Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Tsuki? Suki! [Kagamine Len x Indo!Reader]

"Eh-apa?"

"Dia udah ada di luar."

"Pak, masaan tugasnya begini?"

"Kalo gitu gimana kamu bisa praktek bahasa jepang?"

Nama wanita yang sedang berdiri penuh ketegangan itu (y/n). Di depannya ada pak Budi, dosen bahasa jepang di universitas yang (y/n) masuki. Kumisnya gak nahan, baju batik tiap hari senin, jum'at dan sabtu dan medok sundanya yang gak hilang meski dia sekarang tinggal di Medan.

"Pak, saya gak pernah masuk smk pariwisata loh. Gimana mau jadi guide turnya dia?"

"Dia bukan turis aish... dia itu pertukaran pelajar kemari selama satu semester."

"Tapi sama aja, bapak qu. Saia cuma wibu yang kebetulan bisa masuk fakultas ini bapaak," ujar (y/n) dengan tangisan palsunya.

"Walaupun kamu wibu, tapi kalo kamu udah masuk sini ya tetep harus jalani tugas."

"Ya kenapa cuma saya yang dikasih tugas?"

"Bapak janjiin tambahan nilai deh."

"Janji loh pak."

"Iya," balas bapak itu. Tetapi, (y/n) melangkah ragu-ragu dan berbalik lagi.

"Pak..."

"Sana pergi..."

"Tapi pak saya introvert-"

"Cowok jepang kayak cowok di game otome yang kamu mainin."

"Eh serius-"

"Makanya sana-"

"ARIGATHANKS BAPAK QU."

Ya pada akhirnya dengan semangat jiwa cewek jomblo yang sering main game otome ini, (y/n) berhasil menyingkirkan kecemasannya dan keluar dari ruangan itu. Tepat di samping pintu kelas, ada koper merah dan pemiliknya. Rambut pirang, mata biru, putih lebih putih dari (y/n), kulitnya mulus buat iri.

"Bule?" celetuknya. Cowok itu sadar gitu, jadinya dia noleh ke arah wanita tersebut. Cowok itu bungkuk beri salam, (y/n) jadi ikutan beri salam.

"Haro! Nama saya Kagamine Len. Saram kenaru."

(Y/N) baru percaya dia orang jepang setelah mendengar aksen dan melihat rupa wajahnya. (Y/N) pun ikut memperkenalkan diri dengan bahasa jepang.

"Selamat siang! Nama saya (y/n). Salam kenal."

"Mengerti bahasa jepang?"

"Ah.. aku belajar disini. Eh maksudnya-- Anu, aku* belajar disini."

Kata aku disini, (y/n) menggunakan kata Atashi yang gak berapa formal jadi dia ganti dengan Watashi. Len tertawa pelan. Betewe, kalo italic berarti pake bahasa jepang ya gaes.

"Gak apa-apa kalau gak formal."

"Beneran?"

"Beneran loh."

Disini Len nyebutnya juga gak formal. Jadi tugas penulis disini jelasin sedikit kalau ada bahasa yang beda gitu. (Y/N) menggosok telapak tangannya sendiri menghilangkan rasa kecemasannya.

"Aku bakalan jadi pemandumu disini. Kita pergi ke asramamu dulu ya."

Len cuma ngangguk. Di universitasnya terdapat asrama internasional untuk siswa pertukaran pelajar atau siswa asing yang belajar ke Indonesia lebih tepatnya Medan. Mereka berjalan berdua. (Y/N) terlalu canggung untuk membuka percakapan, apalagi dia beneran ketemu orang jepang. Udah ganteng, manis lagi, habislah sudah jantung (y/n) ini.

"Maaf atas kecanggungannya," ujar Len. (Y/N) menggeleng, "aku seharusnya yang minta maaf. Aku hampir bisa dibilang hikikomori."

"Hikikomori? Kau gak keliatan begitu."

"Beneran?"

"Kau kira aku bohong?"

"Gak tahu ah..."

Hikikomori artinya orang tertutup yang gak bersosial, untuk penjelasan lengkap silahkan buka google. Len terkekeh melihat tingkah canggung (y/n). Apalagi bagaimana (y/n) terlalu ceplas ceplos mengenai dirinya sendiri.

"Kau kok bisa keterima pertukaran pelajar?"

"Good grade."

"Nilai bagus ye. Enak banget... aku gak lolos di pertukaran pelajar ke jepang... bahasa jepangku jelek mungkin ya."

Len menggeleng, dan berkata, "tidak, aku dapat mengerti bahasa jepangmu dengan jelas."

"Aish.. apaan...eh ke arah sini."

Akhirnya mereka sampai ke asrama yang bakal Len tempati. Sebelum mereka naik lift, (y/n) bertanya, "udah dapat kuncinya?"

"Udah."

"Nomor berapa?"

"Tiga lima."

"Wah!" (Y/N) menepuk tangannya sekali. "Lantai tiga tempat paling enak lihat pemandangan loh!"

Len cuma ber-oh ria. "Kurasa dia juga ga bakal peduli..." gumam (y/n).

"Ada sesuatu?" tanya Len.

"Gapapa..."

Singkat cerita (y/n) mengantarkan Len ke kamarnya nomor 35. Sekamar dengan mahasiswa dari Jepang juga yang menekuni bahasa Indonesia. Entah kenapa dia mau belajar bahasa Indonesia dari sekian bahasa.

(Y/N) mengetuk pintunya, dan seketika dibuka. Pria dengan sweater biru dongker membuka pintu tersebut. Namanya Yuuma. Si rambut pink dari jepang banyak yang suka. Sedangkan (y/n) dan Yuuma teman nonton anime bareng.

"Yuuma, ini temen barumu," ujar (y/n).

"Eh- jepang?"

"Iya loh. Jadi komunikasi kalian lebih nyambung dibanding aku sama kau. Lebih cucok gitu.." ujar (y/n) sembari mengisyaratkan dengan tangannya.

"Mampus, temen kau orang jepang semua. Dasar introvert."

"Eh anjer. Fitnah lebih kejam daripada pembunuhan."

"Tobat kau?"

"Belom. Betewe, ini kagamine len, teman sekamarmu."

Len membungkuk, "Kagamine Len, mohon bantuannya."

Yuuma kaku seketika, membungkuk memperkenalkan dirinya, "Yuuma. Salam kenal."

Yuuma berdehem, berbalik lalu mengisyaratkan tangannya. "Ayo masuk."

Len membawa kopernya, (y/n) menyusul dari belakang. Yuuma menunjuk, "disana kamar mandi." Lalu jalan sebentar, "Disini dapur, lalu di ruangan sana ada kamar kita. Ini ruang tengah."

Len membungkuk, mengucapkan permisi lalu pergi ke kamarnya. Tinggal Yuuma dan wanita tadi di ruang tengah. Mereka dua saling beradu tatap. Terdiam hingga (y/n) mulai berbicara, "jepang... lancar ya."

"死ね." Ujar Yuuma.

Ehem, disini penulis. Maksud Yuuma itu shine. Artinya lebih kek, mati aja atau go to hell gitu atau singkatnya mati.

"Kasar banget anjer." (Y/N) duduk di sofa Yuuma, udah biasa jadi nggak kena marah. "Kau ngapain sama dia? Dia cuma manusia kali bukan cowok dua dimensi," ejek Yuuma.

"Tapi kata Pak Budi-"

"Jadi aku ini apa?"

Yuuma terdiam melihat ke arah (y/n), menunggu jawaban dari wanita tersebut. Dengan datarnya, ia menjawab, "Kau itu cowo jepang. Cuma kemungkinan kau itu jadi cowo macem di otome itu hanya dua persen."

"Heh! Gini-gini banyak yang naksir."

"Tapi aku nggak."

Yuuma kesal, ini cewek memang gak pernah selesai-selesai kalau berdebat sama dia. Dengan manjanya ia tertawa disaat Yuuma sadar bila Len sudah keluar dari kamarnya.

"Oh! Sudah siap?" Len mengangguk menjawab pertanyaan dari (y/n). "Kau mau pergi kemana dulu?" Len mengangkat bahunya mendengar pertanyaan gadis tadi.

"Lapar gak?"

"Hampir."

"Ke merdeka walk aja," sahut Yuuma. Seperti bunyi bel, (y/n) menepuk-nepuk paha Yuuma karena itu ide bagus. Yuuma ngomong agak gede, "Apaan sih anjeng."

"Kalian bicara apa?"

"A-ah gapapa. Kita berangkat yuk."

Singkatnya mereka pergi ke lapangan merdeka. Di depan ada Len dan (y/n) dan Yuuma berjalan di belakang. Katanya patroli makanya di belakang.

"Mau makan sushi?"

"Sushi? Kemarin baru makan sushi. Kalo makanan indonesia gak ada?"

"Yakin?" (Y/N) melihat ke arah Len, mengangkat kedua alisnya. Len mengedipkan keduanya matanya beberapa kali sambil berpikir.

"Besok aja makan makanan indonesia. Hari ini mending makanan jepang dulu, ntar ga nafsu makan."

"Okelah.. terserah kamu-oi."

Len menahan lengan (y/n) karena dia hampir terjatuh karena tersandung. (Y/N) langsung berdiri tegak, telinga yang bersembunyi dibalik helai rambutnya memerah, dia jadi bingung mau ngucapin apa.

"Anu, ah-maaf.." ia membungkuk beberapa kali. Len melambaikan tangannya, "enggak, yang penting kau gapapa kan?"

"Aku baik-baik saja."

"Drama korea apa ini?" Yuuma ikut masuk ke dalam suasana mereka. Dengan wajah datar, ia memberikan mereka berdua boba tea.

"Nih, pas kalian mesra-mesraan aku beli ini."

"Oi-ini salah paham," ucap Len mengerutkan dahinya. "Yap! Salah paham, ini salahku!"

Yuuma mengacak-ngacak sedikit rambut wanita itu, wanita tersebut mengerang kesal. Namun Yuuma cuma jawab, "sok bisa aja sendiri, sini tangan."

Wanita tersebut memberikan tangannya ke Yuuma, lalu pria itu memegangnya. Len disana hanya muncul satu pertanyaan yang terucap, "Kalian pacaran?"

"Ah! Nggak! Kami cuma temenan."

"Dia kuanggap adek. Cuma adek gak lebih," balas Yuuma.

"Oh.."

Sore mereka dihabiskan di lapangan merdeka, dengan semangkuk katsudon dan boba tea serta matcha dan lainnya. Malamnya (y/n) diantar pulang ke asramanya bareng Len dan Yuuma.

"Terima kasih," ucap Len.

Mereka saling bertukar nomor telepon dan Line. Dengan alasan, "Pak Budi gak bisa pandu kamu, aku jadi pemandumu di medan." yang keluar dari mulut (y/n).

Hari demi hari, bulan satu dan dua pun terlewati. Tiap hari hangout bareng, belajar bareng. Yang awalnya canggung jadi santai, yang awalnya biasa aja jadi ada rasa. Disisi Len, dia ada rasa untuk wanita itu.

Tapi bagaimana dengan si dia?

Iya, wanita yang blak-blakan bilang kalau dia suka sama otome dan bilang Len itu seperti karakter 2D yang dibawa ke dunia 3D. Wanita yang selalu menemaninya disaat-saat genting di negri orang ini. Yuuma di satu sisi menjauhi mereka belakangan ini, entah mengapa alasannya. Hanya dia dan tuhan yang tahu.

Pukul delapan malam, Yuuma sedang mengerjakan tugasnya di ruang tengah. Len sedang bersantai di tempat tidurnya, mengecek ponselnya berulang kali dan tak bisa berpikir jernih.

Tiba-tiba suara ponsel miliknya berbunyi. Tertuliskan '(y/n)' di layarnya. Kupu-kupu fiksi terasa melayang di dalam perut Len. Len tak tahu apakah (y/n) merasakan hal yang sama.

'Selamat malam.'

'Maaf ngechat malam-malam'

Membaca berulang kali, dia memang benar-benar jatuh cinta dengan wanita luar. Selama ini lelaki berambut pirang tersebut tak pernah jatuh cinta. Tak sekalipun ia pernah.

'Gapapa, ada apa emangnya?' balas Len. Dengan menggunakan stiker line tersenyum.

'Lusa, kau bakalan balik ke jepang kan?'

'Maaf kalau misal aku ada buat perilaku gak enak.'

Wanita itu membuat Len terdiam. Membangkitkannya dengan semua mimpi-mimpi yang terukir dalam pikirannya. Hanya dengan sebuah pesan.

'Palingan satu hal,' balas Len.

'Ah!! Sungguh?! Maafin aku.'

'Kau gak mau tanya soal kesalahanmu?'

'Apaan?'

'Besok deh, di depan kantor pak Budi.'

Yang Len lihat terakhir hanyalah stiker menunduk brown dari (y/n). Len bangkit dari tempat tidurnya, menemui Yuuma.

"Yuuma," ujar Len. Yuuma hanya menjawabnya dengan deheman. Ia masih sibuk mengetik dan meminum kopinya.

"Aku besok mau nyatain cinta sama (y/n)."

Yuuma berhenti mengetik dan menyesap kopinya. "Oh bagus," jawabnya

"Kau gak mau berhentiin aku?"

"Bukan urusanku."

"Kau... suka sama dia kan? Dari awal kita jumpa, tingkahmu... aku udah tahu."

Yuuma kembali mengetik, berucap melihat ke arah Len, "Lebih baik aku menjaga hubungan persahabatan kami... dibanding mecahin hubungan ini dengan perasaan yang cuma-cuma. Selamat malam."

Len, dia hanya menjawab "selamat malam." kembali. Walau mereka satu kamar, malam itu mereka tak ada berbicara satu sama lain.

Esoknya, tepat di depan kantor Pak Budi. Len sudah berdiri, menunggu. Suara ketukan sepatu terdengar di atas lantai marmer, mengalihkan pandangan Len. (Y/N) tampak cantik mempesona dengan overall celana.

"Halo."

"Kau kelihatan cantik selalu."

"Hah? Kau mabuk?"

"Hah--nggak (y/n)."

Baru datang langsung canggung. (Y/n) berdehem.

"Ada apa?"

Len kelihatan ragu. Menoleh ke kanan dan kiri, melihat apakah ada orang. Karena memang kantor Pak Budi jarang lewat orang. Malas berurusan sama bapak kumis itu katanya.

"Suka.." ujarnya pelan.

"Hah--apaan? Bulan?"

"Bukan bulan, astaga."

"Kau bilang bulan kan?"

Len bilang suki, tapi (y/n) kedengarannya tsuki yang artinya bulan. Kalo suki ga usah dijelasin juga udah tau artinya suka.

"Bukan. (Y/N), aku suka kepadamu."

"Bulan padaku?"

"Sini telinga, pekak amat sih."

(Y/N) mendekatkan telinganya, terdengar suara Len lebih jelas.

"Aku suka kepadamu."

Wanita itu terkesiap. Bingung ingin menjawab apa. Yang terdengar hanyalah satu kata,

"Ih bodoh la kau, dari tadi si Len bilang suka masa kau tiba-tiba pekak."

Suara Pak Budi, lagi nongkrong di depan pintu kantor dia.

"Apaan bapak ah."

"Terima aja dong," saran pak Budi. Len cuma diam karena dia gak ngerti.

"Aish yaudah memang mau nerima nih."

(Y/N) mendekatkan mulutnya ke telinga Len,

"Aku juga suka kepadamu."

The End

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro