Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Voice

Mitos yang paling disukai manusia saat ini adalah "Makhluk laut dengan nyanyiannya yang indah merupakan penggiring jiwa menuju kematian."

Membuat yang lain menjadi pihak yang berdosa, tanpa mau menyadari bahwa manusia sendiri sebenarnya juga turut mengambil bagian dari dosa itu dengan berusaha memburu mereka. Menjadikannya bahan eksperimen, sumber penghasil kekayaan, bahkan menghidangkan dagingnya di atas meja, memakannya, sambil mengharapkan keabadian.

***

Seperti biasanya, sore ini Woozi naik ke permukaan. Mencari batu karang yang tak terlalu tinggi dan duduk di atasnya. Ia memangku harpa kecil kesayangannya sembari menikmati pemandangan matahari terbenam.

Dilahirkan sebagai merman, makhluk indah dengan tubuh bagian atas menyerupai manusia dan tubuh bagian bawah berupa ekor ikan, Woozi membawa bakat musik seperti merman dan mermaid lainnya. Namun satu hal yang membuat ia spesial. Woozi terlahir dari siren, makhluk penghuni laut —tetapi lebih sering singgah di atas batu karang— dengan tubuh menyerupai manusia dan memiliki sayap serta tubuh dan kaki yang pendek seperti burung.

Ibunya adalah Ligeia. Salah satu siren yang memiliki suara merdu. Namanya sendiri berarti "clear-voiced, sweet loudness". Maka suatu hal yang mutlak jika Woozi mewarisi suara yang murni tanpa kesalahan.

Woozi sengaja memilih waktu menjelang malam untuk bernyanyi dan menciptakan lagu agar ia dapat menghindari datangnya manusia.

Langit mulai gelap dan Woozi mengawali rutinitasnya dengan memetik senar harpa. Mencari nada-nada yang pas, kemudian bersenandung pelan.

Terdengar begitu lembut dan menenangkan meski ia hanya bergumam. Lagu tanpa kata yang baru saja ia ciptakan memengaruhi gelombang laut. Menghempaskan sebuah kapal, mendekat ke arahnya.

"HEI!"

Woozi refleks menoleh. Seorang pria yang berada di kapal itu tampak begitu antuisias melihat adanya sesosok makhluk di atas batu karang. Seolah terhipnotis, tak sadar jika kini kapalnya berlayar ke arah batu karang besar yang tak jauh dari tempat Woozi duduk.

BRAK!

'Oh Dewa Glaucus, tolong selamatkan pemuda itu!' Woozi melompat ke air, meninggalkan harpanya untuk menghampiri pria yang sedang diambang kematian.

Beruntung pria itu tidak bodoh. Walau kapalnya baru saja hancur dan membuatnya tenggelam, ia tidak diam saja menerima nasib untuk mati tanpa meninggalkan jejak. Ia berusaha mempertahankan kesadarannya dan mencoba berenang ke permukaan, mempermudah Woozi untuk membantunya tetap hidup.

Didorong oleh gelombang, mereka sampai pada batu karang tempat Woozi meninggalkan harpanya. Pria itu terbatuk beberapa kali, namun tangannya tidak melepaskan pergelangan tangan Woozi yang berkeinginan kabur dan kembali ke rumah.

"Siapa...? -uhuk- Kau.. siapa?"

Woozi tidak menjawab. Raut mukanya gelisah.

"Kenapa? Kau tidak bisa berbicara?"

"Aku..."

Bukan itu yang terucap. Bukan itu yang terdengar. Yang diterima oleh sistem pendengaran manusia itu hanyalah lengkingan mengerikan.

Pada akhirnya Woozi hanya menggeleng lemah. Ia tidak mau membawa manusia tak bersalah itu masuk ke air lagi hanya untuk mendengar suaranya, memberi tahu namanya.

Melihat Woozi yang terus-terusan menatap air membuat pria itu berinisiatif untuk kembali masuk ke air. Dan tentu saja, Woozi segera menyusulnya.

"Apa yang kaulakukan, bodoh?!" sentak Woozi dengan suara indahnya, yang disambut senyum cerah dari pria nekat itu.

"Aku Woozi, makhluk merman. Sekarang cepat naik ke permukaan!"

Pria itu menyembulkan kepalanya dari air, menatap Woozi yang sedang mendelik sebal ke arahnya.

"Ah.. Woozi, nama yang indah. Kalau aku Hoshi. Salam kenal?"

Woozi mengangguk cepat, kemudian menggerakkan tangannya untuk mengusir Hoshi. Hippocampus —kuda dengan setengah tubuhnya berupa ekor ikan— yang tadi dipanggil Woozi ketika akan menyelamatkan Hoshi sudah menunggu dan siap mengantarkan Hoshi kembali ke darat.

"Kau mengusirku? Aku masih ingin di sini."

"Pergi!", ucap Woozi di udara. Ia sengaja melakukan itu agar Hoshi merasa kesal mendengar lengkingannya.

Akan tetapi, saraf nekat dan pantang menyerah terlalu melekat kuat di tubuh Hoshi, membuatnya kembali masuk ke air demi mengetahui apa yang Woozi ucapkan.

"Kembalilah ke asalmu, kumohon. Di sini bukan tempatmu untuk singgah. Terlalu berbahaya."

Sejujurnya Hoshi cukup kerepotan harus keluar masuk air untuk bisa berinteraksi dengan Woozi. Tapi ia tidak peduli. "Aku belum sepenuhnya mengenalmu. Aku... Tertarik padamu."

Seketika ekspresi bingung tercetak pada wajah Woozi. Tertarik? Tak ada yang menarik pada dirinya.

Woozi menyentuh telinganya yang seperti sirip ikan, kemudian mengulurkan tangannya yang berselaput. Menunjukkan pada Hoshi bahwa 'aku makhluk mengerikan. Tak ada yang menarik dariku'.

Dengan lembut, Hoshi menyentuh dan menggenggam tangan Woozi. "Aku tertarik pada dirimu. Segalanya tentangmu yang bahkan belum kuketahui. Jangan merasa dirimu tak menarik."

Tidak ada respon dari Woozi. Ia hanya memandang Hoshi dan masih berharap agar pria keras kepala itu mau pulang.

"Suaramu sangat merdu. Ekormu juga cantik," ujar Hoshi yang merasa kagum dengan warna biru jernih seperti lautan yang belum ternoda pada ekor Woozi. "Kau makhluk terindah yang pernah kutemui selama aku hidup."

"Pulang!" Lagi, Woozi bersuara di udara. Namun kali ini Hoshi justru tertawa dan memeluknya.

"Aku tidak akan pulang. Aku masih ingin bersamamu. Aku ingin terus bersamamu!"

Hoshi ingin melawan takdir. Entah dia dapat bernegosiasi dengan dewa laut atau tidak, yang terpenting, Hoshi akan berjuang.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro