WILD :: 5
Ketika manusia berada diatas puncak rantai makanan, bukan hal yang aneh mendapati organisasi pencinta hewan menyuarakan tentang perlindungan hewan yang banyak dilanggar oleh para manusia sendiri. Bagaimana mereka mencoba meminimalisir kepunahan hewan-hewan langka yang menjadi komoditas dagang manusia serakah pada masanya. Namun ketika hewan mendominasi, tak ada dari mereka yang menyuarakan tentang hak manusia. Seolah memberi balasan dari apa yang dilakukan manusia pada masa lalu, hewan-hewan liar itu cenderung mencoba menyingkirkan kebearadaan manusia. Diciptakan hanya dengan insting, membuat hewan-hewan liar tak pernah tahu tentang hak hidup. Para hewan liar hanya tahu bagaimana bertahan hidup dengan menyingkirkan sosok yang akan mendominasi mereka.
Tak akan pernah kau temui sang raja singa membiarkan manusia hidup saat mereka menyergapnya. Tak akan pernah kau temui, kawanan srigala menyuarakan hak hidup untuk manusia. Tidak akan pernah kau temui, hewan-hewan memelihara manusia dan memberi makan mereka. Hal itu dikarenakan insting hewan hanya untuk bertahan, tidak untuk mengembangkan peradaban yang sudah pernah dibentuk oleh manusia sebelumnya. Ketika dimasa lalu para hewan menyerang manusia hanya untuk bertahan hidup. Pada masa dimana mereka mendominasi mereka menyerang karena manusia adalah makhluk lemah. Dan sudah menjadi hukum alam dimana yang lemah akan menjadi yang tersingkirkan, karena itulah kehidupan liar semakin mendominasi karena keadaan lemah manusia.
Peradaban tidak akan terbentuk tanpa adanya manusia. Karena sejatinya tokoh utama dalam peradaban dunia adalah manusia. Tanpa adanya manusia, mustahil didapat peradaban yang membawa dunia pada kemajuan. Hewan tidak diciptakan untuk membuat kemajuan menuju peradaban. Namun beberapa manusia yang ingin melihat kebebasan hewan-hewan memcoba membentuk dunia baru. Dunia tanpa tangan serakah manusia, dunia yang menjatuhkan manusia dari puncak rantai makanan. Dan akhirnya menjadikan manusia sebagai makhluk langka dalam kebuasan dunia liar.
Rasa cinta terhadap hewan, membuat manusia melupakan keseimbangan yang seharusnya ada di dunia. Membuat mereka menyingkirkan rasa kemanusiaan hanya untuk pencapaian dunia indah dengan kebebasan hewan didalamnya. Inilah awal dari kehancuran peradaban, dimana tokoh utama disingkirkan untuk kepentingan para hewan. Jangan salahkan mereka yang ingin menciptakan dunia yang indah tanpa manusia. Tapi salahkan tangan-tangan serakah yang tidak pernah puas mengeruk sumber daya alam. Para kapitalis yang terus-menerus mencari cara untuk menambah jumlah uang dalam tabungan mereka adalah pemicu pemikiran liar ini. Hingga akhirnya setelah dunia liar yang diharapkan menjadi tempat hidup terbaik para hewan dan tumbuhan akhirnya terbentuk. Mereka yang serakah adalah makhluk pertama yang tersingkir karena kerakusan mereka sendiri.
Tidak semua keputusan mendatang hal baik bagi yang membuat keputusan. Begitupun dengan keputusan membuat dunia liar tanpa manusia didalamnya. Keputusan ini tentu saja menguntungkan para hewan dan tumbuhan yang semula menjadi yang dimamfaatkan, namun merugikan bagi manusia yang perlahan mulai punah. Dan sang pembuat keputusan adalah satu dari puluhan manusia yang punah disingkirkan kehidupan liar. Penyesalan membentuk dunia baru datang sangat terlambat. Karena akhirnya dunia baru yang diharapkannya sudah menjadi liar dan bahkan tak mampu dikendalikan oleh sang penggagas dunia itu.
Adalah Kevin Kim, sosok penggagas dunia baru untuk hewan dan juga tumbuhan. Dunia baru yang bebas dari kerakusan manusia, dan dunia baru yang memberi kebebasan hidup pada hewan-hewan. Mengumpulkan dukungan dari para pencinta lingkungan dan juga pelindung hewan, Kevin membentuk komunitas New Word. Dari komunitas itu, Kevin mulai mengembangkan serum yang membuat para hewan dan tumbuhan meningkat populasinya. Perlahan setiap bagian di dunia mendapat pengaruh dari peningkatan populasi tersebut, yang akhirnya dampak terbesar mulai dirasakan oleh manusia.
Pertumbuhan yang tak terkendali, menjadikan dunia mulai tidak seimbang. Manusia mulai kesulitan menangani penambahan jumlah hewan dan tumbuhan. Dan puncaknya, manusia mulai tersingkir karena baik hewan ataupun tumbuhan mulai mendominasi dunia. Kekuatan alam liar-pun menjatuhkan peradaban yang dibentuk oleh manusia bertahun-tahun lamanya. Membuat semua teknologi yang diciptakan menjadi tak berguna, dan akhirnya membalik kehidupan manusia sepenuhnya.
Dunia baru benar-benar menjadi dunia yang tak seimbang. Dan saat Kevin menyadarinya, kehidupan itu tak mampu dia kembalikan. Mereka yang sudah tenggelam dalam doktrinnya, mulai menyingkirkan jiwa kemanusiaannya. Sehingga tak segan menghancurkan bahkan membunuh manusia lain yang tak ingin menciptakan dunia yang sama. Dunia yang diharapkan Kevin bisa lebih indah tanpa kehadiran manusia-manusia serakah, ikut menyingkirkannya. Bahkan sebelum sempat Kevin membayar penyesalannya, sosok itu ikut punah bersama manusia lain.
Penyesalan Kevin terkubur, bersama peradaban yang mulai teralihkan. Berganti kesalahan yang mulai menyusup dalam kelompok-kelompok baru diluar komunitas New World. Tujuan manusia dalam kelompok tersebut bukan lagi untuk para hewan, melainkan kejayaan kelompok masing-masing. Layaknya kehidupan purba, masing-masing kelompok saling bertarung untuk menjadi yang berkuasa.
Diantara kelompok itu, adalah kelompok The Sistar yang bertahan dengan sangat baik menyingkirkan para musuhnya. Kelompok yang sejak awal di dominasi oleh para wanita itu berhasil memamfaatkan hewan liar untuk mengukuhkan kekuasaan mereka. Mempertahankan anggota yang pintar dan tangguh adalah alasan kelompok ini bisa bertahan bertahun-tahun lamanya. Dengan mengandalkan dua kemampuan terbaik inilah, akhirnya The Sistar menjadi pemilik wilayah kekuasaan paling besar dari kelompok lainya.
Sejak awal dibentuk, The Sistar tak pernah memiliki anggota yang banyak. Hal ini mencegah munculnya pemikiran berbeda dari para anggota mereka, yang akhirnya membuat kelompok ini terpecah. Bagi The Sistar kualitas lebih baik daripada kualitan, karena itu mereka begitu seletif dalam memilih anggota yang akan bergabung. Tidak heran pada akhirnya itu hanya bagian keluarga The Sistar –lah yang bisa melanjutkan kelompok ini.
Menjadi kelompok dominan, bukan berarti kelompok The Sistar tidak mengalami banyak kendala dalam mempertahankan kekuasaannya. Kendala dalam kelompok ini adalah jumlah anggota yang makin berkurang setiap tahunnya. Hal ini karena anggota The Sistar menyingkirkan para lelaki dikeluarga mereka, dan hanya mempertahankan para wanita dengan tingkat kecerdasan terbaik. Tidak adanya laki-laki didalam kelompok ini menjadi masalah paling besar yang dihadapi The Sistar. Sehingga dalam jangka waktu lama, mereka harus terus mengumpulkan wanita terbaik agar bisa dilatih menjadi wanita tangguh.
Melewati waktu yang tidak singkat, walau dengan masalah besar dalam kelompok mereka. The Sistar masih mampu bertahan menjadi yang dominan diantara kehidupan liar. Kelompok ini secara bertahap terus mencari anggota baru yang kemudian di doktrin untuk menjaga dunia baru yang coba mereka pertahankan. Melalui seleksi keras, empat anggota The Sistar akhirnya menjadi yang terpilih dan melanjutkan kejayaan para pendahulunya. Menerapkan kemampuan terbaik yang diberikan oleh para pendahulu, empat anggota The Sistar menjadi pribadi yang keras. Mereka tak segan menyingkirkan manusia yang mencoba mengubah dunia baru milik mereka.
"YOON BORA!!!" Suara Hyorin, sang pemimpin The Sistar memanggil salah satu anggota terbaiknya.
Bora yang semula menikmati waktunya bermain dengan Byeol, harimau kesayangannya segera melayangkan tatapan tak suka pada sosok yang memanggil. Hal itu dikarenakan walau Hyorin merupakan pemimpin mereka, wanita itu berusia setahun lebih muda darinya. Sehingga mendengar sang pemimpin memanggilnya tanpa ada gelar kehormatan membuat Bora merasa kesal.
"YOON BORA!!" Tidak menurunkan intonasi suaranya, Hyorin masih memanggil sosok tersebut.
Berdecih pelan, Bora bangkit dari duduknya untuk menghampiri sang pemimpin. Segera dia menunjukkan wajah kesalnya, ketika sudah berada dihadapan sang wanita dengan kulit paling eksotik diantara mereka.
"Giliranmu berkeliling hari ini." Ucap Hyorin mengabaikan ekspresi kesal Bora.
Bora melipat tangannya didepan dada mendengar perintah sang pemimpin. Membuat Hyorin yang mendapati perintahnya tak mendapat tanggapan menatap tajam sosok Bora.
"Kau tak mau pergi?" Ujar Hyorin dengan kening yang sudah dikerutkan.
"Kim Hyorin...tidakkah kau bisa memakai sopan santun setiap bicara denganku?" Bora menyuarakan kekesalannya.
"Kenapa harus? Aku pemimpin disini?" Sambut Hyorin dengan nada tak perduli.
"Tapi aku yang tertua disini." Sambut Bora.
"Siapa yang perduli dengan usia, yang terpenting siapa yang memimpin bukan?" Balas Hyorin masih dengan sikap yang sama.
"Hey..."
"Ayolah....Bora-nim, berdebat denganku disini tak akan menjadikanmu pemimpin. Jadi hanya pergi dan jalani tugasmu saja." Hyorin memutus cepat kata-kata Bora.
"Aku sudah memanggilmu Bora-nim, jadi pergilah sekarang..." Ujar Hyorin melihat Bora masih bergeming ditempatnya.
Menghela nafas kasar, Bora meninggalkan Hyorin kemudian. Membiarkan sang pemimpin mengantar kepergiannya dengan senyum simpul.
"Eonnie...kau mau kemana?" Adalah Soyu yang bertanya saat tak sengaja bertemu dengan rekannya itu didepan pintu besar gedung tempat mereka tinggal.
"Aku akan berkeliling." Jawab Bora dengan nada malas.
"Aku baru saja melakukannya eonnie, kau tak harus melakukannya lagi." Kerutan samar segera terbentuk dikening Bora.
"Kenapa kau melakukannya? Bukankah dua hari yang lalu kau baru melakukan itu?" Soyu terlihat mengusap tengkuknya pelan karena pertanyaan Bora.
"Akau hanya bosan, karena itu aku berkeliling untuk mencari udara segar." Jawab Soyu seraya menarik senyum simpul.
"Bukankah biasanya kalau kau bosan kau akan berlatih dengan beruang kesayanganmu?" Bora masih memasang wajah bingung.
"Aku juga bosan melakukan itu eonnie." Jawab Soyu sebelum kemudian memutuskan beranjak masuk.
Petarung terbaik The Sistar itu tak mau semakin banyak mendapatkan pertanyaan dari Bora. Karena itu dengan gerakan sedikit tergesa, dia memasuki kediaman mereka.
"Bosan ya?" Itu adalah Dasom, yang termuda dikelompok mereka.
Soyu mengadahkan pandangannya ke lantai dua, karena sosok itu berdiri disana dengan siku yang bersandar dibesi pembatas.
"Mengejar para lelaki...apakah satu cara mengusir kebosananmu?" Dengan senyum yang merekah sinis, Dasom berujar.
Menatap pintu masuk untuk memastikan sosok Bora tak lagi ada disana, Soyu segera menatap tajam Dasom kemudian.
"Tutup mulutmu, karena kalau tidak aku akan merobeknya dengan pisau milikku." Ucap Soyu kemudian pada yang termuda.
"Maka kau akan dapat masalah jika melakukannya." Dasom berujar tanpa beban.
"Apa kau pikir aku perduli?" Sungut Soyu.
"Tidak..." Dasom sudah melipat tangannya didada kini. "Tapi kalau kau terus menerus mempertahankan sikap tak perdulimu, maka aku akan membuatmu keluar dari kelompok ini eonnie. Karena sifat tak perdulimu itu bisa menghancurkan kelompok kita." Ucapan itu membuat Soyu menggepalkan kuat tangannya.
"Ingatlah kenapa kau masih hidup sampai sekarang eonnie. Kau bertahan hidup tidak hanya karena kemampuanmu sendiri, tapi karena kelompok ini. Karena itu berhenti melakukan hal yang membuat kelompok ini terancam." Dasom segera berlalu setelah menyelesaikan ucapannya, membuat yang ditinggalkan menghela nafas kasar setelah kepergian wanita itu.
:::x:::
Kihyun merekahkan senyum ketika didalam wadah yang dibawanya sudah terkumpul madu. Walau untuk mendapat itu dia harus bertarung dengan gerombolan lebah, namun pria mungil itu senang karena berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya.
"Kihyunie..." Minhyuk yang semula sibuk merawat tanamannya, menatap heran Kihyun. Mendapati tubuh sahabat mungilnya itu terlihat basah kuyup.
Kihyun merekahkan senyum simpul, sementara Minhyuk meraih kain tebal yang biasa mereka gunakan untuk mengeringkan badan dan melampirkannya dibahu sang sahabat.
"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau basah kuyup?" Segera Minhyuk dengan tangan yang merapatkan kain tebal tersebut ditubuh mengigil Kihyun.
"Aku menemukan ini." Mengangkat madu yang cukup banyak dalam wadah yang dibawanya, Kihyun merekahkan senyum bangga.
"Ini madu?" Minhyuk menatap cairan manis tersebut, kemudian menatap Kihyun yang sudah mengangguk.
"Kau menganggu sarang lebah untuk mendapatkannya?" Kembali anggukan Kihyun membalas pertanyaan Minhyuk.
"Kihyunie...itu berbahaya, kau bisa disengat pasukan lebah." Minhyuk memasang wajah khawatir.
"Tidak Min, aku berhasil menghindari mereka dengan masuk kedalam kolam." Urai Kihyun masih dengan ekspresi yang sama.
"Itu sebabnya tubuhmu basah kuyup seperti ini?" Kali ini Kihyun mengangguk untuk membalas. "Kau ini ya.." Minhyuk mengusap belakang kepala Kihyun.
"Aku hebat kan..." Senyum lebar Kihyun dibalas desah nafas berat Minhyuk.
"Ya..ya..Yoo Kihyun memang selalu menjadi yang terhebat." Jemari Minhyuk kini mengusap kedua lengan Kihyun. "Sebaiknya naik dan bersihkan badanmu, kau sangat berantakan." Ucapan Minhyuk tersebut disambut anggukan pelan Kihyun.
"Perlu ku masakkan air panas?" Sembari melangkah meninggalkan Minhyuk, Kihyun menggeleng.
"Tidak...aku pakai air biasa saja." Ujar Kihyun bersama tatapan lurus Minhyuk yang menatap punggungnya.
"Terserah kau saja." Balas Minhyuk kemudian kembali fokus dengan tanaman miliknya.
Sedangkan Kihyun yang sudah berada dilantai dua kediaman mereka terlihat meletakkan madu yang dikumpulkannya diatas meja. Segera kemudia dia menuju kamar mandi, untuk membersihkan dirinya diruangan kecil tersebut.
"Sepertinya satu diantara kawanan lebah itu berhasil menyengatku." Ucap Kihyun melihat bekas merah dibahu kirinya.
Mengusap bekas sengatan tersebut, Kihyun mengerucutkan bibirnya kemudian.
"Pantas saja kulitku dari tadi terasa seperti terbakar." Gumamnya kemudian. "Nanti aku akan minta obat pada Minhyuk." Kembali bicara sendiri, Kihyun memutuskan membersihkan dirinya.
Menggunakan air yang sedikit terlihat keruh, Kihyun mulai membasuh seluruh kotoran yang menempel ditubuhnya sisa perjuangan dialam liar.
"Apa akan hujan?" Minhyuk yang keluar rumah untuk membuang beberapa daun yang membusuk disekitar tanaman obatnya bergumam seraya menatap langit. "Kalau benar...bagaimana kondisi Wonnie dan Changkyun." Dengan raut khawatir Minhyuk memandang lurus kini.
"Mudah-mudahan mereka menemukan tempat berlindung." Harap Minhyuk, sebelum kemudian melempar dedaunan disebuah lubang yang memang dibuatnya untuk sampah organic.
Menimbun dedaunan itu dengan tanah, Minhyuk akan menunggu beberapa hari hingga bagian tumbuhan itu mengurai dan akan menjadikannya pupuk kemudian.
"Senang jika kalian bisa berguna walaupun kalian sudah tak lagi tumbuh." Ucapnya dengan senyum yang merekah diwajah manisnya
Satu tetes air dari angkasa mengenai hidung Minhyuk, membuat pria Lee itu mengadah. Awan yang kian terlihat pekat memaksa Minhyuk berlari kecil menuju kediamannya. Sempat menutup pintu jeruji yang menadi akses masuk bangunan tersebut, Minhyuk beranjak kelantai atas kemudian.
"Kihyunie....Kihyunie...hujan akan turun, kau tidak mau mengangkat daging yang kau jemur diatas." Minhyuk membuat suara berisik mengingatkan Kihyun setibanya dilantai dua bangunan itu.
"Kihyunie..." Melihat kedapur, Minhyuk tak mendapati teman mungilnya disana.
"Apa dia sudah diatas?" Gumam Minhyuk pada diri sendiri.
Mengayunkan kakinya menuju roof top, Minhyuk coba mendapatkan si mungil Yoo disana. Namun tak ada siapapaun yang Minhyuk dapati, membuat keningnya dihiasi kerutan samar.
"Dimana dia?" Kembali bergumam dengan mata yang diedarkan disetiap sudut roof top, Minhyuk beranjak meninggalkan tempat itu kemudian setelah menggeser makanan mereka yang dikeringkan ketempat yang aman.
Memeriksa setiap ruangan lantai empat termasuk kamar terlarang milik Hyungwon, Minhyuk coba menemukan Kihyun. Namun sosok itu tak juga ditemukan oleh Minhyuk, membuatnya kembali kelantai dua. Kamar Kihyun adalah tujuan pertamanya tiba disana. Dan segera mata Minhyuk membulat saat mendapati sosok yang dia cari terbaring lemah dengan tubuh yang berselimut.
"Kihyunie..." Melangkah lebar mendekati Kihyun, Minhyuk segera duduk disisi ranjang. "Ada apa denganmu?" Menusap tubuh Kihyun yang sepenuhnya ditutupi selimut, Minhyuk bertanya.
"Sepertinya lebah berhasil menyengatku Min." Ungkap Kihyun yang membuat mata Minhyuk membulat seketika.
Jemari Minhyuk menyibak selimut yang digunakan Kihyun, untuk memeriksa tubuh sahabatnya itu. Dan mata Minhyuk kembali membulat mendapati sengatan lebah dilengan Kihyun sudah terlihat membengkak.
"Ya Tuhan Kihyunie..." Minhyuk cepat memeriksa suhu tubuh sahabatnya itu kemudian.
"Astaga...kau mulai demam." Sedikit panik, Minhyuk bangkit untuk mengobati Kihyun, sementara sang pria mungil masih terbaring dengan mata sayu.
Memandang Minhyuk yang meninggalkan ruangan tersebut, Kihyun nampak menghela nafas lemah. Perlahan mata Kihyun-pun mulai memberat. Sang namja mungil dikalahkan oleh racun sang lebah, yang membuatnya tak sadarkan diri.
TBC
Sorry for Typo
Thanks for Reading & Votement
🌻Haebaragi🌻
Battle Story with @porumtal
Cek cerita Black Hand di akun wattpadnya 😊
#wild VS #blackhand
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro