Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BEFORE THE DOWN 08

Music On!!!

Setelah beristirahat sejenak, ke tujuh pemuda itu hendak kembali melanjutkan perjalanan. Meski Taehyung sudah bangun dan suhu tubuhnya yang sedikit menghangat, namun wajah nya terlihat benar-benar pucat dan menimbulkan ke Khawatiran bagi Minhyuk, Hanbin dan juga Changkyun, namun apapun alasan nya perjalanan harus tetap berlanjut.

Setelah berjalan sedikit menjauh dari tempat sebelumnya, Seungcheol yang berjalan paling depan tiba-tiba menghentikan langkah nya dengan tatapan tajam nya yang terlihat begitu dingin dan berhasil menghentikan langkah semua orang.

"Ada apa?"

Hoseok yang berada di samping nya mewakilkan yang lain nya untuk bertanya, namun bukan nya menjawab Seungcheol justru berbalik dan beradu pandang dengan Minhyuk yang menatapnya penuh tanya.

"Ada apa? Kenapa berhenti?" Tanya Minhyuk.

"Kita berpisah sampai di sini."

Semua orang menunjukkan reaksi terkejut nya atas pernyataan yang keluar dari mulut Seungcheol.

"Apa maksud mu?"

"Tidak ada satupun yang bisa kita percayai di sini, lebih baik kita memilih jalan masing--masing untuk bisa keluar dari sini."

"Kenapa kau tiba-tiba bicara seperti itu?" Ujar Minhyuk masih tidak mengerti akan jalan pikiran Seungcheol.

"Apa Hyeongnim ingin mengatakan bahwa pelakunya adalah salah satu dari kami?" Cetus Changkyun yang menjadi orang pertama yang mengerti maksud sebenarnya dari Seungcheol, tak ingin menjawab nya Seungcheol tetap bersikukuh untuk berpisah dengan mereka.

"Apapun yang kau fiekirkan, aku akan tetap memilih jalan ku sendiri."

"Seungcheol-a..." Ujar Minhyuk dengan nada memohon, dia mencoba mendekati Seungcheol namun di luar dugaan. Seungcheol justru menodongkan senjata api di kepalanya dan hal itu pula yang membuat Hanbin dan juga Changkyun refleks mengarahkan ujung senjata mereka ke arah Seungcheol, namun semua menjadi semakin tak terkendali karna bertepatan dengan mereka yang menodongkan senjata ke arah Seungcheol. Wonwooo dan Hoseok yang berdiri mengapit Seungcheol pun segera mengarahkan ujung senjata api mereka kepada keduanya, dan terjadilah aksi saling menodongkan senjata yang membuat mereka terbagi menjadi dua kelompok.

Seungcheol menggerakkan ekor matanya untuk melihat Wonwoo dan juga Hoseok yang berada di pihak nya sebelum pada akhirnya menjatuhkan pandangan nya pada Minhyuk tanpa menurunkan senjatanya, begitupun dengan ke empat orang yang masih mengunci satu sama lain.

"Kita tidak akan mati dengan cara seperti ini."

Perkataan yang terucap dengan nada bicara yang begitu dingin, itulah Choi Seungcheol yang sebenarnya. Choi Seungcheol yang benar-benar membenci Lee Minhyuk.

"Seungcheol-a, kita bisa bicarakan baik-baik. Sebenarnya ada apa dengan mu?" Ujar Minhyuk yang masih mencoba membujuk Seungcheol meski dia sendiri tidak yakin karna Seungcheol tampaknya sudah kembali pada sifat aslinya.

"Kau bisa membicarakan nya dengan orang-orang mu, dari awal kami tidak ingin terlibat dengan kalian."

"Jika begitu, apakah yang selama ini Hyeongnim tunjukkan pada kami adalah sebuah sandiwara?" Sahut Hanbin menengahi pembicaraan keduanya dan sempat menarik perhatian semua orang.

"Sandiwara atau bukan, apakah perlu membahasnya saat ini? Ingatlah baik-baik bagaimana kita di masa lalu."

"Hyeongnim...." Bentak Hanbin, tak terima karna merasa telah di bohongi.

Dia beralih menodongkan senjata apinya pada Seungcheol namun Hoseok segera melangkah maju dan mengunci pergarakan Hanbin dengan menempelkan ujung senjata apinya pada Kepala Hanbin. Dan Minhyuk yang melihatnya pun tak berpikir panjang, dia mengambil senjata api dari dari balik bajunya dan mengarahkan nya tepat ke kepala Hoseok menggunakan tangan kirinya, meski dari awal dia tidak berniat untuk melakukan nya namun dia tidak bisa membiarkan sesuatu sampai terjadi pada saudaraa-saudara nya.

"Mundurlah!"

"Hyeong..."

"Turuti perkataan ku." Tandas Minhyuk dengan sorot mata yang tiba-tiba menajam, mau tak mau Hanbin pun menurunkan senjata apinya dan mundur.

Minhyuk mempertemukan kembali pandagan nya dengan Seungcheol dan kali ini tatapan sayu tersebut sedikit menajam dan lebih menuntut.

"Kau benar-benar serius dengan hal ini?"

"Sepertinya kau tak membutuhkan jawaban kedua dari ku."

Minhyuk kemudian menurunkan senjata nya dan membuat seluruh pandangan tertuju padanya.

"Pergilah! Aku tidak akan menghalangi mu."

"Hyeong..." Gumam Changkyun tak terima atas keputusan Minhyuk.

"Biarkan mereka pergi, dari awal aku yang bersalah. Aku minta maaf karna harus melibatkan kalian sampai sejauh ini."

"Hyeong... Kenapa tiba-tiba bersikap seperti ini?" Protes Changkyun kembali, namun Minhyuk sama sekali tak mengalihkan pandangan nya dari Seungcheol.

"Turunkan senjata mu!."

"Hyeong."

"Turunkan senjata mu, Im Changkyun!" Tandas Minhyuk dengan nada bicara yang begitu dingin, sedingin tatapan nya kini.

Changkyun kemudian mempertemukan pandangan nya dengan Wonwoo dan dengan kesal menurunkan senjatanya, meski ketiga orang di hadapan mereka masih menodongkan senjata.

"Kau bisa pergi sekarang."

Seungcheol kemudian menurunkan senjatanya dan mengalihkan pandangan nya untuk melihat Taehyung yang sedari tadi diam di balik punggung Minhyuk sebelum akhirnya kembali pada Minhyuk.

"Ingatlah bahwa aku sudah bersikap baik selama ini, semoga kalian beruntung."

Seungcheol kemudian berbalik dan memberi isyarat pada kedua orang yang berdiri mengapit nya untuk segera pergi, mereka berdua pun menurunkan senjata dan berbalik mengikuti langkah Seungcheol. Namun, sebelum pergi Wonwoo melakukan kontak mata dengan Changkyun untuk yang terakhir kalinya.

"Mianhae."

Satu kata yang mampu Changkyun tangkap dari gerakan bibir Wonwoo ketika tak ada sedikit pun suara yang keluar dari mulut nya hingga membuat Changkyun hanya bisa melihat punggung nya.

"Kita pergi sekarang."

Minhyuk berbalik, berjalan menuju arah yang berbeda dengan ketiganya meski sangat berat untuk melakukan nya dan para adiknya yang kemudian menyusul di belakang nya.

"Jaga dirimu baik-baik, kawan." Batin Changkyun ketika ia melihat punggung Wonwoo untuk yang terakhir kalinya sebelum mengikuti langkah Minhyuk.

Di saat ketiga saudara nya telah melangkah, saat itu juga Taehyung masih terpaku di tempatnya. Melihat teman terbaiknya yang pada akhirnya memilih untuk berjalan di jalan nya sendiri, menyisakan perasaan menyesal dalam sorot matanya.

"Taehyung-a..."

Teguran dari Minhyuk yang kemudian menyadarkan nya dan segera melangkahkan kakinya menyusul yang lain, mengambil jalan yang berbeda dengan tujuan yang sama.
Pada akhirnya mereka kembali pada keadaan yang sebenar nya, meski kenangan itu begitu memberatkan langkahnya namun ego tetaplah yang berkuasa di antara keputus asaan. Malam ini, manakah yang berakhir dan manakah yang akan kembali menyambut fajar? Semua akan kembali di mulai ketika udara malam kembali membekukan tubuh itu.






Before The Down






Malam itu kembali datang, malam yang hanya menjadikan bulan sebagai penguasa yang tak bisa melakukan a
apapun ketika awan hitam merengkuhnya. Malam itu kembali datang dan membawa udara dingin yang kembali membekukan tubuh Kim Taehyung.

Mereka berempat terpaksa menghentikan langkah mereka ketika kondisi tubuh Taehyung semakin parah dan berakhirlah mereka dengan duduk bersebelahan di bawah pohon dengan Taehyung yang sudah terjatuh dalam rengkuhan Minhyuk yang mencoba untuk memberikan sedikit kehangatan pada tubuh yang telah mati rasa tersebut.

"Bagaimana keadaan nya?" Changkyun berucap di tengah hilir udara dingin yang menerobos celah-celah pakaian yang ia kenakan, namun hal itu belum cukup untuk membuat tubuh mereka menggigil. Berbeda dengan tubuh lemah yang berada dalam dekapan Minhyuk saat ini.

"Dia sudah tidur." Jawab Minhyuk yang telah kembali pada tatapan sayu milik nya dan nada bicara yang kembali melembut.

Hanbin kemudian mendekati nya sembari melepas jas nya dan menggunakan nya untuk menyelimuti punggung Taehyung sebelum berakhir duduk di belakang punggung Minhyuk, dan setelah nya Changkyun pun melakukan hal yang sama seperti yang di lakukan oleh Hanbin sebelumnya dan kembali ke tempat ia duduk sebelumnya yaitu di belakang punggung Taehyung.

"Taehyung Hyeong terlihat semakin pucat, tubuhnya juga terlalu dingin untuk ukuran normal. Benarkah dia baik-baik saja?" Ujar Hanbin yang jelas-jelas menunjukkan kekhawatiran nya di saat sudah jelas bahwa tak ada satupun dari mereka yang yakin bahwa Taehyung baik-baik saja.

"Baik-baik saja atau tidak nya, kita akan tahu setelah dia bangun." Ujar Changkyun yang kemudian mengarahkan pandangan nya pada rembulan di atas mereka.

Menyaksikan bagaimana Neverland semakin jatuh dalam kegelapan, semilir angin yang terus menerpa tempat mereka. Perlahan tubuh itu tak mampu lagi di kendalikan.
Satu persatu dari mereka mulai kehilangan kesadaran meski seribu kali pun pikiran mereka menolak untuk terlelap, di malam yang begitu dingin bagi tubuh yang beku.

Di saat semua telah terlelap, perlahan tangan lemah itu bergerak ke balik punggung Minhyuk dan kemudian memeluknya di saat dahi itu mengernyit ketika mata itu tetap tertutup rapat.
Dia perlahan menarik tubuh Minhyuk yang telah melonggarkan dekapan nya, kembali mengeratkan pelukan itu ketika udara malam semakin mencabik-cabik kulit nya.









Before The Down









Di sisi lain, ketiga orang yang terpisah sebelumnya memutuskan untuk berhenti setelah tengah malam. Mereka duduk di atas rumput yang sedikit berembun, membuat lingkaran dan saling berhadapan.

"Apakah ini keputusan yang baik?"

Setelah sekian lama, Pada akhirnya Hoseok buka suara terkait keputusan Seungcheol untuk berpisah dengan Minhyuk, dan pandangan yang sebelumnya bertemu kemudian berpaling. Seungcheol mengeluarkan wadah peluru pada senjata apinya dan mengganti dengan peluru yang baru setelah melihat bahwa hanya ada satu peluru yang tersisa.

"Baik atau tidak nya kita bisa menentukan nya setelah keluar dari tempat ini." Acuh Seungcheol yang merogoh peluru cadangan yang berada di balik jas nya dan memasukkan nya ke dalam senjata api milik nya.

Hoseok dan Wonwoo pun melakukan hal yang sama seperti yang di lakukan oleh Seungcheol sebelumnya, mengganti peluru mereka dengan yang baru dan sejenak terdiam merasakan semilir angin yang menyusup ke dalam pakaian mereka dengan pandangan yang terarah ke tanah.

"Apa yang akan kita lakukan setelah ini?"

Wonwoo berujar dengan rasa keputus asaan yang menguasai hatinya, terlebih setelah kembali berpisah dengan Changkyun setelah semua yang telah mereka lewati bersama.
Namun setidaknya dia bersyukur karna telah mengucapkan kata maaf meski dia tidak pernah melakukan kesalahan yang perlu untuk di maafkan oleh Changkyun.

"Tetap terjaga dan jangan lengah, kita tidak tahu siapa yang dia incar selanjutnya." Ujar Seungcheol yang masih setia menatap tanah di bawah kakinya sedangkan Hoseok mengarahkan pandangan nya ke arah rembulan dengan sekumpulan awan hitam yang berada tidak jauh dari bulan tersebut.

"Dari pada kita, aku lebih khawatir pada mereka." Cetus Wonwoo yang kemudian menarik perhatian dari kedua kakak nya.

"Sejak awal mereka hanyalah sekumpulan Bangsawan yang lemah. Taehyung Hyeong adalah orang yang hebat, tapi perlu di ingat bahwa dia memiliki sifat yang sangat penakut dan sepertinya dia sudah kembali pada sifat lamanya." Terang Wonwoo yang menerawang kembali ke masa lalu.

"Aku dengar dia sedang sakit, bukankah itu akan memberi beban kepada mereka?" Hoseok menyahuti, membuat Seungcheol memalingkan pandangan nya ke samping.

Bukannya dia tidak tahu kebenaran tentang kondisi Taehyung, tapi sungguh dia tidak bisa menentang egonya yang menginginkan jalan nya sendiri.
Waktu yang terus berjalan, perlahan awan hitam itu semakin mendekati rembulan dan merengkuhnya sedikit demi sedikit. Membawa Neverland terjatuh dalam kegelapan yang sempurna di mana sang Iblis telah terbangun dengan sebuah seringaian di wajah pucat yang tampak seperti mayat hidup tersebut, netra yang gelap dan aura pembunuh yang sangat kuat.

Semilir angin yang tiba-tiba berhembus cukup kencang untuk sepersekian detik, menyentak batin ketiga orang tersebut yang kemudian saling bertukar pandang dengan tatapan yang tiba-tiba menajam sebelum akhirnya bangkit di waktu yang bersamaan dan berdiri saling memunggungi dengan senjata api yang di angkat setinggi bahu.

"Dia datang." Ujar Hoseok yang memperhatikan kegelapan di sekitar nya.

"Sial, kitalah incaran nya." Gumam Wonwoo penuh dengan kekesalan meski sebenarnya dia bersyukur karna bukanlah kelompok Minhyuk yang di incar.

Suara angin yang bergemuruh di sekitar mereka, senyum Wonwoo semakin tersunging ketika merasakan bahwa dirinya begitu dekat dengan kematian.

"Hyeong." Teguran yang membuat kedua kakanya menggerakkan ekor matanya untuk melihat ke arah nya.

"Jika aku mati hari ini. Katakan pada Im Changkyun untuk tidak mencari ku lagi."

"Bodoh, tetap di tempat mu. Tidak akan ada yang mati hari ini." Sahut Seungcheol dengan tatapan tajam nya yang menyisir kegelapan di sekitar mereka.

"Cheng xiao," Wonwoo kembali berujar.

"Sadarlah, jangan bertingkah di luar kebiasaan." Ujar Hoseok memperingatkan ketika mendengar nada bicara yang begitu putus asa di saat sang pemilik suara sendiri tengah menarik sudut bibir nya.

"Katakan pada anak itu bahwa aku Jeon Wonwoo. Telah melepaskan, Cheng Xiao."

Tak ada yang merespon ucapan Wonwoo kali ini, namun bukan berarti mereka tidak mendengar nya. Mereka mendengar perkataan yang terdengar seperti keinginan terakhir sebelum pergi, dan mereka lebih memilih untuk menulikan pendengaran mereka.

"Setidaknya aku sudah mengucapkan kata perpisahan padamu," Batin nya di saat ia mengarahkan senjata apinya ke depan, segaris dengan bahunya dan mengincar target yang bersembunyi dalam kegelapan.

"jangan mencari ku lagi, Tuan Im Changkyun yang bodoh."

Setetes air mata yang terjatuh beiringan dengan suara tembakan yang berasal dari senjata apinya tepat setelah ia selesai mengucapkan perkataan tersebut dalam hatinya, dan kedua kakanya bereaksi akan tindakan nya tersebut.

"Lari..." Seru Wonwoo setelah berhasil melepaskan tembakan pertama dan refleks mereka pun berlari tanpa berpencar.

Mereka berlari menembus kegelapan malam tanpa sinar rembulan yang menerangi jalan gelap mereka di saat sinar itu sendiri telah tersegel oleh kegelapan hati dari pemilik tubuh Lucifer, napas yang memburu, suara langkah yang saling beradu, keringat yang bercucuran. Air mata yang terjatuh, semua semakin menggelap ketika suara tembakan menggema di hutan Neverland namun suara nyaring tersebut tak mampu sampai di pendengaran yang tengah terlelap dalam rengkuhan kegelapan Neverland. Hanya para Hewan malam lah yang menjadi saksi bisu atas apa yang menggema di langit gelap Neverland malam itu.

Hingga pada akhirnya mereka terpisah di dalam kegelapan, langkah terhenti dengan napas yang memburu, kaki yang telah lelah untuk bergerak, air mata dan keringat yang tak bisa di bedakan dan darah yang menelusuri jemari.
Kedua lutut itu pada akhirnya bertemu dengan tanah dengan seulas senyum tak percaya nya.

"Aku kalah, Tuan Profesor."

Dengan napas yang tercekat, Jeon Wonwoo mengakui kekalahan nya dan senyum di sudut bibirnya yang kemudian menghilang ketika melihat ujung sepatu seseorang keluar dari kegelapan dan berjalan ke arah nya di saat tangan nya sendiri telah menolak untuk meraih senjata api dan mengenai seseorang yang jelas bukan salah satu dari kedua kakaknya yang telah terpisah darinya.
Dia terkekeh pelan dengan kepala yang semakin menunduk, dia kalah di saat tubuhnya menolak untuk melawan dan membiarkan sosok asing itu menjatuh kan satu lututnya tepat di hadapan nya tanpa bisa ia menggerakkan tubuhnya untuk sekedar melihat dewa kematian yang kini berada tepat di hadapan nya.

Senyuman yang tersisa dari kekehan pelan nya seketika menghilang dan di gantikan oleh tatapan sayunya.

"Jangan menangis, Im Changkyun. Aku pergi dulu." Batin nya.

Dan tepat saat itu kepalanya segera mendongak ketika sosok asing tersebut mencengkram rambutnya dan mendongakkan nya dengan paksa, dan tepat saat itu pula mata Wonwoo membulat sempurna ketika mendapati wajah seseorang yang berada di hadapan nya.

"K-kau..." Suara nya tercekat ketika sosok itu tersenyum menyeringai dan mengeluarkan belati dari balik punggung nya.

"Selamat malam, Tuan Jeon Wonwoo. Semoga hari mu menyenangkan."

Tepat setelah perkataan itu selesai, belati tersebut menembus perut Wonwoo dan membuat mata itu semakin melebar, tersentak akan rasa sakit yang menyerang tubuhnya terlebih ketika pisau itu di tarik kembali.
Napasnya tercekat dengan rasa sakit itu semakin menjamah tubuhnya dan di detik selanjutnya dia mati rasa ketika belati tersebut menghujam tubuhnya tanpa belas kasihan hingga di tusukan terakhir tubuhnya jatuh ketanah yang dingin di saat air mata terakhir nya jatuh ketika mata itu menutup dengan sempurna.

Lucifer berdiri membawa seringaian kemenangan dan meninggalkan tubuh yang tak bernyawa. Satu jiwa telah di murnikan dan meninggalkan Neverland, namun malam yang panjang masih berlalu bagi kedua jiwa yang terus berkelana dalam gelapnya malam meski waktu tak mengizinkan mereka berlari terlalu lama. Karna Lucifer tak membutuhkan permainan.
Jung Hoseok, dengan napas yang memberat dan terputus. Napas itu justru terenggut ketika mendapati tubuh yang meringkuk di tanah.

"Andwae." Gumaman tak percaya itu menuntun langkahnya untuk menghampiri jasad Wonwoo yang telah di bekukan oleh udara dingin Neverland.

Di baliknya tubuh itu dengan tangan yang gemetar di susul oleh tatapan tajam nya yang ikut bergetar ketika mendapati wajah yang telah memucat.

"Jeon Wonwoo, buka mata mu! Dengarkan aku, cepat buka mata mu."

Air mata yang perlahan mengganggu penglihatan nya dan untuk pertama kalinya seorang Jung Hoseok benar-benar menangis.

"Keparat kau!." Geramnya, dia membaringkan tubuh Wonwoo dengan pelan dan beranjak berdiri sembari meraih senjata apinya.

Dia berbalik dan mengarahkan pandangan nya ke seluruh penjuru, mencoba menemukan sosok misterius itu di dalam kegelapan.

"Aku tahu kau masih di sini, keluar sekarang! Keparat!" Tandas Hoseok dengan tatapan yang di penuhi oleh kemarahan.

Angin yang sempat berhembus kasar membuat nya segera berbalik, namun saat itu juga pergerakan nya terhenti ketika mendapati ujung mata pisau yang kini menempel pada bagian depan leher nya. Semua berakhir bagi Jung Hoseok ketika Lucifer mengunci pergerakan nya dari belakang.

"Tunjukkan wajah mu, keparat!"

Perkataan yang terucap dengan tenang dan membuat Iblis yang berdiri di belakang nya terkekeh ringan, membuat Hoseok seakan telah kehilangan pijakan nya.

"Jung Hoseok, manusia rendahan yang mencoba untuk memimpin."

Sebuah sindiran yang membuat tatapan itu semakin menajam disaat tubuhnya sudah tak ingin bergerak sedikit pun.

"Kau ingin melihat wajah ini bukan?"

Mata Hoseok sedikit memicing ketika menyadari bahwa suara itu begitu familiar dalam pendengaran nya.

"Ahh.... Aku rasa tidak perlu, kau juga pasti mengenali suara ini. Bukankah begitu Jung Hoseok-ssi?"

"Jangan bercanda!" Gumam Hoseok tak percaya.

"Kalian memang bodoh, harusnya sejak awal kalian membunuh anak ini agar aku bisa menggunakan nya dengan bebas. Anak ini benar-benar menyebalkan"

Iblis di belakang nya tersebut kemudian memutar ujung pisau dan melukai tangan nya sendiri dan membuat darah keluar dari pergelangan tangan nya, dan saat itu pula pikiran Hoseok segera terbuka, dan keterkejutan itu berubah menjadi senyuman tak percaya.

"Harusnya aku tak membiarkan mu hidup sampai selama ini." Gumamnya tak percaya.

"Kau benar, dan sekarang aku yang akan mengantar kepergian mu."

Perlahan mata Hoseok tertutup, menyerahkan diri kepada kegelapan yang akan merenggut nyawanya. "Maafkan aku, Tuan ku." Batin nya di saat satu tetes air mata terjatuh dari sudut matanya yang telah tertutup.

"Jangan khawatir, ku pastikan Tuan mu akan segera menyusul mu setelah ini."

"Keparat kau."

"Selamat tinggal, Jung Hoseok."

Tubuh Hoseok terjatuh ke tanah setelah belati tersebut melukai leher nya, satu jiwa kembali pergi. Dua jiwa yang kembali di bersihkan dan meninggalkan Neverland, malam yang semakin larut dan bersiap jatuh saat fajar menanti.
Segel yang terbuka dan awan hitam yang meninggalkan rembulan yang kemudian memancarkan sinar nya dan membimbing langkah sang Tuan dari prajurit pemberani yang paling setia menemukan dua tubuh yang telah membeku di atas tanah yang berembun.

Langkah Seungcheol terhenti dengan tatapan tak percaya nya, semilir angin yang membuat langkah yang terlihat begitu lemah tersebut untuk datang mendekat. Air mata yang terjatuh seiring dengan kedua lututnya yang menyentuh tanah.

"H-hyeong...." Gumaman yang sarat akan keputus asaan ketika penglihatan nya menyaksikan dua orang yang paling setia dengan nya telah menyerahkan diri pada tanah beku Neverland.

Air mata yang terus di pasok dan jatuh setiap detiknya, tangan yang gemetar itu menarik tubuh Hoseok yang telah membeku.

"Arrgghhh..... Arrghhhh...... Hyeong...... Hyeongnim.................. Arghhh......"

Tangis yang pecah untuk pertama kalinya dari Tuan dengan hati yang sedingin es, di rengkuhnya tubuh itu. Menyampaikan penyesalan yang mendalam dengan mulut yang tak henti-hentinya berkata dengan tangis yang mendominan.

"Maafkan aku, maafkan aku..... Hyeongnim..... Aku mohon buka matamu, buka matamu, kau tidak boleh meninggalkan ku, Hyeongnim........... Kau harus kembali, kenapa seperti ini. Maafkan aku.... Arghhh...... Hyeongnim........... Hyeongnim..... Argh................."

Lirihan, teriakan. Sebuah ekpresi penyesalan yang menggema di langit gelap Neverland malam itu yang tak mampu mengusik yang tengah terlelap, Choi Seungcheol. Si Tuan tanpa belas kasihan yang mendapatkan lukanya dan menangis seorang diri, semua berakhir untuk malam itu. Tiga raga yang beku, dua jiwa yang hilang. Seorang Tuan yang menangis.

Kim Taehyung semakin meringkuk dalam dekapan Minhyuk di saat sudut matanya basah oleh air mata yang tiba-tiba melepaskan diri di saat mata itu terpejam dengan sempurna. Semua berakhir.



Selesai di tulis : 17.05.2019
Di publikasikan : 17.05.2019





Lanjut?
Setelah ini siapakah selanjutnya?
Ada yang tahu?
Hmmmm.
Terimakasih atas dukungan kalian😊😊😊😊😊

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro