00:09
Seoul, 08:00
Seokjin mengendarai mobilnya berbaur bersama kendaraan lain yang tengah beraktivitas pagi itu, bersama dengan Taehyung yang duduk di kursi penumpang tepat di sampingnya. Keduanya tengah dalam perjalanan menuju Incheon dan ini adalah untuk yang pertama kalinya Taehyung pergi ke Incheon untuk menemani Seokjin.
Biasanya Seokjin akan pergi sendiri, namun Taehyung tidak tahu alasan di balik kenapa Seokjin mengajaknya kali ini. Yang ia tahu hanyalah bahwa mereka akan mengunjungi salah satu Gereja di daerah Incheon karna Seokjin yang memiliki hubungan baik dengan seorang Pendeta di sana dan kerap pula datang berkunjung.
"Kau bosan?"
Teguran pertama Seokjin yang ia layangkan pada Taehyung, karna sejak meninggalkan rumah. Pemuda itu hanya berdiam diri dengan tatapan yang terkesan kosong mengarah pada jalanan yang mereka lewati. Dan teguran itu pula yang pada akhirnya menarik perhatian Taehyung.
"Hyeong mengatakan sesuatu?"
Sebelah alis Seokjin terangkat untuk sepersekian detik. "Kau melamun?"
Taehyung menggeleng dan sempat di tangkap oleh ekor mata Seokjin.
"Tidak."
"Lalu kenapa kau diam saja sejak kita meninggalkan rumah?"
Taehyung memalingkan wajahnya dari Seokjin dan tampak begitu gelisah.
"Tidak apa-apa. Hanya saja, aku bingung harus bicara apa."
Sudut bibir Seokjin terangkat, menciptakan seulas senyum tipis yang bertahan cukup lama di sana.
"Kau sedang memikirkan sesuatu?"
"Tidak tahu."
Mendengar hal itu, Seokjin pun tertawa ringan. Meski berapa kalipun dia bertanya, Taehyung akan tetap menjawab tidak tahu jika pertanyaan itu berhubungan dengan dirinya sendiri.
"Kalau begitu, pikirkan dulu dan tanyakan padaku jika kau memiliki sesuatu untuk di tanyakan."
Taehyung hanya mengangguk ringan dan setelahnya tak ada lagi perbincangan di antara mereka, di saat Seokjin yang berkonsentrasi pada jalanan di hadapannya dan juga Taehyung yang kembali sibuk dengan lamunannya.
Namun setelah beberapa saat terdiam, Taehyung mengarahkan pandangannya pada Seokjin. Menatap dengan ragu seakan ia yang enggan untuk membuka mulutnya.
"Hyeong." satu kata yang penuh keraguan terucap dan berhasil menarik perhatian Seokjin.
"Ada apa?"
Taehyung kembali diam, merasa begitu ragu akan apa yang ia katakan dan bahkan berniat untuk mengurungkannya.
"Kenapa wajahmu secemas itu? Katakan apa yang ingin kau katakan dan jangan di pendam sendirian."
Perkataan lembut Seokjin yang perlahan menarik keberanian Taehyung.
"Bisa tidak, antarkan aku ke tempat di mana Hyeong menemukan aku?"
Seokjin terkejut akan permintaan Taehyung, namun alih-alih menunjukkan reaksi keterkejutan yang normal. Raut wajah Seokjin justru terlihat begitu datar, dan hal itu sempat membuatnya terdiam meski ia tetap menjalankan mobilnya.
"Tidak bisa, ya?" ujar Taehyung takut-takut karna melihat reaksi Seokjin yang tiba-tiba memasang wajah serius.
"Kenapa kau ingin pergi ke sana?"
Nada bicara yang terdengar masih normal seperti sebelumnya dan raut wajah yang kembali terlihat santai. Sepertinya Seokjin memiliki pengendalian diri yang tinggi.
"Aku hanya ingin melihat tempat itu."
"Apa itu yang menganggumu beberapa hari ini?"
Taehyung mengangguk ragu dan sekali lagi, pergerakan kecilnya tersebut berhasil di tangkap oleh ekor mata Seokjin yang terlihat seperti tengah mempertimbangkan sesuatu.
"Haruskah hari ini?" gumam Seokjin yang lebih di tujukan kepada dirinya sendiri.
Dia kemudian sekilas melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya dan sejenak memiringkan kepalanya ketika ia menghitung dalam hati jarak yang harus mereka tempuh jika ingin pergi ke hutan itu.
"Jaraknya sekitar empat sampai lima jam, jika kita pergi sekarang maka kita akan sampai di Incheon saat malam."
"Tidak harus hari ini juga, terserah Hyeong kapan waktunya. Aku akan menunggu."
"Sebentar." gumam Seokjin yang kembali mempertimbangkan sesuatu.
Dia kembali bergumam, "bulan ini... Ah... Aku sangat sibuk bulan ini, ini adalah hari terakhir waktu luangku. Baiklah, kalau begitu kita akan pergi sekarang." pungkas Seokjin yang mengambil kendali akan pikirannya sendiri.
"Apa tidak apa-apa?"
Seokjin memberikan seulas senyum pada Taehyung untuk meyakinkan pemuda yang selalu di penuhi oleh keraguan tersebut.
"Tidak masalah, aku akan menghubungi Pendeta Shin bahwa kita akan datang lebih lambat. Kau tidurlah! Perjalanan kita sangat panjang hari ini."
Taehyung mengangguk ringan. "Terima kasih, Hyeong." gumamnya.
Berjalan ke arah selatan Seoul, menempuh perjalanan panjang yang memakan banyak waktu. Matahari yang sedikit bergeser dari atas kepala menandai akhir perjalanan panjang keduanya.
Setelah perjalanan yang menghabiskan waktu lebih dari empat jam lamanya. Seokjin menghentikan mobilnya di jalanan yang membelah hutan belantara, di mana tak banyak orang yang bisa mereka temui sepanjang perjalanan masuk ke dalam hutan. Mungkin hanya beberapa penduduk pribumi dan itupun bisa di hitung dengan tangan.
"Sudah sampai, di sinilah tempatnya." ujar Seokjin yang mempertemukan pandangannya dengan Taehyung yang masih terlihat bingung.
"Ayo turun."
Mengikuti Seokjin, Taehyung pun bergegas turun dari mobil dan mendekati Seokjin. Pandangannya langsung mengarah pada hutan belantara di hadapannya, merasa asing namun justru batinnya menyangkal hal itu.
"Kau benar-benar ingin pergi ke sana?"
Taehyung mempertemukan pandangannya dengan Seokjin dan mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Ya sudah, tapi pastikan tidak akan ada hal buruk yang terjadi padamu karna kita hanya berdua."
Taehyung kembali mengangguk dan setelahnya dia mengikuti langkah Seokjin yang mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam hutan. Tak ada jalan setapak yang mereka lihat, hanya menggunakan insting untuk mencari pijakan yang bagus untuk kaki mereka.
"Kau ingatkan, waktu itu aku pernah mengatakan padamu bahwa Jungkook lah yang menemukanmu?" ujar Seokjin tanpa menghentikan langkahnya ataupun menoleh Taehyung yang berjalan di belakangnya.
"Ne."
"Saat itu aku menghampirinya dan bertanya apakah kau masih hidup? Tapi dia justru berkata tidak tahu meski dia sudah berjongkok di sebelahmu. Saat itu aku ingin sekali memukul kepalanya, anak itu benar-benar ajaib." celoteh Seokjin yang tampak menikmati perjalanan itu, bebeda dengan Taehyung yang justru merasa semakin tertekan.
Entah apa yang terjadi padanya, batin Taehyung semakin tertekan seiring dengan langkahnya yang semakin menjauh dari jalanan. Namun dia tetap diam karna dia sendiri tidak yakin apa yang sebenarnya terjadi padanya.
Dia merasa ada sesuatu yang lain dalam tubuhnya yang mendesak untuk segera keluar, namun masalah utamanya adalah dia yang tidak mengerti tentang dirinya sendiri.
"Sudah sampai." cetus Seokjin yang berdiri tepat di samping tempat di mana Taehyung dulu terbaring.
"Waktu itu kau berbaring di sini dalam kondisi yang cukup mengenaskan, aku pikir kau di serang hewan buas waktu itu." Seokjin kembali berujar sembari menunjuk arah di bawah kakinya.
Taehyung menatap lekat-lekat tempat yang di tunjuk oleh Seokjin, berharap sebuah kenangan bisa kembali mengisi ingatannya. Namun tak ada apapun yang bisa ia dapatkan selain dahinya yang memperlihatkan sebuah kerutan.
"Hyeong bisa meninggalkan aku di sini sebentar?"
Sebelah alis Seokjin terangkat ke atas, dia mengarahkan pandangannya ke tempat dia memarkirkan mobilnya sebelum kembali menjatuhkan pandangannya pada Taehyung.
"Kau yakin tidak masalah?"
Taehyung mengangguk. "Aku tidak akan kemana-mana, aku hanya ingin duduk di sini."
Seokjin mengangguk ragu. "Baiklah, aku akan menunggu di mobil. Jangan pergi jauh-jauh dan segera kembali."
Taehyung mengangguk dan Seokjin pun bergegas kembali ke mobil dengan perasaan yang sedikit tidak tenang karna harus meninggalkan Taehyung sendirian, namun jarak antara mobil dan tempat Taehyung tidak terlalu jauh. Jadi Seokjin bisa mengawasinya dari dalam mobil.
Seokjin masuk ke dalam mobil dan mengawasi pergerakan Taehyung dari sana, namun tak ada hal lain yang di lakukan oleh Taehyung selain hanya duduk memunggunginya. Melihat hal itupun dia membenahi posisi duduknya, mencari posisi yang nyaman dan menyandarkan kepalanya. Mengambil sedikit waktu untuk beristirahat setelah mengemudi dalam waktu yang lama.
Perlahan kelopak mata itu tertutup karna perasaan lelah yang membebani tubuhnya, membiarkan pemuda asing itu terduduk sendirian di tengah hutan belantara.
Cukup lama Taehyung terduduk di sana, mencoba mencari secuil ingatan yang bahkan tak mampu di jangkau oleh pikirannya. Namun lain dengan tubuhnya yang memberi reaksi yang berbeda.
Pikirannya menyangkal, namun tubuhnya menegaskan bahwa tempat itu tidak asing lagi baginya.
"Kau ingin aku menunjukkan sesuatu yang menarik padamu, Kim Taehyung?"
Raut wajah Taehyung menegang. Ekor matanya bergerak ke kiri ketika ia mendengar suara bisikan yang begitu terdengar jelas olehnya, meski pada kenyataannya tidak ada siapun yang berada di sekitarnya. Awalnya dia beranggapan bahwa itu hanyalah halusinasinya semata sebelum suara itu kembali terdengar dan makin dekat.
"Jangan mencariku, terakhir kau mencariku dan kau menyesalinya."
"Siapa kau?"
Pertanyaan yang terucap dengan tenang namun sangat menuntut dan kali ini Taehyung mampu mendengar tawa ringan dari suara misterius tersebut.
"Bodoh! Kenapa manusia lemah sepertimu memiliki hidup yang panjang? Sangat menjengkelkan."
"Tunjukkan dirimu dan bicaralah di hadapanku!"
"Pergilah ke arah barat, kau tidak akan menyesal jika kau pergi ke sana."
"Aku bertanya, siapa kau? Dan jangan memerintahku."
Taehyung mengangkat pandangannya ketika tak mendengar lagi suara misterius tersebut. Tatapan was-wasnya mengitari tempat yang bisa ia jangkau menggunakan penglihatannya dan entah kenapa hatinya bersikeras untuk segera beranjak dari sana.
Dia pun berdiri dan melihat ke tempat Seokjin. Tampak kebingungan yang kembali terlihat di garis wajahnya, haruskah ia kembali ke tempat Seokjin atau justru berjalan ke arah barat seperti yang di katakan oleh suara misterius tersebut.
Di detik berikutnya, dia mengambil langkah. Hatinya bermaksud untuk pergi ke tempat Seokjin, namun pikirannya justru menggerakkan kakinya untuk berbalik dan berjalan ke arah barat mengikuti intruksi dari suara yang ia dengar.
Bergerak menggunakan naluri hingga tanpa sadar jika ia sudah pergi terlalu jauh dari tempat Seokjin. Namun tubuhnya kembali memberikan reaksi yang menurutnya sangat aneh. Semakin ia berjalan, semakin terasa sesak pula dadanya. Seperti hal yang buruk pernah terjadi di tempat tersebut dan di saksikan oleh dirinya sendiri.
Langkahnya tiba-tiba terhenti ketika ia menemukan keanehan pada jalan yang akan ia tuju. Ia menjatuhkan pandangannya pada ujung sepatunya, dan tepat di ujung sepatunya terlihat rumput yang mengering.
Dia kemudian mengangkat wajahnya dan sedikit tercengang ketika mendapati padang gersang yang membentang di hadapannya. Semakin aneh karna hutan di belakangnya tampak begitu hijau, berbanding terbalik dengan hutan mati yang berada di hadapannya seakan hutan itu telah terbagi menjadi dua wilayah dan kini ia berdiri tepat di perbatasan tersebut.
"Apa ini?" gumamnya tak percaya. Bagaimana bisa hutan tersebut memiliki dua sisi yang berbeda.
Matanya memicing ketika ia merasakan udara di hadapannya begitu berbeda. Angin berhembus di belakangnya namun lahan gersang di hadapannya benar-benar mati dan bahkan tak ada sedikitpun angin yang berhembus di sana.
Perlahan dia mengangkat tangan kirinya setinggi dada dan menggerakkannya ke depan. Jari telunjuknya tergerak lebih dulu dan keanehan terjadi. Dia seperti tengah menyentuh air, namun kejadian selanjutnya membuatnya langsung memundurkan langkahnya ketika angin tiba-tiba berhembus kencang dari tempatnya menuju lahan mati di hadapannya dan bergerak menjauh seperti sebuah bencana.
Taehyung mengangkat tangan kirinya yang gemetar tanpa sebab, bahkan napasnya terdengar sedikit memberat setelah melihat hal gila yang terjadi tepat di depan matanya. Namun hal yang lebih membuatnya terkejut adalah ketika air matanya yang tiba-tiba terjatuh tanpa ia kehendaki.
Selesai di tulis : 28.10.2019
Di publikasikan : 12.11.2019
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro