00:00 [Kelahiran Di Tanah Baru]
SEOUL. 09.15
Seoul, tanah makmur yang di penuhi oleh gemerlap cahaya. Di mana hampir separuh dari tempat itu memiliki tanah yang keras, tanah di mana tak ada satupun tumbuhan yang hidup di sana, bahkan langkah kaki akan terdengar begitu jelas. Berjalan di bawah hukum negara dan segala manipulasi nya.
Di sinilah ia berada. Meninggalkan Neverland, melupakan peristiwa malam itu, melupakan setiap detik yang ia lewati dan menapakkan kakinya di Tanah Seoul hanya dengan membawa sebuah nama.
"Kim Taehyung......"
Suara teriakan Kim Seokjin yang menggema di bangunan rumah berlantai dua tersebut, dan dialah kakak tertua di antara ke enam adik nya. Namun bukanlah adik sedarah, hanya sebatas pertemanan yang kemudian berkembang menjadi sebuah hubungan persaudaraan dan di sanalah rumah baru bagi Kim Taehyung sejak satu tahun yang lalu ketika Jungkook menemukan nya di dalam hutan.
Dengan setelan jas yang sudah rapi dan ruang keluarga yang sudah di dekorasi dan tiba-tiba berubah menjadi studio photo kecil, dia mulai mengabsen satu persatu dari ke enam adik nya dan hingga kini tiga orang yang belum menampakkan diri di hadapan nya, yaitu ketiga saudara termuda.
Terdengar suara langkah kaki yang menuruni tangga kayu dan menggema di ruangan tersebut, Jeon Jungkook. Adik termuda di rumah tersebut yang juga mengenakan pakaian formal seperti para kakak-kakaknya, termasuk dengan Namjoon yang duduk sembari membaca koran, Yoongi yang berbaring di sofa sembari memainkan ponsel di tangan nya dan Hoseok yang sibuk memindahkan kursi dan tentu yang terakhir adalah Seokjin yang berdiri di tengah ruangan.
"Jungkook-a, cepat panggil Jimin dan Taehyung!" Perintah Seokjin yang membuat Jungkook menghentikan langkahnya di tengah tangga, dia kemudian mengarahkan pandangan nya ke lantai dua.
"Jimin Hyeong... Taehyung Hyeong....." Lantang nya dan kembali menjatuhkan pandangan nya pada Seokjin.
"Sudah." Ujarnya santai dan kemudian kembali melangkahkan kakinya, membuat Seokjin mendengus sebal.
"Ya!"
"Dia sudah memanggil mereka. Berhenti memarahi nya, Hyeong."
"Namjoon Hyeong yang terbaik." Sahut Jungkook atas pembelaan Namjoon yang di berikan padanya sebelumnya, dia pun menepuk bahu Seokjin sebelum melewatinya dan berjalan menuju sudut ruangan dengan latar belakang berwarna putih dan juga beberapa bangku yang berjajar dengan rapi.
"Ya! Jungkook-a, Lalu bagaimana dengan ku?" Sahut Yoongi tanpa merubah posisinya ataupun meninggalkan layar ponselnya.
Jungkook berbalik dan duduk di salah satu kursi tersebut sembari menjawab setelah sebelumnya berpikir sejenak tanpa memperdulikan Hoseok yang sibuk memindahkan kursi di samping nya.
"Yoongi Hyeong yang pertama."
Jawaban Jungkook membuat seulas senyum lebar menghiasi kedua sudut bibir Yoongi. "Anak baik...."
"Jika aku bagaimana?"
Kali ini giliran Hoseok yang bertanya setelah ia menaruh satu kursi di samping Jungkook dengan mata yang berbinar seakan tengah menunjukkan harapan nya.
"Hoseok Hyeong...... berada di urutan kedua."
"Oh..... Uri Jungkookie." Ujar Hoseok yang kegirangan sendiri sembari menggelitik dagu Jungkook yang tidak merasa terganggu.
"Bukankah kau bilang bahwa aku yang nomor dua?" Protes Namjoon.
"Aku mengatakan Hyeong yang terbaik, bukannya mengatakan bahwa Hyeong nomor dua." Balas Jungkook dan membuat Yoongi tertawa cekikikan ketika melihat ekspresi masam dari Namjoon.
Seokjin yang kembali melihat hal itu pun menghembuskan napas nya dan memutar bola matanya malas, namun dengan cepat pandangan nya kembali terarah pada Jungkook ketika wanita yang duduk di samping Jungkook hendak menyentuh pipi Jungkook menggunakan telunjukkan. Hal itu sontak membuat Seokjin membulatkan matanya.
"Ya! Ya! Jangan menyentuh nya! Jangan menyentuh nya!."
Semua orang terkejut akan teriakan Seokjin yang tiba-tiba sembari menunjuk ke arah Jungkook dan membuat sang wanita tersebut menarik kembali tangan nya dengan raut wajah yang terlihat begitu sebal, bahkan Yoongi yang sedari tadi tidak ingin berpindah dari posisinya pun segera bangkit dan menatap heran ke arah Seokjin seperti adik-adiknya.
"Wae? Kenapa aku tidak boleh menyentuhnya?" Heran Hoseok karna berpikir bahwa dialah yang di teriaki oleh Seokjin, padahal dia sudah sering melakukan nya pada Jungkook.
"Bukan kau, tapi wanita yang duduk di samping nya." Ujar Seokjin dengan malas.
Seketika mata Jungkook membulat bersamaan dengan Hoseok, keduanya perlahan menolehkan kepala mereka ke bangku kosong yang berada di samping Jungkook dan sedetik kemudian Jungkook langsung melompat dan berhasil di tangkap oleh Hoseok dengan tangan nya yang melingkar di leher Hoseok.
Sebenarnya dia bukanlah anak yang penakut, bahkan dialah yang sering manakut-nakuti hantu. Tapi jika sudah menyangkut hantu wanita, dia pasti akan segera melarikan diri dan satu lagi.
Kim Seokjin, kakak tertua mereka adalah seorang Indigo di mana hal itu sering membuatnya terlihat seperti orang gila karna berbicara atau bahkan marah-marah tanpa sebab, dan wanita yang duduk di samping Jungkook tersebut adalah hantu wanita yang sudah bertahun-tahun hidup bersama mereka, dan tentu saja dia cukup dekat dengan Seokjin meski tiada hari tanpa di bentak oleh Seokjin.
Jungkook kemudian memukul pelan dada Hoseok beberapa kali sebagai isyarat agar dia segera membawanya pergi dan seakan mengerti keinginan Jungkook, Hoseok pun segera membawanya pergi karna dia sendiri adalah orang yang penakut dalam urusan hantu.
Dan di saat keduanya pergi menjauh, Seokjin justru mendekati wanita tersebut dan kembali menjadi tontonan para adiknya ketika ia memarahi angin.
Hoseok sedikit melemparkan tubuh Jungkook di samping Yoongi dan sama-sama melihat ke arah Seokjin, hanya bedanya Jungkook terlihat seperti orang yang bersembunyi dan hanya menampakkan kepalanya. Pasalnya dia benar-benar tidak bisa jika sudah menghadapi hantu perempuan, terlebih lagi Seokjin mengatakan bahwa hantu wanita itu masih muda.
"Bagaimana cara mengusir wanita itu?" Gumam Yoongi yang menatap bosan ke arah Seokjin yang kembali menjadi gila.
"Seokjin Hyeong pernah mengatakan bahwa wanita itu tertarik pada hyeong, jika Hyeong bersedia berbicara dengan nya mungkin dia akan menurut."
Komentar Namjoon membuat Yoongi berdecih dan membalikkan tubuhnya kemudian menyandarkan punggung nya, memilih untuk tidak perduli.
"Siapa juga yang tertarik dengan hantu." Acuh Yoongi.
"Woah... Aku bahkan selalu khawatir setiap hari, bagaimana jika dia mengintip kita saat mandi?"
Namjoon yang tengah meminum air mineralnya seketika tersedak setelah mendengarkan ucapan Hoseok yang hanya menatapnya dengan raut wajah tanpa dosa.
"Jika dia melakukan nya, ku pastikan hidupnya tidak akan lama lagi." Acuh Yoongi.
Jungkook perlahan merendahkan tubuhnya karna sedari tadi dia berjongkok di atas sofa. "Hyeong, bukankah hantu itu orang yang sudah mati?"
Yoongi perlahan menolehkan kepalanya ke arah Jungkook dan mempertemukaan tatapan malasnya dengan tatapan mata Jungkook yang selalu terlihat berbinar yang terkadang membuatnya begitu gemas mengingat bahwa usia Jungkook pun masih tujuh belas tahun. Tanpa menjawab pertanyaan dari Jungkook sebelumnya dia justru meniup kasar wajah Jungkook dan kembali mengalihkan pandangan nya begitupun dengan Jungkook yang kembali mengarahkan pandangan nya pada Seokjin yang berjalan ke arah mereka dengan raut wajah yang terlihat begitu kesal.
"Hyeong, hantunya sudah pergi?"
"Aku sudah membuka gerbang neraka untuk nya." Acuh Seokjin.
"Ya! Kim Seokjin...." Teriak wanita itu tak terima.
"Mwo.....?" Balas Seokjin tak kalah lantang dan membuat semua adiknya terlihat seperti orang bodoh kecuali Yoongi yang mengacuhkan nya dan kembali pada ponselnya.
Namun saat itu juga sebuah buku tiba-tiba melayang dan mendarat dengan sempurna di kening Seokjin dan membuat Jungkook segera beringsut memeluk Yoongi yang dengan santainya malah menepuk pelan punggung nya tanpa mengalihkan perhatian dari ponsel di tangan nya.
"Ya! Dasar wanita gila, aku sudah berbaik hati karna tidak langsung mengirim mu ke neraka. Berhenti mengganggu ku!." Maki Seokjin dan sebuah dengusan sebal kemudian terlontar dari mulut nya setelah sosok wanita muda tersebut menghilang dari pandangan nya. Dia pun kemudian berbalik dan berjalan ke arah lantai dua dengan menghentakkan kakinya.
"Ya! Kim Taehyung.... Park Jimin..... Apa yang sebenarnya kalian lakukan?"
"Sebentar......"
Kelahiran Di Tanah Baru
Setelah keributan kecil di pagi hari itu, pada akhirnya semua berkumpul di ruang keluarga namun kebisingan masih saja terjadi ketika Seokjin yang terlalu antusias harus menghadapi adik-adiknya yang begitu apa adanya.
"Ayo, ayo. Cepat kemari! Jangan buang-buang waktu lagi." Ujar Seokjin yang mengarahkan ke enam adiknya untuk segera menuju kursi yang telah di tata rapi.
"Hyeong, kursinya hanya ada empat." Cetus Jimin.
"Hoseok-a, Kau duduk di bagian kanan, Yoongi di sebelah kiri aku dan Taehyung duduk di tengah. Lain nya berdiri di belakang." Ujar Seokjin yang tengah mempersiapkan kameranya.
"Lagi pula kenapa kita harus melakukan hal seperti ini?" Min Yoongi bersuara di sela langkahnya, tampak bahwa dialah orang yang paling malas melakukan hal ini.
"Seokjin Hyeong mengatakan bahwa ini akan menjadi kenang-kenangan di masa tua." Hoseok menyahuti dengan senyum antusias nya.
"Ah.... Aku tidak ingin mendengarnya, itu terdengar seperti seseorang akan pergi jauh." Ujar Jungkook yang menempati posisinya dan meringis setelah mendapati Taehyung memperhatikan nya sembari tersenyum. Dia yang sudah duduk di hadapan Jungkook pun sekilas menepuk lengan Jungkook beberapa kali.
"Hyeong."
Suara yang terdengar begitu datar yang kemudian mengalihkan perhatian Seokjin yang sedikit membungkukkan badan nya, dia pun menegakkan tubuhnya dan mendapati Yoongi yang berdiri di samping nya.
"Ada apa?"
Tanpa mengucapkan sepatah katapun Yoongi mengulurkan dasinya pada Seokjin yang kemudian membuat Seokjin mendengus.
"Aish... Kenapa tidak dari tadi?" Protes Seokjin yang langsung mengambil dasi di tangan Yoongi dan memakaikan nya di kerah baju Yoongi.
"Sudah." Ujarnya dan kemudian menepuk bahu Yoongi sebelum keduanya menghampiri yang lain nya.
"Siapa yang akan menekan kameranya?" Ujar Taehyung ketika semua orang telah menempati posisi yang telah di arahkan oleh Seokjin sebelumnya.
"Jungkook-a, kau yang termuda. Kau saja yang melakukan nya." Ujar Seokjin dan tanpa mengucapkan sepatah katapun, dengan langkah ringan nya Jungkook berjalan menghampiri kamera dan menekan tombol otomatis yang akan memotret setelah sepuluh detik.
"Sepuluh detik." Cetus nya.
"Cepat, cepat. Cepat kembali!" Seru Seokjin, Jungkook pun berlari untuk kembali ke posisi nya.
"Apa yang harus kita lakukan?" Ujar Hoseok.
"Tersenyum, tersenyum. Tunjukkan senyum terbaik kalian." Ujar Seokjin mengarahkan.
"1, 2, 3." Ujar Jungkook dan di detik ketiga lampu kamera tersebut menyala.
Setelahnya mereka dengan cepat berganti posisi. "Taehyung, Hoseok, Jimin. Kalian duduk di bawah, Jungkook kemarilah. Pasang wajah yang keren."
Mereka menukar formasi dengan cepat dan kamera yang terus memotret tersebut lebih sering menangkap gambar di mana mereka sibuk bertukar posisi.
"Taehyung Hyeong dan Hoseok Hyeong malah tersenyum." Cetus Jungkook ketika sesi foto terakhir mereka selesai.
"Aniya.... Kapan aku melakukan nya?" Bantah Taehyung.
"Aku melihat mu Hyeong, jangan mencoba lari dari ku."
Taehyung tersenyum lebar ke arah Jungkook di susul oleh Hoseok yang tertawa sembari menepuk tangan nya sendiri beberapa kali.
"Hanya sedikit." Ralat Taehyung.
Selesai di tulis : 20.05.2019
Di publikasikan : 01.06.2019
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro