Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

00:17

    Busan, 06:30

    Yeri berpamitan pada ibu Panti untuk pulang ke rumahnya karna harus bersiap untuk pergi ke Sekolah. Keadaan Panti masih sangat sepi karna tak banyak anak yang sudah bangun, tapi saat dia bangun. Dia tidak menjumpai Hanbin hingga ia akan meninggalkan Panti sekarang ini.

    Dengan perasaan yang sedikit berat karna belum bisa memastikan keadaan Hanbin, Yeri pun bergegas kembali ke rumahnya dengan langkah yang sedikit terburu-buru. Namun setelah berjalan tidak terlalu jauh dari Panti, langkahnya melambat ketika ia mendapati punggung yang sangat familiar berjalan tidak jauh dari tempatnya.

    "Kim Hanbin?" gumamnya.

    Dia kemudian lekas berlari menghampiri sosok pemuda yang ia yakini sebagai Hanbin, dan tepat setelah ia menjangkau tempat pemuda itu. Dia segera menarik lengan pemuda itu yang memanglah Hanbin.

    "Apa yang sedang kau lakukan di sini?" ujar Yeri penuh selidik namun terdengar begitu khawatir.

    Namun Hanbin tak memberikan respon apapun. Pandangan Yeri sempat terjatuh dan tak sengaja melihat Hanbin yang tak mengenakan alas kaki, dia pun kembali mendongakkan wajahnya dengan tatapan yang lebih menuntut.

    "Kau ingin pergi ke mana?"

    Hanbin tak kunjung memberi jawaban, namun dia menepis pelan tangan Yeri dan kembali berbalik untuk melanjutkan langkahnya. Hal itu sontak membuat Yeri sempat tertegun, merasa aneh dengan kelakuan Hanbin sejak ia menemukannya di pinggir pantai semalam.

    "Hanbin..." Yeri kembali mengejar Hanbin yang berjalan seperti orang linglung.

    "Kim Hanbin." suara Yeri sedikit lantang, dan saat itu pula langkah Hanbin terhenti.

    Mata Hanbin mengerjap untuk beberapa kali, dan tatapan kosong yang sebelumnya terlihat tiba-tiba saja menghilang seakan ia yang baru benar-benar mendapatkan kesadarannya kembali.

    Yeri menarik lengannya dan memaksanya untuk berbalik, namun saat itu juga Yeri justru di buat terkejut dengan perlakuan Hanbin yang tiba-tiba memeluknya.

    "Kali ini aku tidak akan melepaskanmu, Choi Yerim." perkataan itu keluar begitu saja dari mulut Hanbin dan sontak hal itu membuat Yeri terkejut.

    Gadis itu mendorong tubuh Hanbin dengan sedikit kasar dan membuat Hanbin melepaskannya meski kedua tangannya masih berada di atas bahu Yeri.

    "Siapa Choi Yerim?" tanya Yeri dengan nada bicara yang menuntut, namun saat itu pula wajah Hanbin terlihat seperti orang bodoh yang tak mengerti apa yang baru saja ia katakan sebelumnya.

    "Kim Hanbin, kau mendengarku?"

    "Y-ye?"

    Hanbin melihat ke sekeliling dengan raut wajah yang terlihat bingung, merasa heran karna ia bisa berada di sana. Perhatiannya kemudian teralihkan oleh Yeri yang menurunkan tangan kanan miliknya dari bahu gadis itu, dan sontak ia pun juga menarik tangan kirinya kembali.

    "Kau sedang melamun?"

    Hanbin menggeleng dengan cepat meski ia meragukan hal itu, dia bahkan tidak tahu kenapa dia bisa berada di sana, terlebih tanpa mengenakan alas kaki.

    Yeri kemudian menarik Hanbin menepi, takut-takut jika nanti ada kendaraan yang lewat.

    "Apa yang sedang kau lakukan di sini?"

    Hanbin tak langsung menjawab, dia justru menggaruk bagian belakang kepalanya seakan tengah mencari alasan untuk dirinya sendiri, kenapa ia bisa sampai ada di sana.

    "Hanbin... Jangan seperti ini, sebenarnya apa yang terjadi dengamu?" ujar Yeri yang benar-benar menunjukkan kekhawatirannya.

    "Aku, aku baik-baik saja. Kenapa kau terlihat begitu cemas?" perkataan pertama yang lebih panjang keluar sebagai respon, dan Yeri benar-benar yakin bahwa Hanbin sudah sadar sepenuhnya.

    "Bagaimana aku tidak khawatir, lihatlah dirimu sekarang! Kau membuatku takut."

    Hanbin mengangkat tangannya dan hendak kembali menggaruk bagian belakang kepalanya, namun dengan cepat Yeri meraih tangannya.

    "Jangan melakukannya lagi, kau tahu? Kau terlihat sangat bodoh saat melakukan hal itu."

    "Apa aku, sudah melakukan kesalahan padamu?" ujar Hanbin dengan hati-hati.

    "Ya, kau melakukan kesalahan. Apa kau tidak sadar juga?" Yeri sedikit membentak karna sungguh, Hanbin benar-benar membuatnya khawatir sekarang.

    "Ma-maaf." gumam Hanbin dengan kepala yang sedikit menunduk.

    "Maaf untuk apa?"

    "Aku... Sudah memukuli temanmu." gumam Hanbin, meski bukan itu yang di maksud oleh Yeri.

    "Teman? Siapa yang kau maksud?"

    "Siswa yang kemarin bertemu dengan kita di Sekolah."

    Mata Yeri membulat, "maksudmu Han Kangwoo? Apa dia yang sudah membuatmu seperti ini?" tuntut Yeri dan terlihat kemarahan dari nada bicaranya.

    "Maafkan aku." sesal Hanbin.

    Yeri dengan hati-hati menangkup wajah Hanbin dan mengangkatnya, membuat pandangan keduanya saling bertemu. Yeri tidak peduli dengan Kangwoo dan justru dia marah kepada Kangwoo yang sudah membuat Hanbin seperti ini.

    "Kenapa kau meminta maaf? Kau tidak bersalah. Dia pasti yang menyerangmu duluan, benarkan?"

    Hanbin tak menjawab, dia justru mengalihkan pandangannya. Menghindari kontak mata dengan Yeri yang kemudian menurunkan tangannya dari wajahnya, merasa sedikit tak nyaman karna takut menambah luka di wajah Hanbin ketika tangannya menyentuh wajah pemuda itu.

    "Ini bukan salahmu, kau tidak perlu merasa bersalah. Tapi... Apa yang dia katakan padamu?"

    Hanbin menggeleng, menolak untuk menjawab. Karna dia tidak mungkin mengatakan kejujuran kepada Yeri tentang apa yang terjadi semalam ketika ia berubah menjadi monster dan hampir membunuh seseorang. Dia tidak ingin Yeri mengetahuinya, dan tentang Neverland. Dia akan mencari tahu sendiri jawabannya.

    "Aku, akan mengantarmu pulang." gumam Hanbin kemudian, namun dia balas gelengan kepala oleh Yeri.

    "Tidak apa-apa jika kau tidak ingin menjawab, tapi aku akan pulang sendiri. Tapi sebelum itu, aku akan mengantarmu kembali ke Panti."

    Hanbin dengan cepat mengembalikan pandangannya pada Yeri. "Aku, aku bisa kembali sendiri."

    "Aku meragukan hal itu." bantah Yeri yang kemudian menggandeng lengan Hanbin dan menuntunnya kembali ke Panti Asuhan tanpa ada protes dari Hanbin yang hanya mampu memperhatikan wajah yang sangat familiar itu dari samping.

    Choi Yerim, siapakah identitas dari gadis yang di sebutkan oleh Hanbin sebelumnya. Mungkinkah gadis itu yang akan membimbingnya untuk kembali menemukan jati dirinya, lalu bagaimana dengan Kim Yeri. Apakah dia akan melepaskannya?
  

  Incheon, 08:25

    Taehyung duduk seorang diri di salah satu kursi yang berada di halaman Gereja, tepatnya di bawah pohon besar yang tampak begitu rindang. Dia melupakan semua yang terjadi semalam ketika ia terbangun pagi ini, dan hanya ada perasaan bingung yang kembali menyelimuti hatinya di saat Seokjin sendiri masih tak sadarkan diri. Dan hal itulah yang menjadi pertanyaan bagi Taehyung, apa yang terjadi pada Seokjin?

    Perhatiannya teralihkan oleh sosok Seungcheol yang keluar dari bangunan di mana ia tidur tadi malam, keduanya sempat saling bertemu pandang. Namun Seungcheol hanya sekilas menundukkan kepalanya dan berjalan menuju Gereja.

    Taehyung memperhatikan Seungcheol hingga pemuda itu masuk ke dalam Gereja. Taehyung merasa sangat aneh, bukankah semalam dia melihat Seungcheol sudah mati? Namun kenapa dia bisa hidup kembali? Bahkan tak ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa Seungcheol sedang berada dalam keadaan yang kurang baik.

    "Kau di sini rupanya." sebuah teguran dari arah belakang yang mengalihkan perhatiannya.

    Dia menoleh dan mendapati Pendeta Shin yang berjalan mendekatinya, melihat hal itupun dia segera bangkit dari duduknya. Namun Pendeta Shin segera mencegahnya.

    "Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Duduk saja."

    Taehyung mengangguk canggung dan kembali duduk, begitupun dengan Pendeta Shin yang kemudian menempatkan diri duduk di sampingnya. Dia mengalihkan pandangannya ketika sempat bertemu pandang dengan Pendeta Shin yang kemudian mengulas senyumnya.

    "Bagaimana keadaanmu?"

    Taehyung yang merasa sedikit aneh dengan pertanyaan Pendeta Shin pun memberanikan diri untuk melakukan kontak mata dengan Pendeta Shin, karna dia benar-benar melupakan kejadian semalam.

    "Aku baik-baik saja." jawab Taehyung dengan ragu.

    "Apa kau... Mengingat hal yang terjadi semalam?" Pendeta Shin bertanya dengan hati-hati.

    Taehyung sejenak tampak mempertimbangkan sesuatu, namun tak ada ingatan apapun tentang kejadian semalam. Hal terakhir yang ia ingat adalah saat ia berbincang dengan Seokjin setelah kakaknya itu kembali, selebihnya dia tidak mengingat apapun.

    "Apa semalam terjadi sesuatu?"

    "Kau tidak mengingat apapun?" Pendeta Shin menunjukkan sedikit keheranan di garis wajahnya, terlebih setelah Taehyung memberikan sebuah gelengan.

    "Syukurlah kalau begitu."

    Kali ini Taehyung yang merasa aneh dengan sikap Pendeta Shin, hal itu menunjukkan bahwa ada sesuatu yang besar yang terjadi semalam. Tapi kenapa dia tidak mengingat apapun.

    "Bolehkah aku bertanya padamu?"

    "Ye." Taehyung mengangguk ragu.

    "Sebelumnya, apa kau merasa bahwa seperti ada sesuatu yang memberati kepalamu?"

    Taehyung sejenak berpikir dan kemudian mengangguk dengan ragu, karna memang kepalanya sering terasa begitu berat. Terlebih pada malam hari.

    "Kapan hal itu terjadi?"

    "Aku tidak yakin, tapi sepertinya sering."

    "Lalu bagaimana sekarang, apa kepalamu masih terasa berat?"

    Taehyung menyentuh tengkuknya, dan memang saat ia bangun, dia merasa kepalanya begitu ringan. Seakan beban yang selama ini memberatkan kepalanya telah di angkat.

    "Aku merasa lebih baik sekarang."

    Senyum Pendeta Shin melebar, terdapat rasa syukur dalam senyuman itu ketika tak merasakan lagi energi negatif yang keluar dari tubuh pemuda itu. Dan itu berarti bahwa iblis itu telah meninggalkan tubuh Taehyung, mata Taehyung juga jauh lebih jernih dari hari-hari sebelumnya.

    Pendeta Shin kemudian menjatuhkan telapak tangannya pada puncak kepala Taehyung dan mengusapnya dengan pelan untuk beberapa kali.

    "Mulai sekarang, hiduplah dengan lebih baik lagi. Terlepas dari apa yang pernah terjadi di masa lalu, jadilah dirimu yang sekarang ini."

    Pendeta Shin menarik kembali tangannya dan menyisakan kebingungan di wajah Taehyung.

    Taehyung kemudian bertanya dengan ragu, "Seokjin Hyeong, apa yang terjadi padanya?"

    "Dia hanya memerlukan waktu untuk beristirahat."

    "Tapi... Dia tidak terlihat begitu baik. Jika Pendeta mengizinkan, aku ingin membawanya kembali ke Seoul hari ini."

    "Tidak ada yang perlu kau cemaskan, Seokjin akan baik-baik saja di sini."

    Setelah perbincangan singkat tersebut, Pendeta Shin pun meninggalkan Taehyung yang kembali termenung di sana. Namun pandangannya terarah pada Gereja dan hal itu berlangsung cukup lama, seakan ada sesuatu yang menarik perhatiannya di sana dan itu berlangsung cukup lama.

Selesai di tulis : 15.11.2019
Di publikasikan : 30.11.2019

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro