Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter : 11

    Hyunwoo menghampiri Seungcheol yang berada di pintu belakang setelah memastikan semua pintu dan jendela telah terkunci.

    "Ada apa?" tanya Hyunwoo setelah melihat wajah Seungcheol yang terlihat gusar sembari melihat ke arah gudang.

    "Anginnya sudah datang," gumam Seungcheol sebagai jawaban atas pertanyaan Hyunwoo.

    "Sebaiknya kita segera berkumpul dengan yang lainnya, aku rasa Minhyuk sedang dalam masalah."

    Keduanya kemudian berjalan menuju kamar di mana semuanya telah berkumpul, di saat angin telah berputar-putar mengelilingi tempat persembunyian mereka.

    Seungcheol membuka pintu kamar dan masuk, disusul oleh Hyunwoo yang kemudian menutup pintu dari dalam. Seungcheol mengarahkan pandangannya pada semua orang yang berada di ruangan tersebut, tapi sepertinya dari sembilan orang, dua dari mereka tidak ada di sana.

    "Di mana Minhyuk Hyeong dan Taehyung?" tanya Seungcheol.

    "Bukankah mereka bersama kalian?" Hoseok menyahuti.

    "Tidak, aku sudah menyuruh Taehyung membawa Minhyuk masuk," sahut Hyunwoo.

    "Dari tadi hanya kami yang berada di sini," timpal Jinhwan.

    Di detik setelahnya, Hyunwoo dan Seungcheol bergegas keluar dari kamar dengan panik, disusul oleh anggota lain. Mereka menuju ruang keluarga di mana tempat terakhir mereka meninggalkan Minhyuk dan Taehyung. Dan ketika Hyunwoo serta Seungcheol menjangkau ruang keluarga, keduanya dikejutkan dengan Minhyuk dan Taehyung yang terbaring di lantai.

    "Minhyuk, Taehyung!" panik Hyunwoo dan menghampiri keduanya, lebih tepatnya Minhyuk. Sedangkan Seungcheol menjatuhkan lututnya di samping Taehyung dan mengangkat kepala Taehyung ke pangkuannya.

    "Taehyung, buka matamu. Kim Taehyung," Seungcheol menepuk pelan wajah Taehyung, berusaha untuk membangun pemuda itu. Dan hanya berselisih beberapa detik semua orang kembali berkumpul di ruang keluarga dan tampak khawatir.

    "Kita bawa mereka ke kamar," seru Hyunwoo.

    Hyunwoo yang dibantu oleh Hoseok, memberingkan tubuh Minhyuk di atas ranjang. Sedangkan Seungcheol yang dibantu oleh wonwoo, membaringkan tubuh Taehyung di ranjang yang berseberangan dengan Minhyuk sebelum akhirnya satu persatu dari mereka mencari tempat untuk duduk dan tidak berjauhan.

    "Apa yang terjadi?" gumam Jinhwan.

    "Kenapa mereka tiba-tiba seperti ini?" sahut Hoseok.

    "Sebelum aku meninggalkan mereka, mereka masih baik-baik saja," jawab Hyunwoo atas pertanyaan Hoseok, dan dari ketujuh orang di sana tidak ada satupun yang bisa menjelaskan semuanya.

    Brakkk...

    Suara yang begitu keras dari luar yang menyatu dengan hembusan angin kencang membuat semua orang terlonjak.

    "Jangan jauh-jauh, tetap bersama," ujar Seungcheol dan para ketiga anggota termuda yang sebelumnya berada sedikit menjauh dari para kakak, kemudian mendekat dan duduk di pinggiran ranjang.


LOST CHILD

    "Kebaikan hatimu itu akan membawa petaka dalam hidupmu."

    "Tenanglah, tidak apa-apa. Aku akan membawamu pergi dari sini, jangan takut."

    "Siapa namamu?"

    "Kim Jisoo."

    "Jika tugasmu sudah selesai, apa kau akan pergi?"

    "Itulah takdir yang harus hamba jalani."

    "Bagaimana jika aku bisa membebaskanmu dari takdir itu? Biarkan aku merengkuhmu dan kau bisa tetap di sisiku"

    "Kenapa kau begitu serakah? Cenayang bukanlah seseorang yang bisa kau rengkuh hanya karna kau menginginkannya. Cenayang adalah wanita pilihan dewa, dan seorang raja tidak berhak untuk merengkuhnya."

    "Jika kau tetap ingin merengkuhnya, kau harus lebih dulu memastikan kematianku."

    "Ini adalah karma karena kau bersikukuh untuk merengkuh seorang cenayang penyerap bencana."

    "Putuskan sekarang. Pergi denganku, atau mati di tanganku"

    "Bunuhlah aku, Hyeongnim!!!"

    Sebuah bayangan yang saling bertumpuk membangunkan Minhyuk dari tidur panjangnya sekaligus mengubur mimpi yang sempat mengikat jiwanya. Netra pemuda itu tiba-tiba terbuka dan mengerjap beberapa kali untuk mencerna apa yang baru terjadi padanya.

    "Bunuhlah aku, Hyeongnim ..." sebuah pernyataan yang tertinggal di benaknya. Kata-kata yang terdengar begitu jelas tapi ingatannya sendiri tidak mampu memberitahunya suara siapakah itu. Siapa orang yang meminta agar dia membunuhnya.

    Minhyuk memiringkan tubuhnya, tampak begitu lelah setelah berkelana dalam mimpi yang hanya membuatnya mendengar sepenggal kalimat panjang yang berbaur menjadi satu. Namun pandangannya terkunci pada sosok pemuda yang tidur di ranjang seberangnya.

    Seulas senyum lebar tercipta ketika ia mendapati Kim Taehyung. Namun senyum itu pula yang memicu sakit kepala yang tiba-tiba datang menyerangnya dan membuatnya memegangi kepalanya menggunakan lengannya di saat telapak tangannya terkepal.

    Rasa sakit yang hanya datang sekilas dan meninggalkannya. Perlahan Minhyuk bangkit, menurunkan kakinya di lantai dan terduduk dengan lemah di pinggir ranjang.

    Minhyuk mengarahkan pandangannya ke luar jendela ketika pendengarannya baru berfungsi sepenuhnya. Suara bising yang menarik perhatiannya di saat langit Neverland berwarna biru cerah dengan sedikit awan yang terus mengembang dan memudar.

    Minhyuk beranjak dari duduknya, berjalan mendekati Taehyung dan duduk di tepi ranjang tepat menghadap Taehyung. Pandangannya kemudian turun dan berhenti pada tangan milik Taehyung.

    Diraihnya tangan Taehyung dan membuka telapak tangan tersebut, melihatnya dengan teliti seakan ingin mengamati garis tangan Taehyung. Minhyuk memperhatikan telapak tangan yang menyentuh bahunya semalam sebelum ia kehilangan kesadarannya, meski dia tidak tahu kenapa dia bisa kehilangan kesadarannya dan juga ada apa dengan Taehyung. Kenapa pemuda itu masih belum bangun di saat semua penghuni Neverland sudah membuat keributan di luar sana?

    Perlahan tangan Minhyuk yang terbebas mengusap telapak Taehyung tanpa adanya alasan, dia hanya ingin melakukannya untuk beberapa kali sebelum menaruh tangan Taehyung kembali dan beranjak keluar dari kamar untuk melihat sumber kebisingan yang terus berputar-putar di pendengarannya.

    Semakin berjalan keluar, semakin keras pula suara yang saling bersahutan itu. Tepat saat Minhyuk ingin menjangkau pintu, langkah kakinya terhenti ketika sesuatu jatuh mengenai kepalanya. Bukanlah sesuatu yang berbahaya, hanya bagian kecil dari genting yang pecah. Minhyuk kemudian mendongakkan kepalanya dan melihat tepat di atasnya seseorang tengah mengambil genting yang berjajar dengan rapi.

    Terlepas dari itu semua, Minhyuk kembali melangkahkan kakinya dan ketika ia menjangkau pintu dia bisa melihat bahwa banyak pohon yang tumbang setelah badai semalam dan sebagian atap di teras rumah mereka juga rusak. Mungkin itulah yang membuat mereka mengganti gentingnya.

    Minhyuk menuruni tangga kayu dan menapakkan kakinya di halaman yang kemudian menarik perhatian dari Hyunwoo yang tengah membersihkan puing-puing pohon yang tumbang di halaman.

    "Oh! Minhyuk, kau sudah bangun?" seru Hyunwoo, mengundang perhatian semua orang yang kemudian melihat ke arah Minhyuk. Tak terkecuali tiga anggota termuda yang kemudian melongokkan kepala mereka ke bawah, mengingat posisi mereka yang saat ini berada di atap rumah.

    "Oh! Hyeong."

    "Minhyuk Hyeong, kau sudah bangun?"

    "Kau baik-baik saja, Hyeong?"

    Suara yang saling bersahutan membuat minhyuk berbalik dan mendongakkan kepalanya.

    "Apa yang kalian lakukan di sana?"

    "Mengganti atap rumah," sahut Hanbin.

    "Badainya merusak rumah kita," sambung Changkyun.

    "Apa Taehyung Hyeong belum sadar?"

    Perkataan Wonwoo membuat sebelah alis Minhyuk terangkat. "Apa terjadi sesuatu padanya?"

    "Kami menemukan kalian berdua dalam keadaan tidak sadarkan diri, apa kau tidak tahu?" sahut Hyunwoo.

    Minhyuk menolehkan kepalanya pada Hyunwoo yang sudah berdiri di sampingnya.

    "Aku tidak tahu tentang hal itu."

    "Sudahlah, tidak usah dipikirkan. Kau sudah sadar, mungkin sebentar lagi dia juga akan sadar. Jika kau masih merasa kurang baik, istirahatlah saja dulu," Hyunwoo menepuk bahu Minhyuk sebelum beranjak meninggalkannya.

    "Ya! Ya! Ya! Jangan injak yang itu, nanti bisa pecah," seru changkyun pada Hanbin.

    "Ya ampun, kau cerewet sekali. Lagi pula dari tadi kau hanya duduk di situ," protes Hanbin.

    "Apa-apaan kalian? Kenapa malah ribut? Diam atau kulempar kalian ke bawah" ancam Wonwoo.

    "Kau bilang apa?"

    "Apa? Apa? Lihatlah pekerjaan kalian, kalian salah memasangnya."

    "..."

    "..."

    "..."

    Suara tiga pemuda yang saling beradu mulut di atap rumah mengiringi langkah Minhyuk untuk bergabung bersama para rekan-rekannya. Sepertinya badai semalam telah memporak-porandakan Neverland. Tapi hanya Minhyuk dan Taehyung lah yang tidak mengetahui betapa mengerikannya semalam.

    "Hyeong, kau sudah baikan?" tanya Seungcheol memastikan, dan dijawab dengan anggukan ringan oleh Minhyuk.

    "Jika kau kurang sehat, lebih baik istirahat dulu. Besok, kan kita akan pergi ke kota"

    "benar kata Jinhwan Hyeong, sebaiknya Hyeong istirahat. Jika hanya membereskan ini kami saja sudah cukup," sahut Hoseok.

    "Tidak, tidak. Aku tidak apa-apa, aku akan membantu agar cepat selesai."

    Di sisi lain, perlahan Taehyung membuka matanya dan langsung beranjak dari ranjangnya. Berjalan menuju pintu keluar tanpa melakukan peregangan sedikitpun.

    Taehyung berjalan menyusuri bangunan rumah sederhana dengan lantai kayu yang terlihat mengkilap. Berjalan mendekati keramaian yang menarik perhatiannya, Taehyung menghentikan langkahnya dan mengarahkan pandangannya ke luar, tepat ke tempat rekan-rekannya yang berada di halaman.

    Raut wajah datar tanpa ekspresi dan tatapan yang begitu dingin, sangat berbeda dengan Kim Taehyung yang dikenal oleh penghuni Neverland.

    Perlahan sudut bibir Taehyung terangkat dan berubah menjadi sebuah seringaian di saat sudut matanya mulai menggelap, seakan kegelapan itu merambah dan ingin menutupi pandangannya di setiap detiknya. Sebuah seringaian yang keluar saat pandangannya terkunci pada satu orang yang tersenyum hangat di sana. Namun keributan terjadi tepat di atasnya.

    Bermula saat wonwoo mengulurkan sebuah genting pada Changkyun, namun ternyata Wonwoo melepaskannya sebelum Changkyun bisa meraihnya. Dan alhasil genting itu jatuh ke bawah lalu kemudian pecah menjadi dua bagian setelah menghantam kepala Taehyung yang kemudian menunduk sembari memejamkan matanya.

    "Eih ... kau ini. Seharusnya kau lebih berhati-hati, bagaimana jika ada orang di bawah sana?" protes Changkyun.

    "Kau saja yang kurang cekatan, berhenti mengajakku ribut atau kupatahkan lehermu," balas Wonwoo.

    "Apa?!" ketus Changkyun.

    "Oh! H-hyeong?" seru Hanbin panik dan menarik perhatian kedua rekannya. "Taehyung Hyeong, kau tidak apa-apa?"

    Hanbin mendapati Taehyung yang tepat berada di bawah mereka, dan sepertinya pemuda itu telah menjadi korban kecerobohan dari para adiknya yang sekarang tengah dilanda kepanikan.

    "Hyeong, kenapa kau bisa ada di situ? Kau tidak apa-apa?" tegur Changkyun.

    "Apa kau kejatuhan gentingnya?" sahut Wonwoo.

    "Hyeong, kau masih mendengar kami?" timpal Hanbin.

    Ketiga orang yang berada di atas semakin panik ketika Taehyung tak memberi respon sama sekali. Namun di detik setelahnya Taehyung terlihat menggertakkan giginya dan mengangkat kepalanya, menunjukkan wajahnya yang terlihat begitu kesal. Dia kemudian berjalan keluar dan menuruni tangga, menapakkan kakinya di tengah halaman dan berbalik melihat ketiga pemuda yang juga mengikuti pergerakannya.

    "Ya! Kalian sudah gila? Berhenti bermain-main disana! Jika kepalaku terluka, bagaimana?!" maki Taehyung pada ketiga adiknya yang hanya tertegun di atap.

    "Dia marah," gumam Wonwoo.

    "Berarti dia tidak apa-apa" sahut Changkyun.

    "Kepalanya kuat sekali," heran Hanbin.

    Wonwoo dan Changkyun serempak menolehkan kepala mereka pada Hanbin.

    "Ya! Kalian tidak mendengarku?" tegur Taehyung.

    "Dengar ... tentu saja kami dengar. Hyeong, kan berteriak. Bagaimana bisa tidak dengar?" balas Wonwoo dengan suara lantangnya, sedikit membuat keributan di pagi yang cerah.

    "Sepertinya Hyeong masih baik-baik saja, kenapa harus marah?" sahut Hanbin.

    "Apa?" Taehyung memalingkan wajahnya sembari tertawa tidak percaya sebelum akhirnya kembali melihat ke arah ketiganya yang masih saja bersantai di atap rumah.

    "Berhenti mempermainkanku, turun kalian. Cepat turun!"

    "Tidak mau ..."

    "Jika kami turun, Hyeong akan mematahkan leher kami."

    "Lebih baik di sini, kami akan tetap aman jika di sini."

    "Aish ... Ya! Berhenti menguji kesabaranku, turun kalian semua!"

    "Ya ampun ... apa lagi yang mereka perbuat?" gumam Jinhwan, menatap tidak percaya ke arah empat orang yang saling beradu mulut.

    "Biarkan saja, itu cara mereka bersenang-senang"

    Jinhwan menolehkan kepalanya sekilas untuk melihat ke arah Hyunwoo yang sebelumnya bersuara.

    "Kau masih sama naifnya seperti dulu," cibir Jinhwan yang hanya berbalas senyum yang terlihat begitu hangat.

    "Kemari kalian!"

    "Tidak mau ... Hyeong memaksa sekali."

    "Kami sudah bilang tidak mau, kenapa memaksa kami?"

    "Tutup mulut kalian dan kemari. Kalian pikir kepalaku tidak sakit!"

    "Hyeong sendiri yang bodoh, kenapa berhenti di bawah?"

    "Apa? Dasar kau! Awas kalian semua ... Ya! Choi Seungcheol ..."

    "Ye ..."

    "Habislah kita."

THE CLAN: CHAPTER 3
WAKE ME UP SEASON 1
[LOST CHILD]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro