Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

WILD :: 2

Untuk manusia yang hidup dimasa dimana mereka merupakan bagian dari makhluk langka, mereka tak akan paham apa fungsi bangkai mobil yang berserakan dijalanan kota dan mulai berkarat disana. Ibarat gedung pencakar langit yang tingginya sudah dikalahkan oleh pohon-pohon besar. Bangkai-bangkai mobil itupun tak jauh berbeda keberadaannya dengan gedung-gedung tersebut. Hanya sebagai tempat lumut menumpang hidup. Ataupun tempat binatang liar berlindung dari derasnya hujan. Bahkan beberapa menjadi singgasana sang raja rimba atau hewan karnivora lainnya.

Kemajuan teknologi yang ditinggalkan untuk manusia dimasa itu sudah kehilangan keangkuhannya. Papan reklame yang pada masanya memamerkan segala kehebatan mereka, dan juga tiang-tiang menjulang dimana sinyal dikirim ke penjuru negeri kehilangan mamfaat kini. Karena manusia yang tersisa tak mempergunakan itu, dan hewan liar yang mendominasi tak paham cara kerjanya. Sehingga semua berakhir hancur termakan usia, dan akhirnya tak berfungsi lagi.

Kini seluruh teknologi yang pernah berjaya saat manusia jadi makhluk dominan hanya memiliki satu fungsi. Kegunaannya tak lain hanya untuk tempat hidup makhluk dan juga tumbuhan liar. Tak ada yang ambil pusing memikirkan seperti apa kecanggihannya dimasa lalu. Karena semuanya sudah tak lagi berfungsi seperti saat pertama teknologi itu diciptakan.

"Hyungwon pulang." Seorang pria pemilik senyum manis nampak berujar pada sosok mungil disisinya, membuat sang lawan bicara segera menghentikan aktivitas yang menyibukkannya beberapa saat yang lalu.

"Hey....aku tidak salah lihat kan Minhyukie?" Tepat saat matanya mengarah pada sosok jangkung yang berjalan mendekat, pria mungil itu bertanya pada sosok yang bernama Minhyuk.

"Tidak...dia memang bersama seseorang Kihyunie." Sambut Minhyuk dengan senyum yang merekah tipis.

Kihyun sang pria mungil disisi Minhyuk nampak menyilangkan tangannya didada bersama kening yang dihiasi kerut tipis.

"Aku pulang." Hyungwon segera menyapa dua rekannya itu saat sudah berada dihadapan mereka.

"Dia siapa Chae? Kenapa dia bersamamu?" Itu Kihyun yang bertanya. Pria mungil itu tak mampu menahan rasa penasarannya sejak mendapati sosok dibelakang Hyungwon melangkah mendekat bersama sang sahabat.

Hyungwon menoleh pada sosok dibelakangnya, yang terlihat memandang takjub Kihyun juga Minhyuk. Lalu sedetik kemudian si jangkung kembali mengarahkan pandangan pada dua sahabatnya.

"Dia Im Changkyun, manusia yang tak sengaja kutemui." Jelas Hyungwon pada sosok yang bahkan tak terlihat mendengar penjelasan yang diurai si jangkung untuknya.

Minhyuk dan Kihyun saling balas memandang, dan kemudian menatap Changkyun nyaris bersamaan.

"Hai...Aku Im Changkyun." Sapa Changkyun ramah.

"Hai Im-ssi." Sambut Minhyuk hangat lengkap dengan senyum manis miliknya.

"Kenapa kau membawanya bersamamu?" Mengabaikan sapaan Changkyun, Kihyun kembali mengurai pertanyaan pada teman jangkungnya.

Hyungwon tak segera menjawab. Si jangkung nampak mengusap tengkuknya sesaat, sebelum memandang lekat sosok yang bertanya.

"Awalnya aku tidak berniat membawanya bersamaku." Urai Hyungwon yang menciptakan lebih banyak jumlah kerutan dikening Kihyun.

"Jika kau tidak berniat membawanya, kenapa kau membawanya?" Tanya Kihyun lagi.

Hyungwon menatap Changkyun. Meneliti sosok itu dari ujung rambut hingga ujung kaki, sebelum kemudian berujar.

"Tidakkah kau lihat dia nampak menyedihkan?" Hyungwon mengarahkan ibu jarinya pada sosok yang hanya memiliki tinggi tubuh hanya sebatas bahunya itu.

Kihyun ikut memperhatikan sosok Changkyun layaknya Hyungwon.

"Dia seperti anak domba yang pernah kau selamatkan dari banjir bulan lalu dimataku, karena itu aku membawanya bersamaku." Lanjut Hyungwon menjadikan si mungil kembali mengarahkan pandangan padanya.

"Hey....jangan menyamakannya dengan Huda, Huda itu manis. Tapi dia..."

"Saat pertama bertemu denganku, Chae-ssi mengatakan aku manis dan mengerikan." Changkyun yang semula diam buka suara. Membuat tiga pria disana segera mengarahkan pandangan padanya.

"Bukan begitu Chae-ssi." Menatap Hyungwon, Changkyun kembali berujar.

Hyungwon tak membalas, dia hanya menatap Changkyun sesaat sebelum melempar pandangan pada dua sahabatnya.

"Kau...mengatakan itu?" Pasti Kihyun padanya.

"Ya...sepertinya..." Balas Hyungwon.

"Chae..."

"Aku baru bangun tidur, dan aku pikir tak benar-benar sadar saat mengatakannya. Ditambah sepertinya aku salah makan, jadi kata-kata itu keluar begitu saja." Belum Kihyun menyelesaikan ucapannya, Hyungwon sudah berujar panjang.

"Hey Kihyunie...memangnya kenapa kalau Wonnie menganggapnya manis? Bukankah penilaian orang pada sesuatu itu berbeda-beda? Bukan begitu Wonnie?" Minhyuk mengambil alih percakapan dua sahabatnya.

Hyungwon memilih tak menjawab. Namja jangkung itu hanya memandang Minhyuk sesaat sebelum kemudian beranjak memasuki gedung tua tempat mereka tinggal.

"Chae...."

"Kihyunie...jangan cemburu seperti itu. Dimata kami kau masih tetap yang termanis." Menahan lengan Kihyun yang akan menyusul Hyungwon, Minhyuk berujar.

"Tutup mulutmu Min! Aku tidak cemburu pada siapapun." Kihyun menatap tajam Minhyuk.

"Eyyy...Semakin kau menyangkal, kenyataan kalau kau cemburu itu semakin...AWWW....Kihyunieeee...Sakiiit." Minhyuk meringis diakhir ucapannya karena si mungil menghadiahi keningnya sebuah takbam.

"Berpikirlah normal." Tukas Kihyun sebelum kemudian beranjak masuk meninggalkan Minhyuk yang mengusap pelan keningnya.

"Kasar sekali dia." Sungut Minhyuk lengkap dengan pout imut diwajahnya.

"Jadi...tuan..." Minhyuk menoleh pada Changkyun yang mengajaknya bicara.

"Ahhh...Lee Minhyuk, aku Lee Minhyuk." Minhyuk mengulurkan tangannya kearah Changkyun.

Changkyun menatap bingung uluran tangan itu. Tak benar-benar tahu apa yang harus dilakukannya. Mendapati itu, Minhyuk meraih jemari Changkyun dan segera mengenggamnya untuk saling berjabat tangan.

"Kau tidak pernah tahu attitude berjabat tangan ya Im-ssi." Ucap Minhyuk seraya menggerakkan jemari Changkyun naik turun.

"Berjabat...tangan?" Ulang Changkyun dengan wajah bingung.

"Uhmmm..." Minhyuk menarik tangannya dari Changkyun. "Dimasa lalu...manusia yang baru bertemu, akan melakukan hal ini saat berkenalan." Jelasnya yang disambut anggukan pelan Changkyun.

"Ahh...seperti itu." Gumam Changkyun dengan suara rendah.

"Kau tidak tahu hal ini?" Pertanyaan itu membuat Changkyun menatap lurus Minhyuk, sebelum kemudian membalas dengan menggeleng pelan.

"Apa orang tua-mu tak pernah menjelaskan tentang hal ini dulu? Mungkin...saat mereka masih ada didekatmu." Ucap Minhyuk.

"Aku tak pernah ingat tentang mereka. Aku tahu aku pasti memiliki mereka dimasa lalu. Tapi aku tak benar-benar ingat kalau mereka ada didekatku." Penjelasan Changkyun membuat Minhyuk mengerutkan keningnya.

"Apa itu kata lain kalau kau tak pernah bertemu dengan orang tuamu?" Pasti pria manis tersebut.

"Seingatku iya...aku tak pernah bertemu dengan mereka." Minhyuk mengusap dagunya karena balasan tersebut.

"Jadi...selama ini bagaimana kau bertahan hidup? Apa kau hidup bersama beruang besar? Atau dengan gorilla yang baik hati?" Selidik Minhyuk.

"Seingatku aku bertahan hidup sendiri. Aku tak ingat pernah hidup dengan beruang ataupun gorilla." Changkyun menarik seulas senyum tipis.

Minhyuk membisu mendengar pernyataan namja mungil dihadapannya. Sebelum kemudian menunjukkan tatapan takjub pada sosok itu.

"Aku pikir aku tahu kenapa Hyungwon membawamu." Ujarnya membuat Changkyun memandang Minhyuk heran.

"Apa maksudmu?" Tanya Changkyun karena gagal mengerti ucapan sang pria mungil. Sementara sosok yang ditanya hanya merekahkan senyum lebar.

"Selamat bergabung dalam kelompok Newton Changkyunie." Kata-kata sang pria manis semakin menambah kebingungan diwajah Changkyun.

:::x:::

Dentuman keras terdengar saat seekor rusa dibanting seorang pria kekar pada truck besar diipinggir jalan. Meronta sesaat, rusa tersebut bersiap kembali berlari. Namun sebelum aksi tersebut berhasil dilakukan makhluk malang itu, sosok kekar lain sudah menyergapnya.

"Hewan manis, jangan lari. Kau harus jadi santap siang kami." Ujar pria berotot bersama senyum yang merekah lebar.

Terlihat akan melompat melewatinya. Lengan kekar pria itu segera menangkap kaki sang rusa. Sebuah tendangan keras didapati pria tersebut diwajahnya saat hewan buruannya itu berusaha melarikan diri. Membuat sang pria kekar sempat meringis pelan sebelum membanting mangsanya ketanah dengan keras.

"Jangan terlalu keras bertahan hidup rusa manis. Karena kalaupun tidak menjadi makan siang kami, kau akan tetap menjadi makan siang para singa lapar diluar sana." Meraih leher sang rusa, dengan batu besar sebuah pukulan keras pria itu arahkan dikepala hewan tersebut. Membuat targetnya segera lumpuh setelah sempat meronta beberapa saat.

"Wonho Hyung....apa berhasil?" Sosok kekar lain nampak menghampiri pria bernama Wonho.

"Bukankah dari 10 pertarungan kita hanya gagal sekali, lalu kenapa kau bertanya lagi Joohoney sayang." Menegakkan tubuhnya, Wonho membalas pertanyaan dari pria bernama Jooheon.

Jooheon tersenyum mendengar jawaban dari yang lebih tua. Menampilkan dua dimple manis yang merubah kesan liar pada dirinya.

"Akan kau apakan rusa itu?" Sosok pria lain sudah menghampiri keduanya kini.

Wonho menoleh pada yang ditanya, kemudian terlihat merekahkan senyumnya.

"Bagaimana kalau kita menjadikannya rusa bakar?" Usul Wonho yang dibalas anggukan pelan sosok penanya.

"Terdengar enak, aku tak sabar memakannya." Jooheon sudah mengusap pelan perutnya.

"Kalau begitu bawa ini Joohoney, agar kita bisa segera memasaknya." Wonho meletakkan rusa buran mereka ke bahu Jooheon.

Sempat kehilangan keseimbangan karena beban yang tiba-tiba diberikan padanya, Jooheon cepat menegakkan tubuhnya dengan satu tarikan tangan pria tan disisinya. Segera diapun membenarkan letak sang rusa dibahunya, untuk segera membawa hewan itu menuju tempat peristirahatan mereka.

"Woo-ya...cari beberapa kayu bakar, karena ditempat istirahat kita aku tak melihat banyak kayu yang bisa dibakar untuk memanggang. Kita memerlukan api besar untuk mendapatkan hasil panggangan yang nikmat." Wonho berujar pada pria tan didekatnya.

"Baiklah." Balas Hyunwoo, kemudian beranjak meninggalkan Wonho untuk mencari kayu bakar.

Mengambil arah yang berlawanan, Wonho meninggalkan tempat mereka berburu. Membiarkan jarak segera menjadi spasi antara dirinya dan Hyunwoo yang sudah nampak sibuk mengumpulkan kayu bakar.

"Untuk apa bertahan hidup begitu keras, kalau pada akhirnya kau akan mati." Sebuah suara membuat Hyunwoo menghentikan kegiatannya mencari kayu bakar.

Mengadah pada sosok yang berujar padanya, Hyunwoo mengurai senyum tipis kemudian.

"Kau disini Jihyunie." Sapanya pada sosok tersebut.

"Kang Soyu...panggil aku Kang Soyu, karena aku sudah lama meninggalkan nama itu." Menatap kesal Hyunwoo, wanita bernama Soyu tersebut berujar

"Aku lebih menyukai nama Jihyun, daripada Soyu. Karena nama itu melenyapkan sosok hangatmu dimasa lalu." Balas Hyunwoo.

"Apa kau kira aku datang kemari untuk membahas masa lalu denganmu?" Soyu semakin menatap kesal Hyunwoo.

"Tidak..." Hyunwoo menggeleng. "Mana mungkin anggota Sistar datang untuk membahas masa lalu dengan manusia kasta rendah sepertiku." Lanjut Hyunwoo kemudian.

"Kalau kau tahu kenapa kau membahasnya?" Menyilangkan tangan didada, Soyu berujar.

"Karena aku merindukannya, Jihyun-ku." Kata-kata Hyunwoo membuat Soyu menggepalkan tangannya kuat.

"Aku tak pernah menjadi milikmu Son-ssi." Mengeram kesal, Soyu berujar.

"Dalam ingatanmu mungkin begitu, tapi tidak dalam ingatanku. Seorang Kang Jihyun dalam ingatanku..."

"Stop!! Jangan membuatku marah. Kau tahu kan aku bisa membunuhmu sekarang juga kalau ka uterus membuatku kesal." Soyu mengancam namja tan dihadapannya.

"Lalu kenapa tidak melakukannya? Jika kau memang bisa melakukannya." Hyunwoo bertukas tenang.

Soyu tak membalas, dia masih menatap Hyunwoo dengan tatapan kesal.

"Pada kenyataannya walau kau ingin kau tak benar-benar bisa membunuhku bukan. Karena...disudut lain hatimu tidak memperbolehkanmu melakukan hal itu." Senyum kembali dikembangkan Hyunwoo.

"Jangan membuatku tertawa." Soyu mengembangkan senyum sinis, berusaha menyembunyikan ekspresi asli yang bisa saja terlihat diwajahnya.

Giliran Hyunwoo yang tidak membalas. Pria tan itu hanya memandang lekat Soyu penuh kerinduan.

"Apa yang membuatmu berjalan jauh hingga kemari? Apa kau juga merindukanku?" Hyunwoo kembali berujar, setelah membisu beberapa saat.

"Khayalanmu tinggi sekali Son-ssi, bagaimana bisa kau mengkhayal sesuatu yang mustahil seperti itu." Cibir Soyu masih dengan senyum sinis yang terkembang diwajahnya.

"Untuk dua orang yang pernah saling menyukai, kupikir itu bukanlah hal yang mustahil." Tawa ringan diurai Soyu karena kata-kata yang diucapkan Hyunwoo padanya.

"Dua orang yang saling menyukai?" Ulang Soyu dengan ekspresi yang sudah berubah. "Sadarlah Son-ssi...hanya kau yang menyukaiku, aku...tak sedikitpun menyukaimu." Nada angkuh terdengar dari wanita itu.

"Benarkah?" Hyunwoo mengangguk ringan. "Lalu siapa yang menjeritkan namaku malam itu? Siapa yang memelukku erat diujung penyatuan kita?" Seketika wajah Soyu merona karena kalimat terus terang dari sang lawan bicara.

"Kenapa kau harus mengaitkannya dengan hal itu? Reaksi seperti itu, bukan sesuatu yang bisa mendasarimu berpikir kalau aku menyukaimu." Suara bergetar Soyu membuat Hyunwoo menahan senyum diwajahnya.

"Tapi tubuhmu lebih jujur dari bibirmu Jihyunie. Seperti sekarang, wajahmu yang memerah menjelaskan segalanya walau bibirmu berusaha menyangkalnya." Goda Hyunwoo yang membuat Soyu kesal.

"Berhenti mengatakan omong kosong!" Dengan nada suara yang ditinggikan, Soyu berujar. "Aku kemari karena ini masih bagian dari wilayah The Sistar." Lanjutnya kemudian.

"Aku memiliki tugas menjaga wilayahku, karena itu aku disini. Jadi...jangan mengkhayalkan hal-hal tak masuk akal hanya karena kita bertemu disini." Hyunwoo tak berusaha menjawab, pria tan itu memilih menyimak ucapan Soyu.

"Kau berada di wilayahku, jadi wajar jika pencuri sepertimu bertemu denganku si pemilik tanah. Karena itu jangan mengaitkannya dengan kejadian di masa lalu." Soyu menghela nafas kasar diujung kalimatnya.

"Jadi...sekarang ini posisiku disini sebagai pencuri?" Hyunwoo menunjuk dirinya.

"Lalu kau mau disibut apa? Penguasa daerah ini?" Sambut Soyu.

Hyunwoo tak membalas, pria tan itu kembali diam.

"Cepat pergi dari wilayahku, tinggalkan tempat ini sebelum kesabaranku habis. Karena aku tak akan ragu membunuhmu, jika kau tidak segera meninggalkan wilayahku." Soyu memberi peringatan keras.

"Baiklah...aku akan segera pergi." Hyunwoo tak berusaha membantah. "Tapi...bisakah aku pergi dengan membawa kayu-kayu ini?" Pinta pria tangguh itu kemudian.

"Seperti yang kau katakana, walaupun kelompokku pada akhirnya akan mati. Setidaknya biarkan kami mati setelah kami mengisi perut kami. Itu akan lebih baik daripada mati dengan perut kosong bukan." Soyu mendecih pelan mendengar ucapan Hyunwoo tersebut.

"Dasar pengemis." Tepat setelah menyelesaikan kata-katanya, Soyu berlalu meninggalkan Hyunwoo begitu saja.

Hyunwoo menatap punggung Soyu yang menjauh, kemudian terlihat mengembangkan senyum lirih diwajahnya.

"Sekeras apapun kau berusaha menutupi perasaanmu dariku, itu tak akan pernah berhasil Jihyunie. Karena...aku lebih mengenalmu daripada dirimu sendiri." Gumam Hyunwoo pelan.

Membiarkan angin membalas ucapannya, Hyunwoo meraih kayu yang sudah pria itu kumpulkan. Segera setelahnya diapun beranjak dari tempat itu. Membawa seluruh kekacauan dihatinya karena pertemuan dengan Soyu.

:::x:::

Changkyun nampak menikmati makanannya dengan lahap. Menjadikan Minhyuk, Kihyun, dan Hyungwon yang mendapati itu memandang bingung padanya. Bahkan ketiganya sempat saling berpandangan. Mendapati bagaimana sosok mungil tersebut melahap semua sajian seolah pria mungil itu menyimpan lebih dari satu lambung didalam tubuhnya.

"Apa masakan buatan Kihyunie begitu enak?" Ucapan Minhyuk membuat Changkyun menghentikan kegiatan makannya.

Memandang tiga orang pemilik kediaman tersebut, Changkyun nampak tersenyum canggung kemudian.

"Maaf...apa aku terlalu rakus?" Meletakkan potongan besar daging sapi liar hasil buruan Hyungwon.

"Baguslah kalau kau sadar." Balas Hyungwon yang membuat Minhyuk menyikut pinggangnya.

Pria jangkung itu menatap kesal Minhyuk karena aksi sang sahabat, sebelum kemudian mengusap pelan pinggangnya.

"Tak apa Kyunie...kau bisa makan sepuasmu. Kau dan Wonnie berjalan jauh hingga kemari. Jadi kupikir wajar kalau kau merasa sangat lapar karena itu." Minhyuk kembali memamerkan senyum hangatnya.

"Apa tidak apa-apa?" Mengedarkan pandangannya pada tiga orang pria dihadapannya, Changkyun memastikan.

"Tentu saja tidak apa-apa." Jawab Minhyuk cepat membuat Changkyun kembali meraih daging yang semula sudah diletakkannya.

"Asalkan kau membantu mengumpulkan makanan lagi, maka kau bisa menikmati makananmu sekarang ini." Tangan Changkyun yang bersiap menyuapkan sajian yang dipegangnya tertahan diudara karena kalimat lanjutan yang diucapkan oleh Minhyuk.

"Itu namanya kerja sama." Masih menunjukkan senyum yang sama, Minhyuk berujar. "Ayo makan Kyunie." Minhyuk mulai meraih makanannya.

Changkyun masih membeku diposisinya dengan pandangan yang mengarah lurus pada sosok Minhyuk. Pria pemilik senyuman manis itu kini sudah menikmati makanannya. Diikuti Kihyun dan juga Hyungwon yang mulai makan dengan tenang.

My Hastag 2 Mei 2020

Terimakasih banyak buat readernim semuaaaaa
🙇🙇🙇

::: TBC :::

Sorry for Typo
Thanks for Reading & Votement

🌻Haebaragi🌻

Battle Story with porumtal
Cek cerita Black Hand di akun wattpadnya 😊

#wild VS #blackhand

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro