasa tubuhnya justru semakin memberat sejak meninggalkan Gereja tadi. Bahkan tangannya pun tak mampu untuk sekedar menahan beban ponsel sehingga ponsel itu terjatuh menimpa kakinya.

    Yoongi hanya sekilas memandang, tak terlalu peduli dengan kecerobohan kecil yang di lakukan oleh Seokjin yang kemudian berinisiatif untuk mengambil ponselnya. Namun sebelum itu terjadi, pendengaran keduanya menangkap suara decitan antara ban mobil serta aspal yang cukup panjang.

    Netra keduanya membulat ketika melihat mobil yang di kendarai oleh Namjoon kehilangan kendali. Menyerempet pembatas jalan dan berbalik arah menuju ke arah mereka dengan kecepatan yang tinggi.

    "Apa maksud anak itu?" Yoongi membanting setir ketika mobil yang di kendarai Namjoon hampir menghantam bagian depan mobilnya. Namun meski begitu, bagian belakang mobilnya tak luput dari tabrakan dan membuat mobilnya hampir kehilangan kendali sebelum berhenti tepat ketika akan menabrak pembatas jalan.

    Dengan napas yang tercekat, keduanya langsung mengarahkan pandangan mereka pada mobil Namjoon yang melesat jauh sebelum terdengar kembali decitan ban dan tabrakan yang cukup keras. Di akhiri oleh suara ledakan serta api yang sempat membumbung tinggi ke udara bersamaan dengan asap hitam.

    Napas kedua kakak tertua itu tercekat dengan netra yang terbelalak. "Tidak, tidak mungkin!" gumam Seokjin.

    Tanpa pikir panjang, Yoongi segera melajukan mobilnya ke arah mobil Namjoon melaju sebelumnya. Dan ketika jarak mereka semakin dekat, bisa di lihat oleh mereka sebuah mobil yang telah di lalap api dalam posisi terbalik. Akal sehat mereka tiba-tiba menghilang.

    "Kim Namjoon!!!" satu teriakan membuat Yoongi mendadak menghentikan mobilnya ketika melihat satu orang tergeletak di tengah jalan.

    Meninggalkan Seokjin, Yoongi dengan cepat turun dan segera menghampiri sosok yang terbaring membelakanginya di tengah jalan dan dari pakaian yang di kenakan pemuda itu. Yoongi tahu bahwa itu adalah Taehyung.

    Dengan cepat Yoongi menghampiri Taehyung, menjatuhkan kedua lututnya dan membalik tubuh Taehyung. Menggunakan satu tangannya untuk menahan kepala Taehyung di mana di sekitar area wajahnya telah bersimbah darah.

    "Taehyung, bangunlah! Kim Taehyung... Buka matamu!" terdengar gemetar dan sedikit panik. Yoongi memeriksa denyut nadi Taehyung, namun detak Jantungnya seakan terhenti untuk sepersekian detik ketika merasakan suhu tubuh Taehyung yang begitu dingin.

    Seokjin sendiri berusaha untuk keluar dari mobil. Dengan langkah yang tertatih dan berpegangan pada badan mobil, ia melangkah mendekati Yoongi yang mencoba menyadarkan Taehyung.

    "Kim Taehyung, kau mendengarku?"

    Tepat saat Seokjin menjatuhkan kedua lututnya dengan pasrah di samping Taehyung. Saat itu pula jemari Taehyung menunjukkan pergerakan di susul oleh kelopak mata yang terbuka.

    "Kau mendengarku? Kau bisa mendengarku?"

    "H-hyeong..." suara lirih yang di hasilkan oleh mulut yang sedikit terbuka sebelum akhirnya sebuah isak tangis terdengar dari pemuda yang kini bersimbah darah tersebut.

    "Tolong aku, Hyeong... Tolong aku..."

    "Kau akan baik-baik."

    Dengan tangan yang gemetar, Seokjin meraih tangan dingin Taehyung dan menggenggam semampunya.

    Dengan tangis yang tertahan, Seokjin mencoba berucap. "Katakan pada kami, di mana Namjoon?"

    "Namjoon Hyeong..." tatapan nanar Taehyung terjatuh pada kobaran api yang melahap mobil di beberapa meter dari tempat mereka. Membimbing pandangan kedua kakaknya mengikuti arah pandangnya. Memberikan jawaban tanpa harus berucap.

    Kepala Seokjin menunduk dalam, kedua tangan yang terkepal dan bahu yang perlahan berguncang. "Tidak, kenapa jadi begini?" seruan putus-asa yang justru menambah isak tangisnya.

    "Kim Namjoon!!!" seruan bernada kemarahan pada nasib buruk pada malam itu yang seakan ingin membelah kegelapan langit malam dan mengembalikan cahaya saat itu juga.

    "Hyeong..." suara lirih yang hanya memupuk penyesalan dari pemuda yang tak berdaya di bawah kegelapan yang telah berusaha mengambil alih jiwanya.

    Semua hangus tanpa sisa oleh kobaran api yang seakan berpesta, meninggalkan duka bagi kedua pemuda dan penyesalan bagi si Lost Child sebelum kegelapan benar-benar telah menutup mata pemuda itu dan menempatkannya dalam kegelapan yang tak mungkin di jamah oleh orang lain.

    Neverland, 00:00.

    Seoul yang terjerumus dalam kegelapan, berbanding terbalik dengan Neverland yang masih bersinar. Seketika angin kasar berhembus membawa sedikit guncangan pada tanah Neverland dan mengusik ketenangan si Penjelajah waktu yang saat itu berkutat dengan sebuah Arloji tua di tangannya.

    Batinnya tersentak, bertanya-tanya hal apakah kiranya yang telah berhasil mengguncang tanah Neverland. Dia menatap ke pintu, berusaha menemukan sesuatu yang ia cari. Namun seketika tatapan tajamnya membulat ketika pendengarannya menangkap sesuatu.

    "Arghhhh..."

    Sebuah teriakan yang sarat akan rasa sakit seketika terdengar setelah guncangan itu berakhir. Hyungwon segera beranjak dari kursinya dan berjalan dengan langkah yang terburu-buru menuju sumber suara yang berasal dari dalam gudang.

    Dengan cepat, kaki panjangnya membawanya sampai di gudang. Di bukanya pintu kayu di hadapannya dan rahangnya tanpa sadar mengeras ketika mendapati sang Tuan dari Neverland telah bangkit dari kematiannya dengan membawa ribuan luka yang berhasil menciptakan rasa sakit yang teramat, bersarang di dadanya.

    "Akh!... Arghhhh..." sebuah erangan menjatuhkan tubuhnya dari atas ranjang dan meringkuk di lantai dengan tangan yang sebelumnya mencengkram dada, kini telah berpindah pada kepala.

    Mencengkram kuat kepalanya ketika kilasan balik dari malam itu kembali mengisi ingatannya yang datang bagaikan seribu tombak yang mengoyak jiwanya. Si Tuan dari Neverland merintih, mengerang menahan sakit hingga tangis yang pada akhirnya tersisa ketika ingatan malam itu tersusun dengan rapi dalam otaknya.

    Hyungwon lantas datang mendekat. Menempatkan diri berjongkok di hadapan Minhyuk yang berhenti mencengkram kepalanya dan beralih menggunakan kedua lengannya untuk menutupi wajahnya di saat ia yang tengah terisak dalam penyesalan.

    "Selamat datang kembali, Tuan Neverland."

    Sebuah sapaan pertama yang berhasil mengisi pendengaran Minhyuk. Mengurangi suara tangisnya ketika perlahan ia menurunkan lengannya. Membuka akses dari kedua netranya untuk menangkap sosok pemuda yang berjongkok di hadapannya.

    "S-siapa kau?" bergumam dengan lirih.

    "Chae Hyungwon. Kau bisa memanggilku dengan nama itu... Sudah saatnya untuk mengakhiri semuanya, kau harus mengendalikan rasa sakitmu."

    Pandangan Minhyuk terjatuh, tampak kebingungan masih terlihat dalam netra jernihnya yang berair hingga sebuah kalimat beruntun berhasil keluar dari mulutnya. "Aku... Aku sudah mati, aku sudah mati malam itu."

    Pandangannya segera kembali pada Hyungwon. Membawa sebuah tuntutan dalam keputus-asaannya. "Dia sudah membunuhku, aku harusnya sudah mati."

    Menahan rasa sakit yang masih tersisa di dadanya. Minhyuk berusaha untuk bangkit dengan menumpukan kedua sikunya pada lantai tanpa bantuan dari Hyungwon yang hanya melihat tanpa berniat untuk membantu.

    Wajah Minhyuk mengernyit dengan mata yang sempat terpejam. Berusaha membiasakan diri dengan rasa sakit yang masih bersarang di dadanya seiring dengan wajah Taehyung yang kembali mengisi ingatannya.

    Hanya butuh beberapa detik hingga ia berhasil menguasai dirinya sendiri dan menjadikannya sosok yang lebih tenang ketika berhadapan dengan Hyungwon. Pandangannya segera menangkap ruangan di mana ia berada. Sangat familiar.

    "Di mana ini?"

    "Neverland."

    Minhyuk manatap tak percaya. Dia yakin bahwa malam itu dia benar-benar telah mati di tangan Taehyung. Sangat mustahil jika dia masih bertahan hidup dengan luka fatal yang telah ia dapatkan.

    "Kau akan mempercayai semuanya ketika kau melihatnya sendiri." Hyungwon mengulurkan telapak tangannya, meminta kepercayaan dari sang Tuan dari Neverland. "Ikutlah denganku, maka kau akan mengetahui semuanya." lanjutnya.

    Dengan ragu, uluran tangan itu di terima oleh Minhyuk. Dan dengan bantuan dari pemuda asing di hadapannya, ia beranjak berdiri. Mengikuti Hyungwon yang membimbing langkahnya untuk berjalan keluar.

    Netra Minhyuk segera menyipit ketika cahaya dari langit Neverland menyapa penglihatannya setelah sekian lama dia tertidur dalam kegelapan yang sempurna. Melangkahkan kaki telanjangnya yang masih begitu lemah, Hyungwon membimbingnya untuk masuk ke dalam rumah.

    Seketika bayangan tentang kehidupan sebelum malam mengerikan itu terjadi, kembali mengisi ingatan Minhyuk. Sebuah kenangan yang justru semakin menjatuhkannya ketika ia mengingat bahwa adik-adiknya telah terbunuh malam itu.

    Satu tetes air mata berhasil lolos dan menyentuh kulit wajahnya yang pucat. Melepaskan diri dari Hyungwon, dia memilih jalannya sendiri. Sesekali ia terhuyung, namun hal itu tak cukup untuk membuatnya berhenti melangkahkan kakinya dengan Hyungwon yang mengikutinya.

    Tangan pucatnya membuka pintu sebelum langkahnya tertarik keluar dan berdiri di teras rumah dengan tatapan nanar yang seketika menemukan tanah mati Neverland. Dengan cepat ia membawa langkahnya yang sedikit tertatih untuk menuruni tangga kayu yang masih sekokoh dulu. Mengantarkan langkahnya untuk berdiri di tengah halaman dan menyaksikan tanah mati tak berpenghuni.

    "Apa, yang terjadi?"

    Hyungwon mendekat, berdiri di jarak satu meter. "Inilah Neverland setelah insiden malam itu."

    "D-di mana Taehyung?" pertanyaan dengan napas yang sedikit tercekat.

    "Dia pergi."

    Napas Minhyuk kembali memberat. Dengan mudahnya kedua lutut itu bersentuhan dengan rumput kering di bawah kakinya. Kepalanya menunduk dengan tangan yang terkepal di atas lututnya.

    "Kebaikan hatimu hanya akan membawa petaka bagimu."

    Segelintir ingatan kembali menerjang jiwanya, mengingatkan akan dosa besar yang pernah ia lakukan di masa lalu dan berimbas fatal bagi seluruh kehidupan.

    "Ini salahku, aku sudah melakukannya. Aku sudah melakukan dosa besar... Ini adalah salahku..."

    Bahu yang kembali berguncang, menuntun isakan keluar secara bergantian. Membawa perasaan buruk yang kembali menghimpit dadanya. Si Tuan dari Neverland kembali menangis.

    "Maaf... Aku bersalah... Maafkan aku, aku benar-benar minta maaf." sebuah racauan yang semakin menjatuhkannya seiring dengan rasa sakit yang kembali menghujam tubuhnya.

    Kembali merintih dengan mulut yang terus meracau. Si Tuan dari Neverland benar-benar mengakui dosanya.

    "Arghhhh..." sebuah teriakan pengakuan dosa yang bahkan tak mampu menghidupkan Neverland kembali. Tubuh itu menunduk semakin dalam, mempertemukan keningnya dengan tanah mati Neverland.

    "Maafkan aku... Maaf... Argh... Arghhhh... Kim Taehyung... Arghh..."

    Menatap prihatin, tak ada yang bisa di lakukan oleh Hyungwon saat ini kecuali membiarkan sang Tuan dari Neverland menemukan jalannya sendiri untuk kembali. Namun perhatian pemuda itu teralihkan oleh langit Neverland yang tiba-tiba menggelap.

    Dia mendongak, mendapati sekumpulan awan yang tiba-tiba menutupi langit kosong Neverland saat itu. Netra tajam itu memicing ketika melihat gumpalan awan putih yang perlahan bergerak ke bawah seakan tangisan Minhyuk telah menarik mereka untuk mendekat.

    Hyungwon melihat ke sekeliling, di mana ia mendapati kabut tipis yang mulai turun dengan perlahan menyelimuti Neverland dan semakin lama semakin tebal hingga menutup jarak pandang mereka.

    Hyungwon kembali mendongak, dan saat itu tak ada lagi cahaya matahari yang mampu menembus kabut tebal yang menyelimuti tempat mereka. Dia lantas kembali menjatuhkan pandangannya pada Minhyuk yang masih terisak. Terdapat ribuan pertanyaan dalam sorot matanya. Apa yang telah terjadi pada Neverland saat itu?

    Hari itu, Raja dengan tahta yang abadi telah di bangkitkan kembali bersamaan dengan kegelapan yang kembali mengambil alih jiwa Kim Taehyung. Neverland di selimuti oleh kabut putih yang seakan ingin menyembunyikan keberadaan Tuannya. Neverland bangkit dari kematian, Neverland siap untuk berperang. Lagi!

Selesai di tulis : 02.02.2020
Di publikasikan : 02.02.2020

   

Ada yang kangen dengan Lee Minhyuk😁😁😁

Atau Lucifer😏😏😏

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro